" apa sebaiknya kita tidak usah memasukkan rafsa ke asrama sayang? Sehingga dia selalu ada dalam jangkauan kita." Usulan yang membuat lila mendengus geli.
Son Complex ini ... batin Lila kesal.
" sebenarnya yang ti-ahh.." Kaget lila karena seseorang menarik tangannya pelan. Lila menoleh mengabaikan suara panic diseberang sana.
" Sayang.. Sayang.. Kenapa? You okay? Aku kesana?" Tanya diseberang sana panic.
" kenapa, mas?" Tanya lila
" hug~" rengeknya. Tanpa berpikir lila mengangguk membuat Rama mengambil sebuah kursi dan mendekatkannya ke kursi yang diduduki lila. Lila menyandarkan badannya dan merentangkan kedua tangannya, membiarkan rama nyaman dalam pelukannya. Untungnya dia berada pada ruangan miliknya.
" hallo.." Panggil lila.
" you okay, darl?" Tanya sosok diseberang sana.
" okay, robbi.." balas Lila santai seolah dia baru saja tidak pernah membuat orang diseberang sana panik.
" robbi?!" Pekikan kaget terdengar diseberang sana yang dibalas kekehan ringan oleh lila kemudian disusul kekehan kecil di seberang sana.
" tapi sayang, aku serius soal rafsa."
" i know."
" hehehehhe.. Ya.."
" sudah kuduga kamu mengikhlaskan rafsa masuk asrama adalah sebuah kedok. Kamu tidak benar-benar melepaskan dia untuk mandiri. Kamu yang begitu memanjakan dan menyayanginya tidak mungkin dengan sukarela setuju dengan keputusannya yang ingin masuk asrama. Apalagi untuk 4 tahun." Cibir lila. Tangannya mengelus pelan punggung rama. Memberikan kenyamanan yang mungkin saja dia butuhkan saat ini.
" maaf sayang.. Tapi.. Can i?"
" kita bicarakan ini ketika kamu tidak sibuk okay?" Bujuk lila.
" tap.."
" selesaikan urusan yang menyibukkan kamu itu sesegera mungkin. Kita bicarakan lagi ketika di rumah. Aku rasa bukan pembicaraan yang tepat jika kita membicarakannya melalui telepon dijam makan siang." Balas lila.
" hh.. Okay.."
Tok tok tok
Samar-samar lila mendengar ketukan pintu.
" makanan kamu datang. Makan dengan benar. Ku harap sebelum makan malam kamu sudah berada di rumah untuk membahas beberapa hal."Ucap lila.
" okay.. Hati-hati dijalan sayang.. See you at home.."
" see you darl."
Sambungan terputus dan lila meletakkan ponselnya. Mengelus punggung rama yang naik turun dengan teratur.
" ayo balik.." Ajak lila.
" no."
" udah waktunya balik. Dan jika kita tidak kembali ke kantor. Maka akan ada orang yang kemari."
" mau peluk sebentar lagi." Rengeknya.
" bocah aneh." Gumam lila pasrah.
5 menit kemudian...
Tok tok tok..
" la.. Ayo balik.."
" yok.. Wait.."
" liat rama kagak lu?"
" iya.. Anaknya tiduran di sini.. Gangguin gue telfonan,." Balas lila.
" okay.. Sekalian bangunin ajakin balik.."
" oke."
Lila menepuk pelan bahu rama. Kemudian mendorongnya agar menjauh dari dirinya.
" dah ayo balik. Tuh udah diajak balik."
" hish.." Gerutunya.
" bocah aneh. Ayo!" Lila beranjak dari tempat duduknya kemudian melangkah keluar diiringi oleh rama.
***
Sabtu siang..
Tok tok tok
" masuk.."
Ceklek..
" nona, ada seseorang yang datang untuk menemui nona. Beliau ada diruang tamu. Apakah saya harus menyuruhnya masuk?" Lila mendongak menatap sosok yang tengah berbicara tersebut. Melepas kacamata yang sejak tadi bertengger dihidungnya.
" siapa mbok? Kalau temen-temen lila pasti sudah berlaku seolah rumah sendiri." Ucapnya menaruh atensi.
" saya kurang tahu non, mungkin non lila mau menemuinya langsung."
" okay.. Makasih mbok.. Tolong buatkan minum ya."
" baik, non.."
Lila menghela nafas malas. Menutup laptop yang sedari tadi dia buka kemudian beranjak dari duduk malasnya menuju ruang tamu dimana 'tamu' misterius itu berada.
" lhoh, mas rama?" Kagetnya.
Sosok yang dipanggil "mas rama" tersebut mendongak dan tersenyum senang begitu pandangannya bertemu dengan lila.
" siang, bu.."
" kenapa mas?"
" ayo jalan, bu?" Lila tidak dapat menutupi raut kagetnya. Sangat mengherankan sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumit
General FictionHanya sebuah kisah rumit tentang sebuah hal yang terkadang tidak masuk akal dikebanyakan orang tetapi maklum di pemeran utama. Tentang rasa lelah seorang manusia. Tentang cinta yang kadang tidak masuk akal.