" Elu ngapain!?" Kagetnya. Secara reflek membuka mata dan bangun dari posisi rebahannya.
" bentar aja.. Capek~" rengek suara yang lain
" kaget anjrit.." Keluhnya.
" plis.." Menatapnya dengan puppy eyes.
" elu ngapain?"
" bentar aja.. Capek~" rengek suara yang lain
" kaget anjrit.." Keluhnya lagi.
" plis.." Menatapnya dengan puppy eyes.
" malu anjrit. Nggak sopan dilihat orang."
" capekkk~~"
" hhhh~ fine.." pasrah salah satunya mengalah. Sosok yang mengaku lelah tersebut kembali merebahkan kepalanya.
" bu~~."
" apalagi mas Rama? Dah lu rebahan aja.. Gue mau bangun."
" bu Lila disini aja.. Mau ditemenin.." rengeknya membuat sosok yang dipanggil mbak tersebut mengernyit aneh.
" mas Ram.. Demi! Kita it-"
" apa?"
" dahlah.. Serah elu." keluhnya.
Hening..
" bu Lila.."
" hmm.." jawabnya acuh.
" mau peluk."
" a-astaghfirullah Rama. Elu kenapa sih anjir.. Sebelum ini kita bahkan masih ngobrol dengan canggung." keluh Lila risih.
" ngga tau. Cumin ngerasa nyaman. Engga tau kenapa pengen deket."
" tap-"
Drrt drrt drrt drrt
" ish.. Bentar."
Sosok yang dipanggil Lila tersebut meraih ponsel yang dia letakkan di sebelahnya ketika rebahan tadi. Menatap lama layar ponsel yang menampilkan sebuah nama yang tidak asing untuknya. Menimbang apakah akan mengangkatnya atau tidak sedangkan saat ini dia sedang berada pada tempat dimana seharusnya tak seorangpun mendengar pembicaraan ini.
" mas Ram.. Awas dulu sebentar."
" kenapa?" Lesuhnya. Mengangkat kepalanya dengan pandangan kearah Lila sayu membuat Lila merasa sedikit bersalah.
" ada telepon penting." Ucapnya sambil menunjukkan ponsel yang terus berdering.
" di sini aja."
" nggak!"
" bu~~"
" Rama ngapain sih, dik?" Tanya salah satu partner Lila yang sedari tadi menatap keduanya tanpa banyak berkomentar.
" tahu nih bocah mendadak manja. Mana sebelumnya kalau ngobrol canggung banget. Bocah aneh." Gerutu Lila.
" emang aneh banget Rama hari ini." Timpal yang lain , sedangkan Rama nampak acuh dan hanya menatap Lila.
" bangun dulu bocah!" Tegas Lila.
Dengan pasrah mengangkat kepalanya dari pangkuan Lila. Lila segera turun dari kursi tempatnya rebahan tadi kemudian beranjak sambil mengangkat telepon yang terus berdering.
" hallo." Adalah sapaan pertama yang lila dengar ketika sambungan telepon berhasil terhubung.
" hallo.. Kenapa?"
" hari ini aku lembur. Bisa tolong kamu mampir ke sekolah. Beberapa hari ini Rafsa sulit sekali dihubungi. Aku agak khawatir." Ucap diseberang sana.
" Rafsa? Kemarin dia pulang kerumah kok. Dia bilang sedang ngambek dengan seseorang karena berbohong." Jawab Lila setengah menyindir.
" sayang~.. Maafkan aku.. Bukannya aku ingin ingkar janji. Tetapi memang mendekati akhir tahun selalu membuat perusahaan sangat sibuk."
" tapikan kamu bisa mampir sebentar atau meluangkan waktu barang sehari untuk menemani Rafsa? Dia rindu kita dan ingin menghabiskan waktunya sebelum dia kembali ke asrama. Paham tidak sih kamu?"
" aku paham sayang. Maafkan aku." Lirihnya menyesal. Lila menghela nafas pelan.
" sudah makan siang?" Tanya Lila lembut. Pada akhirnya dia mengalah dan memilih untuk menanyakan hal lain.
" belum.." Lirihnya.
" sayang~~.." Keluh Lila.
" tapi aku sudah meminta sekretarisku untuk memesankan makan siang."
" okay.. Jangan sampai telat makan. Aku tidak mau kalau kamu sakit."
" iya sayang."
Hening..
" sayang.." Panggil diseberang sana.
" hmm.."
" apa sebaikanya kita tidak usah memasukkan Rafsake asrama ? Sehingga dia selalu ada dalam jangkauan kita." Usulan yang membuat Lila mendengus geli.
Son Complex ini... batin Lila kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumit
General FictionHanya sebuah kisah rumit tentang sebuah hal yang terkadang tidak masuk akal dikebanyakan orang tetapi maklum di pemeran utama. Tentang rasa lelah seorang manusia. Tentang cinta yang kadang tidak masuk akal.