9. Donor Darah

353 40 2
                                    

Mencintai dalam diam itu sakit. Namun, diutarakan hanya untuk mendapatkan penolakan jauh lebih sakit.

—Mahawira Karunasankara—

Bagai karang yang diamuk oleh lautan, ketiga cowok yang tengah duduk itu bagai terhantam oleh kehadiran tiga cewek yang muncul secara tiba-tiba seperti Jailangkung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagai karang yang diamuk oleh lautan, ketiga cowok yang tengah duduk itu bagai terhantam oleh kehadiran tiga cewek yang muncul secara tiba-tiba seperti Jailangkung. Bedanya, kepulangannya tidak diantar. Suasana di sana seketika terasa kikuk, apalagi melihat tatapan tajam mereka yang begitu buas yang siap menerkam mangsanya. Tegukan demi tegukan saliva pun terasa begitu tercekat. Mereka sangat kepayahan menetralkan keadaan ini. Sial, kenapa mereka merasa seperti terciduk selingkuh?

“Lo bertiga ngapain di sini? Mau triple date gitu?” tanya si Boy menginterogasi. “Terus, dua cewek lainnya mana?”

“Hi guys!” Mereka semua menoleh ke arah sumber suara. Dilihatnya Tresia dan Namira yang berjalan sambil melambaikan tangan. “Lho, kenapa ada orang-orang sawan di sini?” tanya Tresia saat melihat tiga orang musuhnya.

“Oh... jadi bener, kalian itu mau triple date gitu?” Hanggini melipatkan kedua tangannya.

“Urusannya sama kalian apa? Mau kita triple date kek, double date kek, itu urusan kita. Bukan urusan kalian!” sungut Aresha nyolot. Lirikan matanya beralih menatap Hanggini. “Dan lo, lo pasti cemburu, kan, liat gue sama Bagas?”

Hanggini terkekeh. “Gue? Cemburu? Sama modelan dorayaki kayak lo? Hahaha... mana mungkin.”

Kinanti dan si Boy menahan tawanya agar tidak meledak. Apalagi melihat wajah Aresha yang sudah memerah dengan tangan yang dikepal kuat.

“Udahlah guys, lebih baik kita cabut dari sini,” ajak Kinanti yang tak mau berlama-lama. Matanya kini menatap ke arah Maharaja. “Eh, lo KETOS. Gue aduin sama si Mahalini, mampus lo!”

“Nan, tunggu!” Maharaja beranjak dari duduknya, berusaha mengejar Kinanti dan dua temannya yang sudah berlalu pergi. Namun, niatnya harus ditahan oleh Tresia yang tengah mencekal tangannya dengan kuat.

Baby, kamu mau ke mana, sih? Di sini aja, jangan kejar mereka,” omong Tresia dengan nada manjanya.

Baby, baby! Babi kali, ah!” sungut Maharaja yang langsung mengempaskan tangan Tresia.

Di saat Maharaja akan kembali mengejar kepergian tiga cewek itu, lagi-lagi sebuah pengganggu mampu menghentikan niatnya. Sebuah dering telepon masuk begitu nyaring. Maharaja berdecak, ia langsung merogoh ponselnya yang berada di saku celana, dan menggeserkan panggilan itu.

“Hallo!”

“...”

“Raja ke sana sekarang.” Maharaja mematikan panggilan itu. Ia melirik ke arah teman-temannya dengan wajah yang terlihat begitu cemas. “Sorry, gue harus cabut sekarang,” pamitnya dan langsung berlari penuh tergesa.

134340 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang