3rd : Here we go

21 6 0
                                    

"This is cilok. Do you want to try it?" Ayara menyodorkan sebiji cilok kepada Mark dengan tusukannya, namun laki-laki itu menggeleng.

"Just eat it for you, Ayara." Ucap Mark.

Ayara menarik tangannya, memasukkan bulatan tepung kenyal itu ke dalam mulutnya. Sedari tadi hanya dia yang berceloteh kepada Mark sementara laki-laki itu menanggapinya dengan baik. Tipe good-listener. Gadis itu sempat bertanya beberapa hal kepada Mark, tentang apa yang laki-laki itu lakukan di kotanya, juga tentang kenapa laki-laki itu memilih tinggal di rumahnya.

'Everything is in accordance with the provisions.' Begitu jawaban Mark. Jawaban yang tak memuaskan rasa ingin tahu Ayara.

Langit sempurna menghitam ketika keduanya berjalan menyusuri trotoar. Malam yang cukup sepi, dikarenakan cuaca yang lebih dingin dari biasanya. Ayara tak mempermasalahkan itu, lagipula ia mengenakan pakaian hangat.

"Looks like making noodle soup is really good, the weather is really cold." Gumam Ayara. Mark mengangguk-angguk setuju.

"Let's hurry back home," ucap Mark.

"Why such a hurry? It's only 9 o'clock?" komentar Ayara.

"I am thirsty, Ayara." Terang Mark.

"Then just buy a drink, Mark." Balas Ayara.

"I can't," ucap Mark.

Gadis 19 tahun itu mengernyit. Ia baru menyadarinya. Sejak tadi, yang sibuk mengunyah dan meneguk hanya dirinya. Mark menolak untuk menyantap apa pun. Padahal ini sudah lewat 5 jam sejak mereka keluar rumah dan mereka selalu berjalan kaki. Ayara saja sudah menghabiskan sebotol air mineral dan juga minuman lainnya. Bagaimana mungkin Mark tidak merasa haus?

Akhirnya tanpa berdebat, keduanya memutuskan pulang. Sebenarnya Mark tidak masalah akan pulang jam berapa pun, tapi laki-laki itu tentu saja merasa tak enak hati pada Arka karena telah membawa adik perempuannya keluar rumah pada malam hari. Meski pada awalnya yang mengajak tetaplah Ayara.

"Abang! Ayara pulang!"

Ayara berseru sesampainya keduanya di rumah. Gadis itu tak mendapat sambutan sang kakak. Ayara menghela nafas, mengira Arka belum pulang. Gadis itu menyuruh Mark untuk berganti dan kembali lagi ke dapur. Setidaknya ia harus memasak untuk laki-laki 23 tahun itu karena telah menemaninya, bahkan tak sempat menyantap apa pun.

"What do you want now?" tanya Ayara begitu melihat Mark memasuki dapur.

"Anything. Just up to you,"" jawab Mark. Laki-laki itu menarik kursi, menyalakan ponselnya.

"How about ramyeon?" tawar Ayara. Mark terkekeh.

"Sounds like you don't have anything to cook. Or you can't cook?" candanya.

"Both are correct. You are right," balas Ayara.

Gadis itu segera sibuk dengan peralatan dapur yang sebenarnya hanya panci karena ia hanya memasak sebungkus ramen. Mark memainkan ponselnya, sesekali mengangkat pandangan untuk memperhatikan Ayara. Laki-laki itu tersenyum. Senyum yang tidak biasanya.

"Ta-daa!"

Mark menyimpan ponselnya ketika Ayara meletakkan mangkuk berisi ramen kuah pedas di hadapannya. Gadis itu mencuci tangan, lalu duduk di seberang Mark setelah mengambil sebotol air dingin dari kulkas. Mark terkekeh.

"Ma-mark?" panggil Ayara ragu. Laki-laki itu menoleh, mendapati ekspresi bingung di wajah Ayara.

"Why?" tanya Mark.

Flummox : Dream or real? (ft. Mark Lee)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang