Autumn Strong [2]

221 54 6
                                    

"Nenek Chiyo!" 

Hinata berteriak memanggil seorang wanita lanjut usia yang tengah membuat sebuah kerajinan tangan dari bambu. 

Tobirama berjalan di belakang Hinata, dan kini gadis itu memasuki pekarangan rumah milik wanita tua itu. Mungkin itu adalah rumah yang Hinata tawarkan kemarin, ia sempat mengira jika rumah yang dimaksud Hinata berukuran besar. Namun rumah itu sangat cocok untuk ditempati oleh satu orang saja. 

"Hinata? Kau mencari Ryu?" tanya Chiyo. Hinata menggeleng pelan, "Aku mengantar tuan ini. Dia sedang mencari tempat tinggal, lalu aku menawarkan rumah nenek padanya." jelas Hinata sambil menunjuk Tobirama. 

Chiyo berdiri kaku, ia menatap Tobirama dengan kedua matanya yang setengah terbuka. Tobirama membungkukkan tubuhnya memberi salam, pria itu juga tersenyum tipis pada Chiyo. 

"Aku dengar dari gadis ini katanya anda berniat untuk menjual rumah ini." ujar Tobirama. 

"Tobirama-san," Hinata memanggil nama pria itu sambil berbisik. Tobirama merendahkan tubuhnya dan membiarkan Hinata berbicara pelan dekat dengan telinga nya. 

"Aku mau ke belakang dulu bertemu dengan temanku, kau tidak apa-apa 'kan?" bisik Hinata meminta izin. 

Tobirama hanya mengangguk kecil dan membiarkan Hinata berlari ke belakang rumah milik Chiyo. 

"Jadi bagaimana?" tanya Tobirama lagi. 

Chiyo terdiam beberapa saat, wanita tua itu kemudian mengajak Tobirama untuk duduk di teras rumahnya. 

"Ya, Hinata benar. Aku memang berniat menjual rumah ini." jawab Chiyo. 

Tobirama tersenyum tipis mendengarnya, "Aku berminat membelinya. Berapa kira-kira harga yang harus kubayar?"





Tobirama dan Chiyo sudah mencapai kesepakatan perihal harga rumah itu. Namun wanita tua itu meminta waktu tiga hari untuk mengemas barang dan menyiapkan kepindahannya ke kota lain. 

Saat ini, Tobirama dan Hinata berjalan beriringan menelusuri pasar. Ada banyak pria asing di sana, dan beberapa tentara asing juga terlihat berkeliaran di lingkungan itu. 

"Apa Tobirama-san bisa berbahasa Inggris?" tanya Hinata dengan binar penasaran. Tobirama tersenyum tipis, "Kau sendiri bagaimana? Sekolah mu sudah memberi pelajaran tentang bahasa asing?" Tobirama bertanya balik. 

Hinata mengembungkan kedua pipinya, "Sudah, tapi aku kesulitan untuk mencerna nya." jawab Hinata. 

Tobirama tergelak pelan, "Coba ikuti, i love you." ujar pria itu dengan menekan setiap katanya. 

"Ai love you, begitu?" tanya Hinata memastikan. Tobirama mengangguk singkat, dan Hinata bertepuk tangan. Meski dirinya tidak tahu apa artinya itu, tapi saat ia berhasil mengikuti ucapan Tobirama, ia merasa bangga. 

"Memangnya itu artinya apa?" tanya Hinata seraya menatap wajah Tobirama dengan serius. 

Pria itu menghentikan langkahnya, ia menatap Hinata yang melihat dirinya dengan raut wajah penasaran. 

"Artinya, kau berisik." Jawab Tobirama membuat Hinata kesal. 

"Menyebalkan!" balas Hinata lalu pergi meninggalkan Tobirama. 

Tobirama menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil, dan kemudian ia pun memutuskan untuk mengikuti Hinata. 


**

Saat Hinata dan Tobirama sampai di penginapan, Hitomi sudah menunggu mereka di depan gerbang. Wanita itu tersenyum lega saat melihat Hinata telah pulang. 

"Darimana saja kau?" tanya Hitomi kesal. Wanita itu mencubit lengan Hinata dan membuat gadis itu mengaduh kesakitan. 

"Aku dari rumah nenek Chiyo, mengantar Tobirama-san." jawab Hinata dengan cepat. 

"Ya sudah, yang terpenting kau sudah kembali. Lebih baik sekarang kau mandi dan percantik diri." titah Hitomi membuat Hinata mengerutkan dahinya bingung.

"Memangnya ada apa?" tanya Hinata penasaran. Hitomi nampak ragu untuk menjawab nya, wanita itu menatap Tobirama sekilas.

"Ada keluarga Namikaze di dalam, mereka ingin bertemu dengan mu." jawab Hitomi. 

Hinata merasakan jantungnya berhenti berdetak untuk beberapa saat, mendengar nama keluarga calon suaminya membuat Hinata mules seketika. Ia belum siap bertemu dengan mereka, terlebih lagi lelaki yang akan jadi suaminya nanti. 

Gadis itu menoleh pada Tobirama, dari tatapan matanya menyiratkan penolakan. Tobirama merasa iba, namun dirinya hanya orang asing yang tidak memungkinkan untuk ikut campur. 

"Hinata! Tunggu apa lagi? Cepat masuk!" bentak Hitomi memutus kontak mata yang terjalin antara Hinata dan Tobirama. Gadis itu kemudian menunduk sedih, ia pada akhirnya memilih untuk mengikuti perintah ibunya dan meninggalkan Tobirama. 





Pertemuan Hinata dengan keluarga Namikaze berjalan lancar, mereka begitu menyukai Hinata dan tidak sabar untuk menjadikan Hinata sebagai menantu mereka. Sedangkan Hinata, gadis itu tidak tahu apa yang dirasakan nya. yang jelas Hinata belum siap jika harus menikah dalam waktu dekat. terlebih lagi menikah karena paksaan. 

"Tobirama-san," Hinata dengan setengah berbisik memanggil nama Tobirama di depan pintu kamar pria itu. 

Karena waktu sudah menginjak malam hari, Hinata jadi tidak leluasa untuk mengeluarkan suaranya. Namun melihat jika lampu di kamar Tobirama masih menyala, membuat Hinata yakin jika pria itu belum terlelap. 

Hinata tidak mengerti kenapa dirinya ingin sekali menemui Tobirama, mereka memang baru kenal satu sama lain dalam kurun waktu satu minggu. Namun entah kenapa Hinata merasa nyaman dan baik-baik saja saat bersama pria itu. 

Pintu kamar tergeser, dan Tobirama berdiri dengan pakaian tidurnya. Pria itu mempersilakan Hinata untuk masuk. Meski sedikit ragu, Hinata tetap melangkah kan kakinya memasuki kamar pria itu. 

"Ada apa?" tanya Tobirama pelan, sorot matanya menatap teduh pada wajah Hinata yang nampak bersinar karena berada di dekat lampu. 

"Aku tidak ingin menikah dengannya." ucap Hinata tanpa menatap wajah Tobirama. "Namun aku juga tidak tahu bagaimana cara menolaknya." lanjut Hinata lagi. 

Tobirama terdiam untuk mencerna semuanya, ia kemudian menarik tangan Hinata dan mengusap nya pelan. Gadis itu terkejut, itu adalah sentuhan pertama keduanya dan rasanya membuat tubuh nya bagai terkena aliran listrik.

"Kau harus bisa mengutarakan rasa keberatanmu. manusia diberi hak dan kebebasan dalam memilih jalan hidupnya, jangan ragu untuk mengatakan 'tidak' jika kau memang tak menghendaki nya." Jelas Tobirama membuat hati Hinata bergetar. 

Gadis itu menggeleng pelan sambil terisak,"Semua itu tidak mudah, aku terlalu takut hanya untuk sekedar menolak. terlebih lagi itu permintaan ibuku, satu-satunya keluarga yang ku miliki." jawab Hinata. 

Tobirama kembali terdiam, situasi yang saat ini tengah dirasakan Hinata juga pernah menimpanya. Hingga kemudian dirinya memilih untuk pergi dan melepas gelar bangsawan nya demi sesuatu yang ia sebut sebagai 'Hak bebas memilih'. 

Ia berani mengambil keputusan itu karena dirinya adalah pria yang kuat secara pendirian dan mental. Namun untuk Hinata, Tobirama sendiri tidak begitu yakin. Gadis itu begitu polos dan baik hati, Hinata adalah tipe manusia yang mudah tergerak hatinya bahkan oleh suatu hal yang remeh. 

"Coba kau bicarakan lagi dengan ibumu, bicarakan baik-baik dengannya. Kurasa seorang ibu tetaplah sama, mereka hanya ingin anaknya bahagia." ucap Tobirama. 

Hinata menatap Tobirama dengan terkagum-kagum, sosok pria itu memang begitu dewasa. Membuat Hinata semakin berandai-andai jika Tobirama adalah pria yang cocok mendampingi dirinya, bukan pria yang suka memamerkan jabatan nya itu. 

"Tobirama-san, kurasa aku menyukaimu." ucap Hinata tanpa dikomando, Tobirama yang mendengarnya hanya tersenyum kecil. Pria itu kemudian menyentuh sisi wajah Hinata dan mengecup bibir lembut gadis itu dengan singkat. 

**

Aki no tsuyoi (Autumn Strong) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang