bab 2

493 31 5
                                    

"sebaik-baiknya kita bicara di ruangan saya nyonya." Ucap dokter pada Ara.

Ara mengangguk dan mengikuti dokter itu menuju ruangnya.

Begini nyonya keadaan pasien cukup parah. Ada benturan cukup keras pada kepalanya dan pada tulang rusuknya mengalami keretakan. Pasien juga mengalami kelumpuhan karena syarat tulang belakang mengalami kerusakan. Mungkin pada saat kecelakaan ada sesuatu yang menjepit kaki pasien. Saya belum dapat memastikan apakah pasien akan mengalami kelumpuhan seluruh badan atau pasien mengalami kelumpuhan permanen." Ujar dokter itu panjang menjelaskan keadaan Dika.
Ara di buat bungkam dengan penjelasan dokter. Ara tidak menyangka keadaan Dika akan separah ini.

" Apa saya boleh melihat suami saya dok?." Tanya Ara pelan.

" Tentu boleh nyonya."

Setelah mendapatkan izin dari dokter Ara langsung keluar dari ruangan dokter itu dan berjalan menuju ruang rawat Dika. Begitu memasuki ruang rawat Dika, Ara melihat Dika terbaring lemah tak berdaya di atas ranjang rumah sakit. Di tubuh Dika ada banyak alat medis yang menempel bahkan ada masker oksigen yang bertengger di mulut dan hidung nya.

" Mas Dika, cepet sadar yaa soalnya Ara udah kangen sama mas Dika ." Ucapnya sendu.

Tidak ada Jawaban, yang terdengar hanyalah suara alat medis saja.

***

Setelah 1 Minggu Dika berpura-pura koma akhirnya Dika memutuskan untuk berhenti dari koma nya.

" Mas, kamu kapan mau bangun, gak capek tidur terus? Kamu gak kangen sama aku mas?."

Tanpa di duga Dika membuka matanya secara perlahan. Ara yang melihat itu sangat bahagia, dia  langsung pergi memanggil dokter agar bisa memeriksa Dika.

" Kondisi pasien cukup stabil, tapi maaf nyonya ada kabar yang kurang mengenakkan yang harus saya sampaikan kepada nyonya. Kabarnya adalah bahwa pasien mengalami lumpur total pada seluruh bagian tubuhnya. Pasien juga mengalami hipersalivasi dan pasien tidak bisa merasakan jika ingin BAB dan BAK maka dari itu pasien harus menggunakan pempes."

Ara di buat mematung dengan penjelasan dokter. Apa tadi katanya lumpuh? Ara kira Dika hanya akan lumpur pada kakinya saja tapi ini ternyata dia lumpur seluruh tubuh. Menghela nafas, Ara mencoba bersabar atas musibah yang dialami suaminya. Ara terus menggenggam tangan Dika seolah memberi ketenangan dan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.

" Mas Dika yang sabar okey, jangan kwartir ada Ara yang akan selalu berada di samping mas Dika."

***

Hay semua maaf ya cerita aku makin kesini makin gak jelas semoga kalian suka bacanya.

ILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang