Seorang pemuda sedang menjerit ketakutan, dia berlari dengan tergesa-gesa. Deru nafasnya seirama dengan dentuman jantungnya. Keringat membasahi seluruh tubuhnya, saat ini terlihat jelas wajah ketakutan dari pemuda itu.
Sudah sekian banyak pintu pintu yang dia lewati, dan akhirnya dia membuka salah satu pintu lalu masuk kedalam ruangan, dia mengunci pintu dan mendorong sebuah kursi untuk mengganjal pintu tersebut.
Saat pemuda itu sedang sibuk mencari tempat persembunyian, datanglah seseorang yang menggunakan sebuah topeng dengan pisau yang dilumuri darah tepat di genggamannya , orang itu menyusuri satu persatu ruangan dan mencari keberadaan pemuda itu.
"Dimana kau bersembunyi, siap atau tidak aku akan datang" terdengar sebuah tawa mengerikan dari orang yang mengejar pemuda itu.
Orang itu kembali ke pekerjaan awalnya yaitu membuka satu persatu ruangan, lalu mencari keberadaan sang pemuda. Dia menghitung setiap ruangan yang ia buka.
"Satu!"
"Dua!"
"Tiga!"
"Empat!"
"Lima"
Sudah lima ruangan yang orang itu buka namun, sampai sekarang dia belum menemukan sang pemuda.
"Dan ini adalah ruang terakhir, dimanakah kau berada?"
Pemuda itu menangis ketakutan, tubuhnya bergetar hebat, dia sudah mati-matian menahan isak tangisnya agar orang itu tak mengetahui dimana keberadaan dirinya, dia berharap orang itu tidak membuka pintu ruangan ini. Namun harapan nya pupus ketika dia mendengar suara orang memutar knop pintu.
Kriet!
"Aku tahu kau ada disini, jadilah teman yang baik aku tak akan membunuhmu" bujuj orang itu ketika tahu bahwa pintu itu sudah dikunci.
Pemuda itu tersentak ketika mendengar kata kata orang itu, dia tahu itu hanyalah tipuan darinya agar dia bisa masuk kedalam ruang ini dengan mudah dan membunuh nya.
Brak!
Terdengar suara dobrakan pintu. Pemuda itu langsung bersembunyi di bawah kolong meja. Dia menutup mulutnya agar deru nafasnya tidak terdengar.
Brak!
Orang bertopeng itu menjebol pintu dengan tendangan nya, setelah pintu terbuka orang itu berjalan masuk dan mulai menyusuri ruangan tersebut. Orang itu memainkan pisau nya hingga memberikan sebuah bunyi yang cukup membuat suasana tegang.
"Dimanakah dirimu? Bukankah ini menyenangkan? Mau kah kamu bermain petak umpet bersama ku lagi ketika kita sudah sampai di neraka?"
Orang itu kembali tertawa dengan nada yang mengerikan.
Tiba-tiba saja orang itu menendang meja dimana sang pemuda bersembunyi.
"Kau ketemu!"
"Sekarang kau akan menyusul teman teman mu yang lain"
"Argh!!" sang pemuda berteriak untuk yang terakhir kalinya. Dia sudah merenggang nyawa.
Sang pembunuh terkekeh kejam, dia berjalan meninggalkan ruangan itu dan membawa pisau yang ia gunakan untuk membunuh orang yang bermain bersama nya.
***
Pagi ini sekolah digemparkan lagi dengan penemuan beberapa mayat pemuda di ruang kelas. Sekolah langsung menghubungi polisi dan meminta bantuan mereka untuk mengusut tuntas kasus pembunuhan berantai ini.
Para siswa kini dilanda ketakutan, tak ada yang berani datang ke sekolah. Ada juga siswa yang memutuskan untuk pindah sekolah, ke sekolah yang menurut mereka lebih aman.
"Aku dengar sekolah sebelah sedang mengusut kasus pembunuhan" seru Haechan yang merupakan seorang biang gosip, yang entah dari mana dia selalu saja mendapatkan bahan gosip.
"Pasti menyeramkan" ucap yang termuda di antara mereka, dia jugalah yang paling penakut, Jisung.
"Memangnya apa yang mereka lakukan sampai menjadi korban pembunuhan berantai?" tanya yang tertua, Mark.
"Aku dengar dari beberapa orang nih ya, murid murid yang menjadi korban pembunuhan itu sering bermain petak umpet" Haechan memulai gosip.
"Aku jadi penasaran siapa pembunuh mereka!" ucap Chenle, seorang pemuda remaja dengan rasa ingin tahuan yang sangat tinggi.
"Sudah jangan aneh aneh" seru Jeno.
"Aku setuju dengan Chenle, bagaimana jika kita menyelidiki kasus ini?" Jisung menggeleng cepat, dia tak ingin ikut ikutan ide gila Jaemin.
"Kita ini hanya murid SMA, bukan polisi atau detektif yang sudah handal menghadapi kasus seperti ini" ucap Mark bijak. Dia tak ingin mereka dalam bahaya hanya karena rasa penasaran kedua orang temannya ini.
"Ayo lah aku berjanji hanya akan menyelidikinya sedikit, setelah itu aku akan berhenti!" Chenle berjanji, Mark dan yang lain nampak mempertimbangkan.
"Setidaknya kita bisa membantu polisi dan orang tua yang kehilangan anaknya karena mati terbunuh" Haechan juga ikut membujuk teman temannya agar mau ikut menyelidiki kasus pembunuhan berantai ini.
Bersambung....