bertemu kembali.

51 6 0
                                    

—1978

Jaenal akhirnya selesai dengan tugas tugasnya, dirinya meregangkan otot ototnya sebelum berdiri lalu menyampirkan jaket kulitnya ke punggungnya berjalan keluar dari ruangannya.

Hari sudah sore dan dirinya kali ini lupa untuk mengisi perutnya dengan makanan, dia tadi hanya sempat meminum kopi dan memakan gorengan yang dia pesankan ke hariz tadi.

"Mampir ke angkringan ndak papa kali ya." Ucap jaenal pada dirinya lalu dia pun membawa motor Vespanya itu pergi dari kantor desa.

Namun saat di pertengahan jalan jaenal tak sengaja bertemu dengan pemuda manis itu - asa.

Asa sedang mengiring sepedanya yang jika dilihat rantainya putus, jaenal dengan baik hatinya berhenti dan menawarkan pemuda manis itu untuk pulang bersamanya.

"Kenapa sa?"

"Rantai sepedaku putus jae, kamu baru pulang dari kantor desa?." Tanya asa.

Jaenal tersenyum lembut lalu mengangguk.

"Harus segera dibetulkan itu, tapi hari sudah sore bagaimana jika aku antar kau pulang?" Tawarnya.

Tapi asa ragu.

"Sepedanya nanti aku titipkan ke orang yang lewat, bagaimana?" Tanya jaenal lagi, asa hanya terdiam bingung.

"Orangnya dari desa sini, ndak perlu khawatir aku sudah mengenal mereka." Ucap jaenal meyakinkan asa, membuat pemuda manis itu mantap tersenyum lalu mengangguk kan kepalanya.

Asa pun menaikki motor vespa itu lalu berpegangan pada pundak jaenal, membuat lelaki itu jadi gemas sendiri.

"Ndak begitu, pegangnya disini saja." Tangan asa yang semula dipundak kini melingkar di pinggang jae, membuat rona merah itu terlihat dipipi asa.

Jaenal terkekeh melihat itu lalu dia mulai menghidupkan motor Vespanya.

Semilir angin sore itu menerpa wajah putih asa, dan itu membuat jaenal sedikit melirik ke arah kaca spion hanya untuk melihat pahatan sempurna.

"Asa, aku akan ke angkringan, kamu mau ikut aku?" Tawar jaenal

"Boleh boleh saja jae." Balas asa lembut.

Jaenal tersenyum senang mendengarnya, lagi lagi ada degupan aneh pada dirinya sedari tadi saat tangan putih kecil itu melingkar diperutnya.

Mereka pun sudah sampai ke angkringan yang jaenal maksud, mereka turun dari motor vespa itu dan berjalan ke arah angkringan itu.

"Kamu laparkan? Mau apa? Aku yang pesan." Ucap jaenal, sedangkan asa menggeleng.

"Tidak jae, terimakasih atas tawarannya, sebelum pulang tadi aku sudah makan, kamu makan saja." Balas asa tenang.

Jaenal mengangguk, dia pun memesan makanan seperti biasanya lalu duduk dihadapan asa yang sibuk membaca buku dengan sebuah kacamata yang bertengger indah di hidung mancungnya.

Jaenal awalnya ingin memanggil tapi dirinya sangan tidak enak rasanya, karena pemuda manis itu begitu dalam membaca buku itu.

Setelah selesai membaca asa menutup buku itu dan melepaskan kacamatanya, dia juga tak sadar ternyata dirinya sedang di lihat oleh jaenal, wajahnya langsung bersemu merah melihat tatapan mata jaenal yang begitu tampan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang