Kalau Sagara tidak salah ingat, itu dua tahun yang lalu waktu dia bertandang ke Pulau Dewata dan menjadi salah satu pegawai magang di Samsara. Selesai dengan kuliahnya, Sagara memutuskan untuk merantau dan karena beberapa alasan Sagara memilih Bali menjadi tempat rantauannya. Satu tahun menjadi pegawai magang, Sagara akhirnya dilirik oleh manajemen untuk diangkat menjadi pegawai tetap. Entah dirinya yang dianugerahi kemujuran yang melimpah ruah, atau memang karena potensi yang ia miliki, Sagara diminta untuk menjadi Personal Assistant untuk owner serta founder dari Samsara. Devanno Maheswara.
Nama itu yang terus-terusan terngiang di benaknya setelah didapuk menjadi satu-satunya orang yang bisa berada dalam radius kurang dari satu meter dengan si bungsu Maheswara. Desahan iri dan beberapa ucapan selamat didapatkannya sesaat setelah manajernya menyampaikan berita tersebut. Meskipun waktu itu sebenarnya Sagara ingin menolak tawaran tersebut. Dirinya merasa kecil hati dan tidak mampu mengemban tugas seberat itu. Apalagi dia yang harus berurusan dan berhubungan langsung dengan orang nomor satu Samsara. Kepercayaannya seketika jatuh ke titik terbawah. Saat itu, Danis-teman satu departemen konsultannya-menjadi satu-satunya orang yang membesarkan hatinya. Memberikan dukungan moral dan semangat pada Sagara, membujuknya untuk menerima tawaran tersebut. Dengan harapan ada pengalaman yang bisa ia masukan di sisi kosong lembar curriculum vitae-nya.
Dan di sinilah dia sekarang, di salah satu sisi Bali yang menjadi favorit si bungsu Maheswara.
Ubud.
Mungkin karena Devanno banyak menghabiskan masa kecilnya di Ubud, Sagara jadi merasa kalau Devanno bisa mencari ketenangannya saat bekerja di sini. Di tambah Ubud memang destinasi wisata yang dikunjungi karena memberikan ketenangan dan kesejukan batin, meskipun Sagara tidak melihat tanda-tanda konflik batin terjadi di diri Devanno. Itu kenapa Sagara memutuskan bahwa si bungsu Maheswara ini secara sederhana hanya menyukai suasana di Ubud. Terlebih dia bisa mengunjungi beberapa resto milik kakak perempuannya-Jenni Maheswara-dan tidak perlu mengeluarkan sepeser uangpun untuk semua makanan yang dia pesan.
Sagara awalnya tidak menyangka bahwa Devanno ini berasal dari keluarga Maheswara yang itu. Banyak yang bernama Maheswara tapi bukanlah berasal dari keluarga Devanno yang disebut-sebut sebagai salah satu yang paling berpengaruh di Bali ini. Sagara tidak akan mencari tau siapa orang nomor satu yang berada di atas Maheswara ini karena melihat dari keluarga Devanno saja Sagara sudah merasa jauh di angannya. Jelas dia dan Devanno berbeda seratus depalan puluh derajat.
Keluarga Maheswara dikenal sebagai keluarga yang pintar berbisnis. Semua perusahaannya seperti beranak pinak dan tidak ada habisnya. Dan seperti yang diharapkan, keempat putra-putri Maheswara benar-benar mewarisi bakat bisnis keluarganya. Si sulung Keenan memiliki hotel bintang lima yang terletak tidak jaugh dari pesisir Pantai Kuta. Bukan hanya satu, hotelnya bahkan tersebar di beberapa lokasi di pantai selatan Bali dan masuk menjadi ke dalam daftar sepuluh hotel termahal di Bali. Daerah selatan Bali yang padat sudah pasti membuat suite yang tersedia penuh saat memasuki peak-season.
Putri pertama, Jenni Maheswara, lebih tertarik untuk terjun ke dunia kuliner. Sagara pikir, Jenni juga memiliki setidaknya lebih dari satu restoran tersebar di beberapa titik di Ubud. Pasalnya, Devanno selalu mengajaknya bertemu dengan klien mereka di beberapa tempat yang berbeda dan acap kali Sagara berakhir menemukan Jenni di setiap lokasi yang dia sambangi bersama sang atasan. Sagara tidak habis pikir bagaimana bisa seseorang menjadi sehebat itu.
Bella Maheswara merupakan kakak Devanno yang nomer tiga. Kecintaannya dengan fashion membuat dirinya memilih untuk berbisnis di bidang tersebut. Mungkin karena hobinya, tak jarang Sagara menangkap Devanno mengenakan setelan yang berbeda dari biasanya. Pernah sekali Sagara memberanikan diri untuk bertanya dan Devanno dengan santainya menjawab bahwa dia baru saja dijadikan manekin oleh sang kakak untuk sampel terbaru mereka. Devanno tampaknya tidak merasa keberatan dan senang bisa membantu sang kakak, tidak ada raut kesal atau malas sedikitpun saat membahas hal itu sepenglihatan Sagara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon (Narrative Version)
FanficDevanno memandang Sagara layaknya bulan yang hanya dia lihat satu sisinya saja. Padahal, Sagara sendiri ternyata lebih dari satu sisi bulan. Sagara memperlihatkan seluruh isi dunianya kepada Devanno seorang.