"Jadi apa yang akan kita lakukan?" Tanya Jisung menatap keenam temannya itu.
"Aku tidak tahu, jujur saja aku hanya ikut-ikutan" jawab Renjun, wajahnya tampak mengantuk.
"Renjun! Jisung! Kenapa kalian kelihatan tidak bersemangat sih? Ayolah semangat!" Haechan berteriak dengan semangat.
"Bersemangat? Astaga! Kenapa aku berteman dengan orang gila" gumam Jisung kesal.
Mungkin jika mereka ketempat bermain ataupun taman Jisung akan bersemangat. Tapi sekarang Jisung dan teman-temannya sedang berada di tempat pembunuhan. Jadi bagaimana mungkin Jisung bersemangat di tempat yang menyeramkan seperti ini.
"Sudahlah Jisung jangan marah-marah! Nikmati saja semuanya, siapa tahu akan ada hal yang menyenangkan menanti didepan kita" ucap Chenle yang bermaksud untuk menenangkan Jisung yang berada dalam suasana hati yang buruk.
"Ya menyenangkan jika satu persatu dari kita mati! Bukankah begitu maksud mu?" Balas Jisung sarkas.
"Hei! Jangan seperti itu, kalau ucapan mu menjadi kenyataan maka habislah kita semua" peringat Jaemin.
Jisung langsung diam tak berani membantah ucapan Jaemin. Hal itu semua karena Jisung dan Jaemin tidak terlalu dekat. Jisung hanya dekat dengan lima temannya, sedangkan untuk Jaemin, Jisung selalu menjaga jarak.
Itu semua karena Jisung merasa bahwa Jaemin tidak menyukai dirinya, belum lagi Jaemin tidak terlalu ramah sehingga Jisung berpikir ribuan kali untuk mendekati Jaemin.
"Kenapa diam saja?" Tanya Mark bingung, karena tidak biasanya teman-temannya yang super aktif kini menjadi pendiam.
"Tidak apa-apa kok" jawab Jisung seadanya.
"Haechan kita kesini untuk mencari apa?" Tanya Jeno kepada Haechan yang sedang memimpin jalan.
"Jadi kita harus mencari petunjuk kenapa pembunuhan ini dapat terjadi, dan klu yang kita dapatkan adalah semua korban sangat menyukai permainan petak umpet"
"Lalu?" Tanya Renjun penasaran.
"Terdapat 3 korban yang mati di tempat yang berbeda-beda, jadi aku akan membuat tiga kelompok agar lebih memudahkan kita mencari informasi dan kejanggalan yang tidak ditemukan atau malah sengaja disembunyikan oleh polisi"
"Kalau begitu aku dengan Renj..."
"Jisung dengan Jaemin satu kelompok! Jeno dan Renjun satu kelompok! Haechan, Aku dan Chenle satu kelompok" Ucap Mark yang memotong kalimat yang akan Jisung lontarkan.
Jisung melotot, kenapa dia harus bersama Jaemin yang pendiam?
"Aku tidak setuju!" Pekik Jisung.
"Kami tidak minta pendapat mu Park, lagipula Kami memilih Jaemin agar kau bisa terlindungi. Kau tahu sendiri kan diantara kita semua, hanya kau yang tidak memiliki kemampuan bela diri dan Jaemin adalah yang terkuat diantara kita semua, jadi terima saja! Ini semua demi kebaikan dirimu" balas Chenle.
Jisung hanya cemberut, kenapa sih harus Jaemin. Tapi memang benar yang Chenle katakan Jaemin adalah orang yang paling kuat diantara mereka semua. Namun, tetap saja Jisung tidak dekat dengan pemuda itu.
"Kita berpencar kemana?" Tanya Jaemin.
"Mayat pertama ditemukan di gudang sekolah, Kau dan Jisung akan ketempat tersebut. Mayat Kedua ditemukan di Loker, Renjun dan Jeno yang akan menyelidiki tempat tersebut. Dan mayat ketiga atau yang keterakhir berada di dalam kelas, kami akan menyelidiki hal tersebut" tutur Mark menjelaskan rencananya.
"Baiklah, ayo kita mulai sebelum penjaga sekolah datang" balas Haechan.
Ketujuh pemuda itu memang sengaja datang di malam hari, karena sekolah pasti sudah tutup dan juga sepi. Hal itu tentunya akan mempermudah penyelidikan mereka namun, tetap saja ada penjaga sekolah yang selalu berkeliling.
Oleh karena itu mereka harus cepat dalam bergerak sebelum semuanya ketahuan. Kini ketujuh pemuda itu mulai berpencar mencari bukti dan informasi yang bisa digunakan untuk mengungkapkan kasus pembunuhan berantai.
°°°°°
Jaemin berjalan mendahului Jisung, pemuda itu seperti tidak menganggap Jisung ada.
"Tunggu aku!" pekik Jisung kesal, kenapa Jaemin selalu meninggalkan dirinya. Tidak tahukah Jaemin bahwa Jisung itu takut.
"Jangan lambat" balas Jaemin dingin.
"Ck! Lebih baik aku bersama Haechan atau Renjun daripada harus bersama kau yang menyebalkan" seru Jisung dengan emosi yang membara.
Jaemin menghentikan langkahnya, dan berbalik untuk menatap Jisung yang tidak jauh dari hadapannya.
"Kalau begitu kau bisa pergi sekarang, anak manja" balas Jaemin cepat.
Jisung melotot, berani sekali pemuda di depannya ini mengatakan dirinya anak manja. Andai saja Jaemin tidak ahli dalam bela diri, pasti sudah Jisung pukuli sedari tadi.
"Aku tidak manja! Aku membenci mu" pekik Jisung yang tersulut emosi.
"Benci saja! Aku juga tidak peduli" balas Jaemin.
"Yak!" Teriak Jisung karena dirinya kalau dalam berdebat.
Brak!
Jisung yang mendengar suara gebrakan langsung melupakan amarahnya dan mendekati Jaemin, mulutnya terbuka bersiap berteriak dengan suara sekuat mungkin "ARGH! JAEMIN LINDUNGI AKU!"
"Jangan berteriak tepat di telinga ku, Jisung!"
°°°°°
Bersambung...