Gelato Date

721 65 14
                                    

Kalau ditanya bagaimana rasanya bekerja dengan seorang Devanno dan menjadi salah satu orang yang dipercaya Devanno, Sagara sepertinya bersedia membuatan berlembar-lembar daftar kebaikan yang dimiliki oleh seorang Devanno Maheswara. Bukan hanya bagaimana Devanno berperilaku padanya sehari-hari, namun Sagara sangat amat terkesan dengan bagaimana Devanno memberikannya kesempatan untuk mengembangkan wawasan dan pemikirannya mengenai segala hal yang mereka temui selama mereka bekerja bersama. Meskipun tugas utama Sagara adalah mendampingi Devanno dan tidak terlibat langsung dalam segala proyek yang ditangani Devanno, bungsu Maheswara itu selalu akan mengajukan pertanyaan untuk Sagara jawab. 

Begitulah, Devanno akan selalu menjadi sosok yang memancing Sagara untuk mengeluarkan berbagai macam pendapat dan pemikiran yang selama ini selalu ia suarakan untuk dirinya sendiri. Seperti itu juga Sagara, lebih senang menyuarakan segala pendapatnya dalam hati dan disimpan untuk dirinya sendiri. Terlalu takut pada dunia, terlalu takut dengan segala penghakiman yang akan ia dapatkan. Tapi dengan Devanno akan selalu berbeda, saat ia bertukar pikiran dengan pria itu sepertinya ia mampu mengeluarkan isi otaknya sekalipun mengetahui jika Devanno tidak akan memberikannya justifikasi apapun terhadap segala pendapatnya. Alih-alih, menerima pendapat Sagara seakan-akan itu adalah hal yang paling masuk akal yang perrnah dia dengar. Terkadang, satu slice blueberry cheesecake Sagara dapatkan sebagai hadiah kecil untuk setiap keberaniannya.

Dari situ saja, rasanya Sagara tak perlu berpikir dua kali untuk memutuskan bahwa Devanno Maheswara merupakan atasan yang baik.

Tapi berbicara panjang lebar seperti ini bukan berarti Sagara setuju kalau Devanno adalah seseorang dengan suasanya hati yang selalu baik, ramah, dan bersahaja. He can be a little..impatient.

"Fuck!"

Sagara menelan ludahnya. Ini pertama kali untuknya mendengar Devanno mengumpat selama ia bekerja dengan lelaki berlesung pipi itu. 

Mungkin kemacetan canggu serta hasil pertemuan dengan klien yang tidak berujung baik hari itu berhasil membuat Devanno naik tensi. Proposal yang sudah dia persiapkan dengan timnya sejak beberapa bulan lalu harus gagal karena tidak ada kejelasan soal dokumen AMDAL dari pihak klien. Sagara bisa melihat kalau Devanno juga sedang menyalahkan dirinya yang terlalu sembrono mengajukan kerja sama dengan klien mereka yang satu ini. Berakhirlah dirinya yang hanya bisa membisu di samping atasannya yang tak henti menekan klakson Rubicon-nya.

"Maaf Ra, saya nggak bermaksud bikin kamu nggak nyaman. I'm sorry."

It's not like you need to say sorry, Devanno. Pikir Sagara. Tidak ada yang salah dengan sesekali marah dan melampiaskan kekesalan. Hanya saja ini pertama kalinya Sagara melihat seorang Devanno yang biasanya selalu giving the best of him, menjadi setara layaknya dirinya. Tentu bukan dalam konteks strata sosial mereka.

"It's okay, Pak. Saya juga kesal karena seharusnya proyek ini bisa jadi jembatan Samsara buat masuk ke pasar inter. I'm a little bit upset that we couldn't make it." Sagara berupaya memberikan respon mendukung meskipun ia tak terlalu yakin itu akan membentu mengurangi rasa kesal Devanno hari ini.

Devanno menghela nafas kasar, "Ini juga salah saya, too reckless. Tapi kalau dilanjutin saya nggak tau akan dibawa kemana karena sama sekali nggak akan masuk ke dalam konsep sustain kita, Ra."

Sagara bingung. Apalagi yang harus dia katakan untuk memecah keheningan mereka.

"Kamu suka gelato?"

Suddenly?

"I love sweet things."

Devanno mengangguk dan terlihat berpikir, "kita ke mertanadi ya?"

"Mau ngapain, Pak?"

"Kita cari gelato buat kamu."

Saraga merasa tidak yakin dengan saran Devanno kali ini. Canggu saja berhasil membuat kesabarannya menipis, ia tidak yakin bagaimana jalanan menuju mertanadi akan berhasil membuat kesabaran Devanno tidak habis dimakan waktu. "You sure?"

"Anggap permintaan maaf saya karena udah ngomong kasar di depan kamu," jawab Devanno.

"Tapi kita ada meeting jam 3, Pak. Just a reminder."

"Nggak akan lama, kita cari jalan memutar nanti."

Sagara akhirnya pasrah menyetujui ajakan gelato date dari Devanno. Mereka sampai di Gusto sekitar pukul 1 kurang lima belas menit. Masih ada sekitar dua jam lagi sampai waktu rapat mereka. Devanno dan Sagara berjalan beriringan dari tempat parkir. Sagara tentu bisa merasakan bagaimana tatapan orang saat ia dan sang atasan lewat di hadapan mereka, jelas semua orang akan manatap Devanno sebagaimana anak-anak kantor juga menatapnya dengan wajah terpesona.

Keluar dari area parkir mereka harus menyebrang untuk masuk ke bangunan toko. Devanno senantiasa berada di belakang Sagara saat mereka akan memesan. Saat dihadapkan dengan berbagai pilihat rasa gelato, Sagara rasanya ingin mencoba semua, tapi sayang ia hanya bisa memilih dua jadi ia putuskan untuk memilih vanilla dan matcha. Sementara Devanno berakhir dengan yogurt dan mango.

"Harusnya nggak usah sampai beliin saya gelato pak, tapi makasih!" ujar Sagara senang. Bali yang panas siang ini memang paling cocok ditemani dengan satu cup kemanisan. Terutama untuk Sagara. 

Padahal tadi dia sendiri ragu kalau mereka bisa sampai makan gelato di siang hari terik ini. Tapi bujukan Devanno memang tidak main-main begitu juga dengan niatnya. Devanno yang makan gelato dalam diam di hadapannya sekarang menjadi pemandangan paling menarik untuk Sagara dan juga separuh pengunjung Gusto. Sagara tidak bisa berhenti mengagumi bagaimana rupawannya seorang Devanno. Dia tidak akan menyalahkan bagaimana warga Samsara mendatanginya setiap hari hanya untuk menanyakan makanan apa yang ingin Devanno santap hari ini, ataupun soal cemilan kesukaannya, dan parfum apa yang pria itu kenakan. Sagara bukannya tidak mau menjawab, tapi rasanya tidak sopan kalau dia harus membeberkan informasi pribadi Devanno kepada khalayak umum. 

"Saya nggak mau impresi kamu ke saya berubah tidak baik, Ra. I wanna make you comfortable with me," ujar Devanno dengan tiba-tiba.

"Bapak terlalu memikirkan pandangan karwayan Bapak. Padahal efeknya nggak sebesar itu juga."

"I tend not to care if it's someone else."

Bilang pada Sagara kalau dia salah mengartikan maksud Devanno.

"Maksudnya?"

"Mungkin cuma sama kamu saya seperti ini."

"Kenapa?" Sagara pikir dia tak sepenting itu sampai harus menjadi beban pikiran Devanno. 

"Karena kita akan banyak mengabiskan waktu bersama. Waktu saya akan saya habiskan banyak dengan kamu, begitu juga waktu kamu yang terbuang habis untuk saya. Saya cuma mau kasih apresiasi kecil untuk itu."

Sagara meringis, is he worth his kindness?

"Jangan merasa kalau kamu nggak seharusnya dapat perlakuan baik dari saya ya, Ra. Because you matter, Sagara."









-------

May 24th, 2023

Hello :) I'm back! Hehehe maafkan aku yang lama nggak update. Mulai hari ini lagi nyoba buat update lebih sering biar bisa bacain mas vanno versi narasinya lebih sering juga <3

See you on the next update! Baybay!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Moon (Narrative Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang