In The future, Continue to be My Rival

657 62 9
                                    

Solar menyesali bagaimana ia menatap pupil merah itu seolah-olah ingin memakannya hidup-hidup. Dia membenci seluruh bagian dari Halilintar. Senyum nya, poros wajahnya, bau parfum nya....

Mengapa dia harus begitu sempurna?

Mengapa mereka harus tinggal satu atap?

Mengapa Halilintar harus berada di satu barisan dalam daftar urutan “orang yang ingin Solar musnahkan dari muka bumi?”

Seperti patung Dewa Yunani yang sekarang Solar lihat. Bedanya, Solar ingin mencekik patung itu—bukan memusnahkannya....

"Itu Dewa Zeus. Dewa yang paling suka berselingkuh."

Solar mendelik ke arah Halilintar. 'Emang gue nanya, ya?'

"Berselingkuh memang hobinya, sih—"

"Sok tau." Solar segera memotong. "Meski suka cari selingkuhan, Zeus itu Dewa terkuat dalam mitologi Yunani!"

Halilintar menyeringai, terkekeh dari belakang. "Kamu yang sok tau." Dia tiba-tiba menyentil kening Solar sebelum merapatkan dirinya. "Zeus bukan suka cari selingkuhan. Dia hanya suka berselingkuh. Istrinya saja yang tergila-gila padanya."

"Ya wajar kalau Istrinya tergila-gila. Dia 'kan Dewa terkuat—dan apa-apaan itu??" Solar sekali lagi mendelik, tapi kali ini sambil mengusap keningnya yang tersentil.

"Justru karena dia kuat jadi suka berselingkuh. Ngomong-ngomong... itu karena kamu cerewet."

Solar memutar bola mata, mengabaikan kalimat terakhir yang diucapkan si pengendali guntur.

Berdebat dengan Halilintar sama saja dengan menguras banyak tenaga—meski fakta sebenarnya Zeus memang memiliki banyak Istri dan hobi anehnya untuk mengait mereka bukan berasal dari betapa hebat dia sebagai Raja Para Dewa.

Kembali ke kelas, Mama Zila masih sibuk menjelaskan bagaimana alam Khayangan tercipta. Banyak dari kata-katanya berakhir dengan masuk kuping kanan lalu keluar kuping kiri dan Solar adalah satu diantara mereka yang sama sekali tidak menyukai sejarah.

"Zeus mungkin Dewa terkuat, tapi masih ada Poseidon dan Hades di belakang. Mereka juga Dewa terkuat yang diakui dalam mitologi Yunani." Halilintar masih melanjutkan.

'Emang gue keliatan mau tau, ya?'

Solar hanya bergumam sebagai jawaban.

"Tapi selain kuat, Zeus juga tampan." Halilintar berhenti sejenak. ".... Itu sebabnya banyak yang tergila-gila padanya."

'Oh, tampan memang menyusahkan.'

Solar mengangguk dengan pemikirannya.

"Solar." Secara tiba-tiba Halilintar memanggil. "Di masa depan...."

Solar melirik Halilintar.

".... Terus lah jadi sainganku."

Deg

Deg

Deg

Solar memandang aneh Halilintar.

Pemuda itu lagi-lagi terdiam. Seperti ketika ia berhenti pada kalimat pertamanya; dia berbalik. Manik merahnya menatap sendu manik abu-abu Solar.

Apa yang—

"—Tolong jangan menghindar." Bisikkan itu seperti sihir; secara sadar meminta Solar untuk diam di tempat.

Jari-jari tangan Halilintar perlahan terangkat, menekan pelan sisi kulit dekat tulang pipinya, menciptakan sensasi geli diujung mata Solar. Pemuda dengan kacamata aneh itu tertawa, tidak bisa untuk tidak bersandar pada telapak tangan Halilintar.

"Enak?" tanya si merah lembut.

"Eum. Bagus."

Solar memejamkan matanya. Kemudian, Halilintar terkekeh. "Familiar?" Dia kembali bertanya.

"Yeah... sedikit—"

Solar terbelalak. Familiar katanya? Sentuhan Halilintar bahkan lebih seperti sesuatu yang....

Solar secara paksa membuka matanya, menyingkirkan tangan Halilintar yang hampir menyentuh sebagian dari wajahnya. Ia mendelik tajam ke arah pemuda itu, kemudian memberi jarak, secara tidak langsung menunjukkan gestur menghindar untuk Halilintar.

"Apa yang kau lakukan?!" Ekspresi Solar terlihat terguncang karena sesuatu.

"Huh? Apa yang kulakukan?"

"Ka-kau tadi.... Ta-tadi menyentuh...."

Halilintar mengangkat alis. Penasaran. Manik merahnya memandang Solar, tapi sialnya pemuda itu terlalu malu untuk melanjutkan kata-katanya.

"Menyentuh apa?" ulang Halilintar.

Persetan!

Kali ini Halilintar mengerutkan dahi; terkesan mendesak si bungsu, mungkin?

"Oh, maksudmu, menyentuh muka mu seperti ini?" Karena terlalu gemas, Halilintar menggigit pipi bagian dalamnya—secara bersamaan mengayunkan salah satu tangannya untuk menutupi seluruh permukaan wajah Solar dengan telapak tangannya.

"Hup!" Halilintar menyeringai. "Kamu lucu juga, ya kalau kayak gini." Kemudian dia terkekeh di akhir.

T.B.C

HaliSol Fanfic: Golden LightningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang