BrukkDengan dentuman keras menyentuh lantai gadis dengan panggilan Runa mengaduh kasakitan dengan mengelus pelipisnya yang menjadi korban
"hisss"
Runa bangkit dengan mata yang masih terpejam enggan terbuka, ia duduk di pinggir ranjang dengan posisi tangan yang tak berubah.
Runa menoleh kala ia siap membuka mata
"JAM 6?!"
***
"IBU... AYAH.. KENAPA GAK BANGUNIN RUNA?" ujarnya dengan suara terkesan panik
Rosiana sang ibu dan Jefri sang ayah yang tengah menyesap kopi pun lantas menatap putri sulungnya aneh
"Ini hari minggu kak." bungsu pun turut berkomentar memberitahu
Runa mengerucutkan bibirnya "Tapi kan Asa ngajakin kakak jogging."
Juwandra melewati sang sulung dengan berkata "Kalo ada janji makanya jangan molor aja, mandi sono, air liurnya dimana-mana tuh!"
Sontak pipi Runa merah padam bukan karna malu tapi ucapan Juan terlalu menusuk untuknya "Gak sopan!"
***
Runa melihat sosok Asa tengah berdiri di dekat teras rumah Runa, Asa dan Juan berbicara dengan lantangnya Juan tertawa, entah apa yang mereka bicarakan
Runa melangkahkan kakinya dan menepuk bahu Asa dengan cengiran khas dari Runa
Asa hanya menatapnya datar dan lalu berpamitan dengan Juan "Pinjem."
Juan menanggapi dengan acungkan jempol tersenyum senang "Kalo bisa jangan dibawa balik bang!" teriaknya
Runa menoleh kasar mendengar adik satu satunya berkata demikian menatap sinis ke arah Juan
Asa menyesap minuman kotak yang ia bawa dari rumah "Pagi tadi ada yang jatuh, kirain itu gempa."
Runa lantas menoleh
"... Ternyata buah nangka jatuh." leluconnya jadi tidak lucu karena ekspresi datar yang dimiliki Asa
"Maksudnya?"
"... dasar lola."
Sekarang bukan pagi melainkan waktunya siang, tidak tidak. Maksudnya itu pagi menjelang siang
Asa juga Runa keluar dari kendaraan umum yang menurut kalangan atas itu sangat panas dan menyesakkan
"berdua ya bang, terima kasih." Runa tersenyum yang membuat Asa menoleh
"...dasar."Aruna menunggu di kursi tunggu stasiun, menunggu Bimasa untuk kembali setelah Aruna memintanya untuk mencarikan makanan kesukaannya
Runa tersenyum riang kala melihat wujud Asa dari jauh dengan kedua tangan penuh dengan barang yang sudah menjadi pesanan Runa padanya.
Runa melambaikan tangan membiarkan Asa mengetahui keberadaanya
"Disini!"Asa yang mendengar sekaligus melihatnya pun menyunggingkan sudut bibirnya keatas dan memutar bola matanya "Dasar."
Saat Asa tiba tepat di depan Runa, lantas bukan makanan yang ia berikan terlebih dahulu.. Melainkan jentikan jari tepat pada pelipis Runa yang pagi menjadi korban
"auw" Runa mengaduh kesakitan
Asa diam melihat pelipis Runa membiru
"sakit?""Menurut anda?" Runa menaikkan alisnya kesal
Runa diam kala dengan tiba tibanya Yohanes Bimasa memplester pelipisnya yang terasa sakit
Runa melirik keatas kala mencium harum plester pemberian Asa untuknya
"Padahal cuma plester, kenapa bisa wangi kalo sama Yohanes Bimasa?" terdengar polos
Runa mendekatkan diri dan menguak dirinya di dekat dada Asa, sontak tingkah Runa sukses membuat sang empu mencuatkan pipi yang bersemu merah, tak kunjung berhenti pemuda itu mendorong Runa menjauh
Runa kehilangan keseimbangan bukannya terjatuh sendiri, ia dengan ceroboh menarik baju Asa
Bruukkk
Posisi saat ini Runa terjatuh duduk di kursi sedangkan Asa menaruh kedua tangannya tepat di samping kepala Runa
Dengan hembusan angin secara tiba tiba, dengan tatapan perdetik sukses membuat mr.cupid masuk yang membuat kedua remaja yang tengah bertukar pandang berdegup kencang jantung memacu
-tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
Fiksi PenggemarPercaya atau tidak kehilangan akan datang berturut jika enggan melepaskan *** Aruna Chungha seorang gadis kecil berumur 5 tahun yang hidup dalam kasih sayang kedua orang tuanya, Yohanes Bimasa anak laki laki penguat sang ibu yang sulit di dekati. Mu...