"Ups! Sorry ... memang sengaja!"
Namja manis berkulit putih seputih salju, beberapa rona merah menempati tempat yang tepat seperti buah persik membuatnya terlihat begitu indah. Akan tetapi, tidak seperti kehidupan yang ia jalani. Perundungan seolah tak lepas dari takdirnya. Di sekolah yang ia harapkan dapat menjadi tepat menimba ilmu dengan aman dan nyaman, malah menjadi tempat neraka baginya. Perundungan itu terus berulang hingga kini ia duduk dibangku SHS.
Sehun, bermarga Oh itu hanya diam saja mendapat perlakuan demikian. Alasannya sudah terbiasa. Dia lebih memilih mengalah tidak melawan, karena terakhir kali ia berontak, keluarganya selalu mendapat kesialan.
Mulai dari ayahnya tiba-tiba dipecat dari pekerjaannya sebagai karyawan swasta. Ibunya tidak mendapat orderan jahit. Sehun mencuri dengar, itu ulah dari salah satu pembulinya yang ia adukan kepala sekolah.
"Dengar! Aku sangat senang menjahilinya. Lihat ... dia hanya diam saja!" seru gadis berambut sebahu.
Sehun hanya diam saja, sama sekali tak berniat menyahut. Ia lebih memilih pergi ke toilet untuk membasuh bajunya yang terkena tumpahan jus.
"Ahk!"
Karena berjalan sembari menunduk hingga Sehun tak melihat jika ada seseorang di depannya.
"Maaf!"
Sehun mendongak, melihat seseorang yang mengucap maaf dengan nada tulus. Belum pernah ia mendengar seseorang bicara padanya dengan lembut seperti ini. Selain orang tuanya.
Saat tahu orang yang ada di depannya, Sehun sedikit berjingkat terkejut. Bukan siswa biasa, melainkan ketua Organisasi Siswa Intera Sekolah. Selain itu, pretasi dan visual pemuda yang ada di depannya ini membuatnya menjadi salah satu idaman siswa lain dan menjadi begitu populer.
"Bajumu ...?"
"Aku akan membasuhnya!"
Sehun segera berlalu memasuki toilet setelah pemuda itu memberikan jalan.
Setelah beberapa saat, dirasa bajunya sudah sedikit lebih bersih. Sehun keluar toilet untuk segera masuk kelas, karena jam istirahat akan segera usai.
Lagi-lagi Sehun terkejut, karena pemuda tadi belum pergi dari sana.
"Aa–ada apa?"
"Menunggumu!"
Park Chanyeol, Sehun membaca name tag baju pemuda itu di dalam hati. Sebenarnya ia sudah tahu karena pemuda di depannya ini memang populer, hanya saja Sehun memastikan kalau bahwa dia tidak salah mengenali.
"Kenapa?"
"Memastikan kau tidak terkena masalah lagi sampai ke kelas."
"Kenapa?"
"Ck, apakah hanya itu saja kata yang bisa kauucap? Apa tidak ada kata lain?"
Sehun semakin menunduk. Tentu saja ia bingung hingga menimbulkan banyak tanya. Pasalnya selama ini Sehun belum pernah merasakan ada seseorang yang perhatian padia, sekadar disapa saja itu adalah hal yang aneh baginya. Dia menjadi anti sosial bukan karena tidak mau berteman, hanya ia tak percaya pada orang lain selain orang tuanya. Perlakuan buruk yang selama ini diterimanya menjadi momok bagi Sehun untuk selalu waspada pada orang di sekitarnya.
"Oh, sudahlah! Aku hanya ingin mengantarmu sampai ke kelasmu saja. Sebentar lagi pelajaran akan dimulai."
Jantungnya berdetak tak karuan. Ia tak tahu perasaan apa yang sedang menyerang. Chanyeol, pemuda itu menarik tangan Sehun tanpa aba-aba. Dengan pandangan dalam, Sehun memperhatikan genggaman tangan Chanyeol yang menggenggam tangannya. Pasrah ditarik pemuda itu hingga sampai di depan kelas.