18. Pemaksaan.

17 10 0
                                    

Raffa sudah menjadi pendonor tetap buat Raffa selama- lamanya. Padahal Ervan bisa mencari orang lain untuk menjadi pendonor tetap untuk Daffa seperti Alm. Juna. Namun Ervan seakan enggan untuk melakukannya.
Ervan lebih juga menyiksa Raffa terus- menerus untuk menyumbang kan darahnya untuk Daffa. Hari ini jadwal Daffa tranfusi darah namun Raffa tidak mau melakukan transfusi darah lagi ke Daffa.

"Berapa kali lagi Raffa harus bilang ke Papa jika Raffa tidak mau dipaksa untuk melakukan transfusi darah lagi untuk Daffa. Berapa kali lagi, Pa?."

"Berapa kali pun kamu menolak, sebanyak itu juga Papa akan memaksa kamu," Ucap Ervan di telvon.

"Raffa mohon, jangan ganggu hidup Raffa lagi. Papa cari aja pendonor lain yang siap 24 jam melayani anak Papa, "Perintah Raffa menyuruh Ervan mencarikan Daffa pendonor lain.

Raffa sudah muak diteror terus oleh Ervan maupun Airin. Akhirnya Raffa memutuskan untuk mematahkan kartunya agar Ervan atau pun Airin tidak bisa menghubunginya lagi. Walau Raffa sudah mematahkan kartu hp nya, Ervan masih tetap bisa mendapatkan nomor baru Raffa.

"Berani sekali kamu mengganti nomor telvon kamu untuk menghindari saya."

"Apalagi sih,Pa? Raffa capek di ganggu oleh Papa terus. Raffa pengen hidup tenang."

"Kamu pasti sudah tau mau saya apa. Saya tunggu kamu ditempat biasa."

Ervan sudah menunggu Raffa tiga jam yang lalu namun Raffa tidak kunjung datang. Bahkan Airin sudah capek untuk menunggu Raffa.

"Kapan sih anak itu akan datang? mening Papa hubungi dan paksa dia untuk segera kesini."

Ervan menelvon Raffa terus- menerus sampai diangkat oleh Raffa. Karena capek di telvon terus- menerus akhirnya Raffa memutuskan untuk menemui Ervan dan Airin. Baru saja Raffa datang namun Airin sudah menampar pipi Raffa.

Plak.

"Saya sudah menunggu kamu sejak tadi. Kamu kemana aja sih? sok sibuk bangat jadi orang," Kesal Airin menampar pipi Raffa.

"Apa- apaan sih, Ma, Raffa memang sibuk nggak seperti Mama yang cuma mengandalkan uang Papa. Apa Mama sudah seratus persen yakin jika Papa tidak selingkuh? yakin Mama bisa hidup jika Papa tidak membiayai Mama lagi?" Kecam Raffa ke Airin secara bertubi-tubi.

Ervan ingin menampar Raffa namun Raffa memegangi tangan Ervan agar tidak memukulnya.

"Berani ya kamu sekarang menentang saya," Ucap Ervan membentak Raffa.

"Berani atau enggaknya Raffa itu bukan urusan, Papa. Seharusnya jika kalian ingin meminta sesuatu minta secara baik-baik dan jangan memaksa orang jika orang itu tidak mau. Apakah kalian tidak pernah mengenyam bangku pendidikan sampai kalian berdua tidak tau yang namanya sopan santun?" Sindir Raffa ke orang tuanya.

"Kamu tuh ya."

Ervan menarik krah baju Raffa. Namun Raffa tetap santai menghadapi Papanya. Bahkan Raffa tidak segan- segan untuk menyindir Ervan terus-menerus.

"Apakah begini perlakuan orang terpelajar? Setau Raffa, yang namanya Ervando Liandra adalah salah satu pengusaha hebat. Tapi teryata atitud nya tidak menunjukkan jika Dia orang yang hebat. Bahkan seperti orang yang tidak pernah di sekolahkan," Kecam Raffa meremehkan Ervan.

Plak

Airin menampar Raffa ketika sedang lengah. Raffa tidak sempat untuk menahan Airin untuk tidak menamparnya. Tamparan Airin membuat Raffa sangat marah dan melukai tangannya.

"Raffa jangan," Teriak rekan bisnis Raffa ingin menghentikan aksi Raffa.

Raffa tetap menggores tanggannya dengan pisau yang membuat tangan nya mengeluarkan banyak darah.

MERPATI PUTIH ( kebahagian yang selalu dinantikan). (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang