7

2K 238 3
                                    

⚠️Disclaimer untuk yang masi minor mohon langsung di skip pas bagian akhir part ini.

Ini sudah seminggu sejak Pangeran Jaemin mengurungnya di istana, Jeno tak dapat keluar dari kamar sang putra mahkota karena pangeran Jaemin bilang itu terlalu berbahaya.

"Arghh aku bosan, seharian tidak melakukan apapun dan menunggu Jaemin pulang membuat ku frustasi"Jeno mengacak rambutnya, ia memikirkan cara untuk keluar dari sana tapi penjagaannya begitu ketat. Ingin nekat melompat dari balkon namun itu juga tak akan membawanya keluar dari istana ini.

Jeno akhirnya berkeliling untuk melihat lebih detail kamar tersebut, ia baru sadar bahwa Jaemin memasang fotonya semasa kecil di kamar tersebut. Sangat menggemaskan dengan balutan kerajaan dan sebuah pedang mainan. Tiba-tiba saja kepalanya berdenyut nyeri dan sebuah memori kembali terputar di otaknya.

"Ini titah putra mahkota, mulai sekarang kamu tidak bisa membantahnya"Sosok anak kecil tersebut menodongkan pedang mainan pada anak kecil satunya.

Jeno meletakan bingkai foto tersebut ke tempatnya, ia menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Bagaimana bisa memori tentang Jaemin kecil muncul dikepalanya? sebenarnya apa hubungan Jeno yang asli dengan sosok putra mahkota.

"Apa yang sedang kamu lakukan?"Suara Jaemin mengagetkan Jeno dari lamunannya, ia menoleh pada putra mahkota dan tersenyum kikuk.

"Aku hanya sedang bosan dan melihat-lihat saja. Omong-omong pangeran apakah ada anak kecil seumuran dengan mu yang tinggal di istana?"Jeno bertanya dengan penuh selidik tapi Jaemin tak mengerti akan arah pembicaraannya.

"Maksud mu?"

"Itu...anak-anak seusia mu? Pangeran lainnya?"

"Oh para sepupu ku, ya beberapa dari mereka seumuran dengan ku. Kenapa bertanya tentang hal itu?"

"Tidak, aku hanya penasaran. Aku bukan berasal dari sini jadi aku tak mengetahui seluk beluk kerajaan"Jaemin mengangguk dan mendudukan dirinya di samping ranjang.

"Apa kau sudah makan? ini sudah memasuki jam makan siang"Jaemin bertanya setelah keheningan melanda mereka.

"Belum Pangeran"Jaemin segera bangkit dari duduknya dan berjalan keluar, ia meminta maid yang kebetulan lewat untuk membawakan makan siang ke kamar sang putra mahkota. Maid itu mengangguk dan bergegas pergi ke dapur.

Tak lama dari itu, 2 orang maid datang ke kamar Jaemin sembari membawa hidangan yang melimpah. Sebenarnya Jeno sempat keberatan saat sang pangeran memintanya menetap, namun setelah dimanjankan dengan fasilitas dan makanan yang enak kini ia tak membantah lagi. Kapan lagi bisa menikmati makanan enak tanpa harus bekerja susah payah.

"Makan lah, itu akan dingin jika tak segera di santap"Jeno mengangguk semangat dan mulai menyentuh makanan yang dihidangkan, ini cukup banyak baginya dan ia tak mungkin menghabiskan makanannya sendiri.

"Apa pangeran sudah makan? Jika belum aku akan mengijinkan pangeran untuk makan. Aku tak mungkin menghabiskan hidangan sebanyak ini"Jeno tersenyum membuat sang pangeran gemas dengan tingkahnya, baru kali ini ada sosok sepemberani Jeno yang tak memikirkan tentang tahktanya sebagau seorang putra mahkota.

"Suapi aku kalau begitu"Jaemin duduk di samping Jeno dan merapatkan tubuhnya pada tubuh Jeno.

"Kau punya kedua tangan pangeran, jadi gunakan saja tangan mu"

"Aku terlalu lelah berlatih seharian ini, tak bisakah kau menyuapi ku?"Jeno berdecak dan menyuapi sang pangeran pada akhirnya. Pandangan mereka bertemu dan hal itu membuat Jeno merona tanpa sadar. Sial apakah ia blushing hanya karna ditatap sang pangeran?.

VENGANZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang