04. Pertemuan Pertama

69 16 0
                                    

Jeffry masih berada di balkon kamar, sembari menunggu Meirose yang masih bersiap-siap untuk datang ke acara Chris tentunya. Well, ternyata acara diadakan tepat di hotel itu berada yang mana membuat mereka lebih mudah untuk menghadiri acara Chris. Walau belum sama sekali bertemu dengan pria itu, Jeffry yakin sekali jika tidak akan lama lagi Chris akan menunjukan batang hidungnya. Entah saat acara berlangsung atau kapan, Jeffry berharap kehadiran pria itu tidak akan membuat kekacauan bagi dirinya. Juga, ia harap rencananya akan berjalan lancar.

"Mas, lebih bagus model bun begini apa dibiarin terurai?"

Kemudian datang lah suara milik Meirose yang mana langsung membuat perhatian Jeffry teralihkan. Kali ini pria itu menatap dengan pandangan takjub, sekaligus terpesona saat melihat penampilan istrinya yang begitu cantik. Meirose dengan gaun merah marun yang melilit di tubuhnya, sungguh membuat mata Jeffry tidak berkedip untuk beberapa detik.

"Mas, kenapa diam, sih? Lagi aku tanya loh." Meirose menegur lagi saat mendapati jawaban kosong dari Jeffry.

Jeffry yang tersadar langsung menghela napas setelahnya. Namun bukan menjawabnya, Jeffry malah mengajak Meirose untuk kembali masuk, membawa wanita itu menuju cermin hingga memantulkan bayangan mereka berdua.

"Coba aku liat dari sini," Jeffry menempatkan bahunya di atas bahu terbuka milik Meirose. Mata pria itu memandang penuh puja istrinya di sana, seakan Meirose adalah satu-satunya wanita paling cantik di muka bumi.

"Kenapa harus liat dari cermin?" tanya Meirose denhan rasa bingung.

"Karena aku gak kuat kalau liat langsung. Rasanya pengen aku kurung aja di kamar biar gak usah keluar terus diliat orang-orang," jawab Jeffry semakin mengeratkan pelukannya pada punggung Meirose.

"Kamu ini. Kayak gak pernah liat aku aja, loh. Ya aku harus tampil cantik dong di acara teman kamu, Mas. Nanti kalau aku tampil urakan malah kamu yang malu," kata Meirose sambil memukul pelan tangan Jeffry yang berada di pinggangnya.

"Kamu gak pakai apapun juga tetap cantik, Mei."

"Ih!"

Wajah cemberut Meirose malah membuat Jeffry semakin gemas di sana, dan tidak tahan untuk menciumi sekujur leher jenjang milik istrinya itu.

"Aku itu beruntung banget bisa punya istri kayak kamu, Mei."

"Oh ya?"

"Hm," guman Jeffry kembali menatap Meirose dari pantulan cermin. "Makanya aku gak akan biarin kamu berpaling dari aku."

Langsung disambut dengan tolehan kepala Meirose yang mana cukup bingung dengan ucapan Jeffry barusan.

"Kamu ngomong apa, sih? Memangnya siapa yang mau berpaling?"

"Ya siapa tau ada yang naksir kamu juga selain aku."

Meirose memutar bola matanya, "yang naksir memang banyak tapi yang aku suka, 'kan cuma kamu."

Sukses membuat senyum Jeffry terbit mendengar perkataan Meirose barusan.

"Ya udah kalau giti jawab dulu, mending rambut aku diurai apa model bun begini?" tanya Meirose merasa pertanyaan awalnya belum terjawab oleh Jeffry.

Dan Jeffry sudah memiliki jawaban akan itu. Tetapi bukannya menjawab, pria itu malah kembali mengecup bahu Meirose, terus memberikan kecupan berjejak hingga tengkuk belakang milik istrinya. Merasakan itu jelas Meirose merasa merinding, sudah tahu apa tabiat sang suami saat ini.

"Mas, kita mau datang ke acara loh," tegur Meirose saat kecupan yang diberikan Jeffry belum terhenti.

"Hm, aku tau." Jeffry membalas dengan pelan. "Aku cuma mau kasih jawaban atas pertanyaan kamu."

UNBROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang