“Ibuuuu!” Suara pria itu tertahan di tenggorokannya, tapi hati kecilnya terus menjerit memanggil orang yang telah menghadirkannya ke dunia ini.
Hanung yang mengikuti Arya, segera menghampirinya.
“Ada apa, Ar? Separah apa keadaan Kinanti?” tanyanya sembari membantu sahabatnya itu berdiri.
Arya masih terdiam, tak urung dia pun bangkit dari duduknya perlahan. Hanung memapah Arya dan mendudukannya di kursi tunggu, lalu ia pun ikut duduk disampingnya.
“Gimana kondisi Kinanti?” tanya Hanung berhati-hati.
“Belum tahu, Han.” Jawab Arya lirih nyaris tak terdengar.
“Aku melihat Ibu dalam kondisi pingsan dibawa masuk ke dalam sana,” ucapnya sambil jari telunjuknya mengarah ke ruang tindakan IGD.
Hanung jelas terkejut, kini ia paham apa yang terjadi. Segera ia mengajak Arya untuk mendekati ruangan tempat dimana ibunya Arya berada.
“Kita tunggu disini, semoga ibumu dalam keadaan baik-baik saja.” Kedua orang pria itu kini tengah menunggu kabar dari salah seorang tenaga kesehatan yang keluar dari dalam ruangan IGD.
Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya tergopoh-gopoh datang menghampiri Arya. Wajahnya jelas terlihat gurat ketakutan sekaligus cemas.
“Maafkan, Mbok, Den. Mbok, lalai menjaga Ibu,” ucap wanita itu disela isak tangisnya, Arya sontak berdiri dan menghampiri wanita itu.
“Katakan, Mbok! Apa yang terjadi sama Ibu?” Arya langsung menanyakan kejadian yang dialami ibunya pada asisten rumah tangganya.
“Mbok, juga gak tahu, Den. Setelah Ibu mendapat telepon dari seseorang, ibu lantas terjatuh tak sadarkan diri,” kata wanita itu menjelaskan.
“Siapa yang menelepon?” desak Arya.
“Mbok, gak tahu, Den,” jawabnya ketakutan.
“Dimana ponsel ibu?” tanya pria itu seolah tak sabar ingin mengetahui siapa yang sudah menyebabkan ibunya seperti itu.
Wanita yang dipanggil dengan sebutan ‘Mbok’ itu pun terlihat merogoh tas kecil yang dibawanya, mencari satu barang kemudian menyerahkannya pada putra majikannya.
Kini terlihat Arya tengah mengutak-atik ponsel milik ibunya. Tak lama kemudian raut wajahnya terlihat membeku, rahangnya mengeras dan terdengar suara gemeletuk dari giginya. Kedua tangannya mengepal kuat, sorot matanya memancarkan kemarahan yang sangat. Melihat itu, Hanung pun segera bangkit dan menghampiri Arya.
“Ar …?” Hanung seolah cemas melihat ekspresi sahabatnya itu.
“Han, tolong kamu tunggu disini. Aku ada urusan penting, hubungi aku begitu dapat kabar dari Dokter!” Arya berkata pada Hanung.
Setelah berucap seperti itu, Arya langsung mengambil langkah seribu ke arah resepsionis rumah sakit. Kemudian menuju sebuah ruangan yang diberitahukan oleh seorang perawat.
Dengan napas tersengal, kini Arya telah sampai di ruangan yang dimaksudkan. Namun apa yang dilihat dan didengarnya, malah semakin membuat Arya semakin membenci wanita yang pernah dinikahinya beberapa tahun yang lalu.
Terlihat di dalam sana, Kinanti berada dalam pelukan seorang pria. Mereka tengah asik bercanda ria, tak telihat seperti orang sakit pada umumnya. Meskipun di salah satu pergelangan tangannya terdapat balutan kain putih dengan sedikit bercak merah disana.
“Jadi kamu memberitahukan tentang perceraianmu pada ibunya? Bagaimana kalau sakit jantungnya kumat, Sayang? Kamu gak kasihan sama wanita itu?” tanya pria yang sedang memeluk Kinanti dengan mesra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parfum Pengikat Cinta
RomansaSebuah kecelakaan telah menyebabkan seorang pria mengalami amnesia, hal ini dimanfaatkan oleh seorang wanita yang memiliki dendam pada pria tersebut. Tanpa disadarinya jika yang dilakukan wanita itu telah menyebabkan banyak orang terluka dan menderi...