Sempre libera

7 1 0
                                    

"Aaaaaaa!!!!"
Andala berteriak kencang sambil mengacak kamar nya membuat suara gaduh hingga terdengar keluar. Keluarga nya yang tengah menyantap makan malam pun tersentak kaget karena bunyi yang berasal dari bilik Andala.

"Bang, coba liat adik kamu yang gila itu kenapa lagi. Bunda gak tahan sama sikap dia yang selalu mengamuk setiap pulang" ucap Sandra selaku ibu tiri dari Andala menyuruh anak laki-laki nya Caranda untuk melihat kondisi Andala. Randa beranjak dari duduknya dan berjalan ke lantai dua menuju kamar adiknya. Sejujurnya Randa sangat jarang berbicara dengan Andala sehingga terkadang Andala tidak mau mendengarnya. Terlebih lagi Randa adalah kakak tirinya. Dengan ragu Randa coba mengetuk pintu kamar Andala.

1 ketuk
2 ketuk
3 ketuk

Randa sudah tidak tahan, diputar nya knop pintu dan voila ternyata kamar Andala tidak terkunci sama sekali. Randa mendorong sedikit daun pintu dan melihat keadaan kamar Andala yang sudah mirip gudang. Menghela nafas, ia masuk ke dalam kamar tanpa menutup pintu dan menghampiri Andala yang menangis dengan tubuh bergetar di sudut ranjang sambil memukul kepalanya sendiri.
"Andala? Ini kakak. Ayo makan, dari pulang kamu belum ada turun kebawah. Nanti kamu sakit" ujar Randa dengan suara cemas namun diacuhkan oleh Andala.

Ia mencoba menggenggam pergelangan tangan Andala yang ternyata sangat kurus, Randa tentu saja sangat shock dengan keadaan adiknya. Bagaimana mungkin ia bisa tidak sadar adiknya se-kurus ini? Apa karena selama ini Andala selalu mengenakan hoodie atau oversize shirt? Atau memang Randa yang tidak memperhatikan adiknya? Berbagai macam pertanyaan berputar di kepala Randa membuatnya pening.

Tanpa memikirkan hal yang akan terjadi setelahnya, Randa memeluk tubuh kurus Andala dengan erat. Di usapnya punggung kecil adiknya dengan perlahan mencoba meredakan tangisan Andala. Di ucapnya kata-kata yang menenangkan agar Andala merasa lebih baik. Dan syukur nya usaha yang dilakukan Randa berhasil.

Andala menjadi lebih rileks dari sebelumnya meskipun masih terdengar isakan kecil dari bibir pucat nya. Randa dengan lembut mengusap keringat di dahi Andala serta airmata yang mengering di sudut matanya.
"Kenapa? Ada apa? Ayo cerita ke kakak supaya kakak bisa bantu Ala" raut khawatir Randa tidak hilang sejak ia menginjakkan kaki di dalam kamar Andala.

Dengan perlahan Andala melepaskan pelukan Randa dan menatap nya dengan mata yang basah juga bengkak. Di genggam nya tangan Randa sambil menilik manik kelam milik sang kakak. Menceritakan semua pedih yang dirasakan nya, bagaimana keseharian nya dan apa yang selama ini terjadi. Raut wajah Randa berubah-ubah. Sedih, kecewa, kesal namun yang paling dominan adalah marah. Randa marah kenapa bisa adiknya begitu tersiksa namun ia tak tau? Dengan langkah tergesa Randa keluar dari bilik Andala dan langsung menuju ruang keluarga dimana sang ayah sedang mengerjakan beberapa dokumen sementara sang ibu sibuk menjahit syal untuk anak-anaknya.
"Bunda, Papa. Disini Randa ingin bilang kalau Randa mau pindah ke tempat dimana Andala sekolah. Randa harus pindah kesana" ucapan Randa yang tergesa dengan suara bergetar dan sangat tiba-tiba membuat sang ayah terkejut lantas melepaskan kacamata bulatnya dan menatap Caranda dengan tatapan heran.

"Randa, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu tiba-tiba minta pindah begini? Dan kamu juga akan segera lulus, proses nya pasti sulit" ujar sang Ayah, Revan. Ia tidak habis pikir kenapa anak laki-laki nya tiba-tiba berkelakuan begini. Bukankah tadi semuanya baik-baik saja? Apa yang salah?. Derap langkah tergesa yang berasal dari tangga membuat atensi Revan teralih menatap ke arah putrinya, Andala. Melihat tampilan putrinya yang acak-acakan, mata sembap, bibir pucat dan terkelupas serta banyaknya sayatan di lengan kurus nya. Revan shock, dan berlari menghampiri putrinya dengan raut khawatir dan mata memerah menahan tangis.

Anaknya, anak satu satunya. Putri kesayangan Revan yang sangat ia jaga, kenapa sangat hancur seperti ini? Revan memeluk Andala dengan erat dan menangis, menumpahkan semua rasa sesal karena mengabaikan putrinya bersama Demi. "Ala, kamu kenapa bisa begini? Anak papa, kenapa sayang" Revan menatap wajah Andala yang dibalas dengan tatapan dingin dan datar milik Andala. Mendengus pelan, Andala melepaskan diri dari Revan dan keluar rumah. Memasuki garasi, Andala mengambil sepeda miliknya dan mengayuh nya menuju tempat pemakaman. Andala berlari tanpa alas kaki menuju makam ibunya, Demiana. Bersimpuh di makam sang ibu, Andala menangis sejadi-jadinya yang tanpa ia sadari kalau Randa mengikuti nya. Karena kelelahan menangis Andala tertidur di samping makam ibunya, Randa pun langsung membawanya pulang.

Keesokan paginya

Cahaya silau yang berasal dari jendela membuat Andala terbangun dari tidurnya. Bagaimana ia bisa di kamar, Andala tak ambil pusing karena ia tau pasti ayah atau kakaknya lah yang membawanya pulang. Beranjak dari ranjang dan mulai melakukan rutinitas paginya. Siap dengan seragam dan tas, Andala turun untuk pergi ke sekolah yang tentu saja bagai neraka. Tiba di meja makan Andala melihat jika kakaknya memakai seragam yang sama dengan miliknya, yang artinya Randa sudah dipastikan pindah ke sekolahnya. Apa lagi setelah ini?









Hai hai halooooo. Kri-sar nya sangat dibutuhkan disini terimakasihh.

Andala - ketika dunia kelam menjadi jelitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang