Angin malam tak terasa dingin bagi Chanyeol, empat puntung rokok hanya tinggal filternya saja. Akan tetapi, bibir tebalnya masih saja senang mengepulkan asap.
Menatap langit mencari bintang dan bulan yang tak terlihat karena mendung pekat. Chanyeol berdecih, bahkan alam tahu bahwa diri sedang gelisah. Memikirkan Sehun harus menjadi miliknya, tetapi tak tahu sebagai apa. Ia hanya suka Sehun, suka saat dirinya merasa puas melepas hasrat. Sebelumnya dia bukan gay, seks adalah kehidupannya. Semua itu karena lingkungan yang mengajarinya. Dia selalu menggunakan pengaman ketika bermain, tetapi saat bersama Sehun dia akan leluasa, tentu saja karena Sehun seorang pria. Chanyeol akan bebas mau mengeluarkan hasratnya di mana saja. Yang paling dia suka adalah ketika mengeluarkannya di dalam Sehun. Pemuda yang menurutnya bodoh itu selalu menurut padanya.
Chanyeol tak berhenti tersenyum miring, menertawakan dirinya yang sekarang menjadi gay, dan menertawakan Sehun yang bodoh karena tak mengenali siapa dirinya yang sebenarnya. Siapa selalu bercinta dengannya, mengingat itu membuat Chanyeol senyum remeh hingga mengeluarkan decihan.
Deringan ponsel membuatnya mengalihkan perhatian. Nama Sehun tertera di sana. Sebenarnya Chanyeol enggan untuk mengangkat. Hanya saja, ia merasa kasihan.
"Ch–chanyeol ...."
Terbata-bata diselingi dengan isak. Chanyeol membenarkan duduknya. Ia penasaran dengan apa yang terjadi pada Sehun.
"Ada apa? Ada yang menyakitimu?"
"Ayah ... Ibu ... dia meninggalkan aku ... hiks!"
Chanyeol paham dengan apa yang dikatakan Sehun dari seberang telepon. Mengingat kembali kisah Sehun yang buruk selalu di-bully, lalu saat ini ia kehilangan orang yang begitu disayanginya secara bersamaan membuat hati Chanyeol bergetar.
"Tulis di pesan di mana kau berada, aku segera datang."
Chanyeol segera masuk kembali ke kamarnya, mengambil jaket dan kunci mobil, sebuah deringan pesan dari Sehun membuatnya menghentikan langkah untuk fokus membacanya.
Di rumah sakit tidak jauh dari apartemennya. Sehun ada di sana. Di depan pintu ruangan jenazah menangis seorang diri.
Tiba-tiba hati Chanyeol berdesir sakit melihat pemandangan menyedihkan di depannya. Manik sabit yang biasa menatapnya penuh cinta, kini bak anak sungai yang meluap. Air mata membasahi seluruh wajah manisnya. Dengan penuh rasa iba yang menyerang, Chanyeol berlari untuk segera mendekap tubuh rapuh itu.
Tangis Sehun semakin pecah. Ia tak tahu lagi harus bagaimana. Satu-satunya alasannya untuk bertahan, kini pergi meninggalkannya. Orang yang selalu menguatkan, kini tak akan ada lagi untuknya. Lalu, untuk apa lagi dia bertahan?
Sehun melihat Chanyeol yang mendekap tubuhnya erat. "Chanyeol ...."
Chanyeol melonggarkan pelukannya dan menatap Sehun.
"Chanyeol ... aku kehilangan separuh jiwaku. Bagaimana aku bisa hidup lagi sekarang?"
"Ada aku Sehun. Aku sudah berjanji untuk selalu ada di sampingmu, untuk selalu menjagamu," ucap Chanyeol penuh keyakinan. Meski sesaat kemudian ia mengumpat dalam hati. Memaki dirinya yang mungkin akan menjadi egois. Sehun dengan separuh sisa jiwanya. Ia tak akan membiarkan Sehun kembali terluka.
Sehun kembali memeluk Chanyeol sangat erat. "Jangan coba untuk mengingkarinya, Chanyeol!" Isaknya begitu pilu.
Hari pemakaman, cuaca sejuk mengiringi peristirahatan terakhir orang tua Sehun. Chanyeol selalu berada di sisinya.
Mata bengkak karena tak berhenti menangi. Belum saja membuat Sehun puas melampiaskan rasa sedihnya. Lupa makan, lupa minum, lupa segalanya.
Di atas pusara yang berdampingan. Sehun menatap kedua foto orang tuanya sebelum kesadarannya terenggut.
.
."Aish! Sial!" Chanyeol mengumpat tanpa henti setelah mendapat telepon dari ibunya.
Memikirkan Sehun yang belum sadarkan diri, pikirannya bertambah kalut saat ibunya mengatakan mereka akan kembali tiga hari kemudian. Itu artinya waktunya untuk menjaga Sehun telah usai.
Chanyeol membawa langkahnya mendekati ranjang dengan Sehun yang berbaring lemah di sana.
Mata bengkaknya tertutup rapat, bibirnya pucat. Suhu tubuhnya mulai naik. Metode skin to skin, Chanyeol mulai membuka pakaian Sehun dan dirinya sendiri. Kemudian ia ikut masuk dalam selimut tebal berbagi kehangatan dengan Sehun.
Dipeluknya tubuh ramping yang rapuh itu, mengecup beberapa bagian tubuh Sehun, mulai dari kepala hingga tengkuk dan pundak telanjangnya.
"Aku cinta kau Sehun, pilihlah aku, kumohon ...." Akhirnya Chanyeol menemukan jawaban untuk dirinya yang menginginkan Sehun.
.
.
.Bersambung
.
.
.😭👍