Chapter 1

7 0 0
                                    

Tepat pukul 06.00 pagi Seorang pelajar giat namun bertingkah menyebalkan ini berangkat ke sekolah,diantar oleh sang ayah dengan penuh semangat namun matanya begitu sayup,menurutnya seberapa lama dia tidur tidak akan pernah bisa menghilangkan rasa kantuknya itu. Oiya namanya Adam. Adam Alfarizqi,mungkin dia bisa terbilang murid yang menguji kesabaran dengan segala tingkahnya namun,segala prestasi yang ia raih membuat guru menyayanginya. Adam baru saja beranjak 14 tahun,dia berada dikelas 2 SMP menurutnya Ilmu Pengetahuan Alam seperti hidup baginya,ia bisa berada disekolah impiannya ini karena perolehan nilai Ipa nya yang tinggi dan mampu mengukir namanya menjadi murid teladan.
Adam punya 1 sahabat terbaik namanya Raihan Putra tapi panggil aja petot.

Adam's pov :
Raihan atau si petot itu sama kaya gua,suka Ipa dan kita sama-sama berjuang buat nabung nilai supaya bisa masuk SMA impian kita,gua dan Raihan masuk ke dalam satu organisasi siswa intra dan kita suka banget tugas bareng,intinya kaya perangko lah. Di dalam organisasi gua banyak ketemu temen-temen yang nggak kalah asik,solidaritas nya nggak bisa dipungkiri dan kinerja nya bisa diacungkan 10 jempol. Organisasi ini udah banyak menyelenggarakan acara misalnya Perpisahan dari tahun ke tahun,Hari Kartini,Lomba setiap tahunnya dan masih banyak lagi. Dari sekian banyak acara ntah kenapa di acara perpisahan gua liat Dia,ya Dia.

Oke oke gini,gua tau pasti lo semua bingung kenapa tiba-tiba ada Dia. Yauda ni gua spill namanya Ardita,dia bagian daripada organisasi yang gua jalanin sekarang tapi sayangnya divisi kita beda jadi kadang nggak ketemu di moment yang bersamaan. Dia salah satu-satunya cewe yang bikin gua mati penasaran,yaampun! Orangnya friendly banget tapi pas gua ajak ngobrol bisa berubah jadi kulkas 2 pintu. Dari kacamata gua dia buka cewe yang gampang bergaul apalagi sama lawan jenisnya,selain karena dia udah punya cowo dia juga gampang banget risih,walaupun dia udah punya cowo tapi gua nggak pernah berusaha buat ngerebut dia dari cowonya ya,awas lo semua negatif thinking.

Kembali lagi ke topik,gua liat Ardita duduk ditepi kantin dengan pandangan kosong kira-kira dia kenapa ya? Gua pengen banget bisa kenal dia jauh lebih deket tapi gua takut dia risih,dengan seribu ketakutan akhirnya gua memantapkan hati buat tetep nyamperin ardita.

"Ar,lo kenapa? Tumben diacara kaya gini lo murung,biasanya lo seneng karena bakal dapet foto-foto aecthetic." Ucap Adam sambil memasukkan tangan kedalam kantong almamater kebanggaan organisasi.

Tak kunjung berbicara,Adam memutuskan untuk ikut duduk bersama Ardita namun tidak disangka-sangka Ardita pun menaru kepalanya dengan lembut di bahu Adam,jantung Adam berdetak 10x lebih cepat dari biasanya tidak bisa dipungkiri wanita yang ia sukai secara diam-diam itu bisa melemah dan menjatuhkan kepala dibahunya.

"Ini terakhir kalinya gue liat dia dam."
Ucap Ardita
Tak paham dengan maksud Ardita,Adam pun berusaha mengulik ada apa dengan Ardita.

"Lo ada masalah apa ar? Gua disini kalo lo mau cerita." Ucap Adam

Ardita berusaha mengangkat kepalanya namun kepalanya terasa pening karena menahan tangis yang begitu lama.

"Gue sedih dam,cowo gue bentar lagi
lulus dan gue nggak akan ketemu dia lagi,orang tuanya pindah tugas dan Abi ikut. Abi udah negosiasi tapi hasilnya nihil,sulit kemungkinan buat gue dan Abi ketemu dalam jangka waktu yang panjang." Ardita menceritakan semua keluh nya seperti air kepada Adam.

"Jadi ini alesan lo murung daritadi,gua sebagai orang yang nggak pernah ngerasain hal kaya lo cuman bisa bilang sabar,mungkin ini ujian hubungan lo sama Abi,gua yakin lo sama Abi bisa ngejalanin ini ya walaupun berat. Tenang aja temen lo selalu ada buat lo." Ucap Adam menenangkan Ardita

Adam's pov:
Kok gua bisa sebijak itu ya barusan,ya gapapa lah kali aja bisa nenangin Dita. Gua nggak tau harus sedih apa seneng Ardita ditinggal Abi tapi semoga tuhan beri yang terbaik buat Ardita.

Miracle in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang