Pertemuan

138 24 0
                                    

-----Happy reading-----

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karya_ by Lidwinsetya

🌳🌳🌳

Typo bertebaran

_______

Jangan katakan apapun mengenai luka seseorang, karena tidak mudah untuknya melalui dan membasuh lukanya agar tidak bertambah parah.

Perpisahan, kekecewaan, kepiluan, kegersangan hati cukup membuat semua semakin complicated.

Keluarga, kata yang sangat pas untuk seseorang berlindung dalam kedukaan yang panjang. Keluarga menjadi satu diantara ribuan alasan untuk semangat dan tidak menyerah.

Keluarga sangat penting dalam setiap keadaan apapun. Tanpa di minta, keluarga akan selalu ada untuk membantu atau mungkin meringankan beban.

Tapi..... Tidak semua orang mampu menyembuhkan luka bersama keluarganya. Apalagi penyebab terciptanya luka di mulai dari keluarganya sendiri.

Gazala, satu dari sekian banyak wanita di luar sana yang memiliki keterbatasan. Memiliki penyakit mental, dan harus mengkonsumsi  obat dalam waktu yang amat panjang.
Gazala tidak mampu mengatakan apapun pada keluarganya,  Gazala selalu berteman dalam sepi, luka yang ia dapat dari Ayah dan saudara lelakinya.

Gazala tidak sanggup untuk melihat mereka saat ini. Karena secara otomatis luka itu akan terbuka kembali. Maka, jangan salahkan ketika Gazala tidak ingin melihat keduanya.

Rindu? Ya, Gazala pun sangat merindukan pelukan hangat sang Amma, ia rindu berbaring dalam pangkuan wanita yang sudah puluhan tahun menemaninya.

Gazala selalu berteman dalam kesepian, bergulung dalam rintihan do'a yang selalu ia jabarkan. Pengungkapan rasa kesedihan hanya kepada Ilahi Robbi. Gazala yakin  do'a nya akan sampai dan terkabul di hari nanti.

🍀🍀🍀

Malam telah berganti semenjak dinner bersama  Baihaqi, kini Gazala mulai membuka diri. Menerima Baihaqi dalam kehidupannya bukanlah perkara yang mudah.

Butuh waktu yang amat panjang ketika lelaki itu masih terus menunggu jawabannya.

Gazala memandang dompet lusuh dan menimang kembali, sampai disinikah dompet itu menemaninya? Dompet pemberian lelaki yang dulu amat Gazala kagumi dalam diam.

Gazala bukan tidak peka dalam keadaan seperti dulu. Saat kondisi keluarganya carut marut akibat ulah Rasyid. Bahkan dengan tegas saat lelaki itu ingin mengkhitbahnya. Dengan pedas pula ucapan Gazala mungkin melukai sebagian hati lelaki itu.

Seandainya Kamu 4 (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang