10. Aku akan menunggu.

336 107 9
                                    

"Aku harus kembali ke hotel. Jangan lupa datang ke pameranku besok." Seine dan Kathleen sudah berdiri didepan teras rumah nenek. Didepan gerbang, sudah ada mobil yang dibawa assistennya untuk menjemput Seine.

"Baiklah , aku sudah bilang akan datang."

"Pamitkan aku pada nenek ya, tidurnya nyenyak sekali."

Kathleen hanya mengangguk.

Saat sudah melangkah membelakangi Kathleen, tak lama Seine kembali menoleh dan Kathleen masih berdiri disana.

"Aku masih menunggu jawabanmu, Kathy. Sampai jumpa." Setelah itu Seine langsung melangkah masuk kedalam mobil.

"Pria itu benar-benar.. " gumam kathleen dengan senyuman diakhir kalimatnya.

Kathleen masuk kedalam rumah dan mendapati nenek sudah berdiri dibelakangnya.

"Jawaban apa yang dimaksud Seine, sayang? Apa dia sudah melamarmu?" Tanya nenek mendekat pada Kathleen.

"Nenek mengejutkanku saja, kenapa terbangun?" Menggandeng lengan nenek dan menuntun langkahnya menuju sofa.

"Bagaimana kathleen, dia melamarmu? Nenek sangat ingin melihat cucu nenek yang cantik ini menjadi pengantin. Nenek takut tidak sempat-"

"Nenek pasti akan melihatku menjadi pengantin. Jangan bicara yang aneh-aneh ya nek." ucap Kathleen lalu memeluk nenek.

***

"Seine!! Ini gawat, klien menarik semua sponsor untuk acara kita besok!" Panik Sam yang tiba-tiba masuk kedalam kamar hotel Seine.

"Kau sedang bercanda?" Santai Seine menanggapi kepanikan Sam sambil mengaduk kopi yang ia buat.

"Yaa!! Aku serius, lihat ini!" Menyodorkan ponselnya pada Seine.

"Mereka semua seine, tidak ada yang tersisa." Tambah Sam dengan nada lemas lalu terjatuh duduk ditepi ranjang.

Seine pun shock mengetahuinya.

Lalu ponsel Seine berdering. Itu panggilan dari Karina.

"Bagaimana? Kau lupa sedang berurusan dengan siapa Seine,  Karina Coudy. Dalam sekejap aku bisa menghancurkan karirmu." Bip..

Seine lupa bahwa sebagian besar sponsor berasal dari Ayah Karina.

"Maafkan aku Sam," mengembalikan ponsel milik Sam. Lalu melangkah kearah balkon dengan keadaan masih shock.

Sam menghampiri Seine yang tengah terdiam dibalkon.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang Seine?"

"Ini semua salahku."

"Apa yang terjadi??"

"Aku akan bertanggung jawab untuk mengganti semua kerugian."

"Tapi, sebenarnya ada apa?"

"Masalahku dengan karina."

"Ya tuhan, kalian bertengkar??"

"Aku memutuskan hubungan dengannya."

"Kau sudah gila?? Seorang Karina??"

"Aku keluar sebentar." Menepuk bahu Sam lalu pergi dari kamar hotelnya.

***

Seine sudah berada di Kamar hotel tempat Karina menginap.

"Untuk apa kau datang? Memohon padaku?" Ucap Karina yang sedang duduk melipat kedua tangannya tanpa menoleh kearah Seine.

"Tidak,"  jawaban Seine langsung membuat Karina menoleh dan menatap tajam kearahnya.

"Aku hanya ingin mengatakan padamu. Bahwa selama ini, aku tidak pernah mencintaimu. Sedikit pun tidak." Lanjut Seine.

Mendengar itu, Karina langsung bangkit dari duduknya dan mendekat pada Seine untuk menampar pipi pria itu.

"Aku bersyukur kau memutuskan hubungan kita. Aku sangat bahagia. Terimakasih." Hanya itu yang ingin Seine katakan pada Karina. Seine pun langsung melangkah keluar dari kamar hotel itu.

Karina melempar vas bunga yang ada dimeja kearah Seine yang sudah keburu keluar dari sana.

"SEINEEE!!! Kau brengsek!!!!" Teriak Karina.

***

Hari ini acara pameran yang sudah Seine persiapkan dengan seluruh jiwa raganya terpaksa harus dibatalkan. Namun karna ia sudah berjanji pada Kathleen, ia tetap datang ke venue.

Setelah beberapa lama menunggu akhirnya ia melihat Kathleen datang dan melangkah mendekat kearahnya.

"Seine, ada yang terjadi..? Kenapa seperti tidak ada acara apa-apa?"

"Ada masalah yang mengharuskanku untuk membatalkan pameran."

"Dan kau disini untuk menemuiku?"

"Iya. Bodoh sekali aku tidak meminta nomor ponselmu, padahal kita sudah berciuman."

"Seine! Kau mulai lagi" disaat seperti ini Seine masih sempat menggodanya.

Seine tertawa kecil lalu mengambil ponsel yang ada ditangan Kathleen dan memasukkan nomor ponselnya.

"Itu nomorku." Mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya.

"Baiklah.."

Lalu mereka duduk disebuah kursi yang ada disana.

"Lalu bagaimana sekarang? Kau baik-baik saja Seine..?"

"Iya, setelah melihatmu." Seine menatap wajah cantik Kathleen yang tengah duduk disampingnya itu.

"Seine, aku serius."

"Memangnya aku sedang bercanda?"

"Mana aku tahu."

Tiba-tiba Seine menyandarkan kepalanya dibahu Kathleen. Membuat wanita itu terdiam dan seluruh tubuhnya seakan membeku.

"Aku masih menunggu jawabanmu Kathleen." Ucap Seine dengan mata terpejam. Lalu Seine mengangkat kepalanya dari bahu Kathleen dan menatap wanita itu.

"Aku mencintaimu, Kathleen."

Kathleen menoleh kearah Seine disampingnya itu. Namun, ia tidak bisa menatap mata pria itu. Dan denyut jantungnya pun berdetak tak karuan.

Seine mengambil jemari tangan Kathleen dan menggenggamnya.

"Jadi kekasihku, ya?"

Kathleen melepaskan jemari tangannnya dari Seine.

"Beri aku waktu."

"Hanya waktu? Semua akan kuberikan untukmu."

"Aku akan menghubungimu, Seine. Sekarang aku harus pergi." Ucap Kathleen lalu bangkit dari duduknya.

Seine ikut bangkit dari duduknya.

"Aku akan menunggu."

Kathleen hanya tersenyum pada Seine lalu melangkah pergi dari hadapan pria itu.

***

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The PsycheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang