Di malam yang sunyi itu semua orang tertidur sambil menikmati indahnya bunga tidur yang dapat membuatmu merasa sangat bahagia di dalam sana. Aku yang seharusnya melakukan aktivitas itu juga, harus terhempas sebab ributnya kepala ku malam ini. Seperti banyak orang yang berbicara di kepala ku, tidak ada tempat bagiku untuk menceritakannya. Seolah olah hal ini adalah hal yang biasa bagi orang orang.
Yang ku lakukan hanya memandangi langit malam dengan cahaya rembulan yang menyinari langit. Bintang bintang pun ikut membantu bulan untuk memberikan cahaya kepada kegelapan dunia malam itu. Aku menikmati keindahan itu beserta suara suara yang sedari tadi tidak berhenti, tidak membiarkan ku tenang sedetik pun.
Aku yang selalu mengalami hal ini menganggap remeh, bahwa ini hanyalah kelelahan belaka. Kulakukan semua aktivitas yang memadati hari ku, tidak sempat beristirahat apalagi berkumpul bersama teman teman.
Mama ku pernah bilang, 'anesa, jika kamu bermalas malasan sekarang, apa yang akan kamu lakukan di usia tua mu nanti?', Selalu mengingat setiap kata yang di keluarkan mama ku hari itu. Di kala itu, Mama marah karena aku bersantai sambil memainkan ponsel ku di taman halaman rumah.
Mama selalu menuntut ku untuk tetap berada di posisi pertama. Baginya, berada di posisi paling utama adalah sebuah kemenangan di dunia. Apapun yang kulakukan akan membekali sanjungan sanjungan dari orang lain, itulah mama ku. Dia sangat menyukai pujian yang mendatangkan sifat keserakahan.
Papa ku? lihat saja, ia sedang memanjakan istrinya yang lain, aku yang seharusnya mendapatkan kasih sayang papa malah anak orang lain yang mendapatkannya. Bagiku anak anak dari hasil perkawinan papa ku dengan wanita lain adalah orang asing. Sejak awal kehadirannya tidak di sambut di keluarga ini, tetapi mereka memaksa untuk bergabung di setiap cerita yang aku tulis.
Namun aku tidak dapat menyalahkan mereka karena ketidakhadiran kedua orang tua di hidupku. Ada ataupun tidak adanya mereka, papa dan mama tidak akan mau merawat ku.
apa salahku?
Aku bahkan tidak tau apa salahku, mereka meninggalkan ku di jalan yang tersesat dan berlari ke arah tujuan masing masing tanpa melihat kebelakang apakah aku mengikut di belakang mereka.
Karena hal ini lah tumbuh di ujung hatiku kebencian yang mendalam, aku selalu menggeliat jijik ketika mama memelukku di depan orang orang lain. Yah, untuk pencitraan semata. Selalu muak melihat wajah papa ketika aku bertemu dengannya di rumah, bahkan menghindar jika sudah mendengar namanya.
Kurangnya perhatian yang diberikan oleh mereka membuatku merasa aneh jika diperlakukan seperti itu, aku merasa bahwa itu 'tidak wajar' untukku. Jujur saja, aku merasa aneh dengan pemikiranku ini, disaat orang lain mengatakan hal hal yang romantis dengan orang tua mereka terkadang aku berpikir kapan aku akan seperti itu. Namun saat mama melakukannya yang tentunya ia lakukan di depan teman temannya, aku selalu ingin menjauh dan merasa tidak suka.
Orang orang selalu mengatakan bahwa orang tua adalah rumah terbaik untuk mereka tempati, namun aku akan mengatakan hal lain. Orang tua adalah tempat ku melihat keserakahan serta sewaan untuk acara penting saja. Terdengar sangat buruk tapi itulah kenyataannya.
Mereka menunjukkan hal itu secara tidak sadar, papa yang memiliki banyak istri dan mama yang selalu menggoroti uang papa. Mereka berdua bahkan tidak berbalik untuk melihat keadaan masing masing, berbicara pun tidak pernah. Pernikahan mereka dilaksanakan karena kehadiranku yang mereka katakan adalah kesalahan. Memang sedari awal kehadiran ku tidak di inginkan, namun prestasi dan juga kegigihan ku membuat mereka tetap mempertahankan ku. Memanfaatkan ku merupakan salah satu kesenangan mereka.
Aku yang tidak bisa melakukan apa apa untuk bebas dari perlakuan ini, hanya mengikuti jalur takdir yang sudah dibuatkan olehku.
menangis? oh ayolah apa itu?, aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kali aku menangis. Cinta? tidak ada lelaki yang mau berhubungan dengan orang yang gila seperti aku. Yang selalu berbicara sendiri ketika kepalaku dipenuhi oleh keributan tak berujung, selalu menyendiri menghindari orang orang. Aku memang mempunyai teman, tetapi seperti apa yang aku katakan di awal. Aku tidak punya waktu untuk bermain dengan mereka.
Namun kali ini aku ingin memberanikan diri untuk keluar dari zona toxic yang dibuat oleh orang tua ku. Aku kabur dari rumah dengan membawa uang yang aku ambil dari brankas papa. Mereka bekerja untuk membiayai ku bukan? jadi untuk apa aku menunggu lebih lama untuk diberi sedikit demi sedikit, lebih baik aku ambil semua saja sekalian.
Aku berlari sambil membawa tas ranselku yang hanya berisikan uang, setelahnya sampai di pinggir kota aku memandangi setiap sudutnya.
"hidupku mungkin saja bisa seterang kota ini, jika saja aku melawan gelapnya kehidupanku"
Kata kata yang ku keluarkan pertama kali saat memilih kabur dari rumah keramat itu, aku berjalan dengan senyum senang dan tenang. Dan menghampiri rumah nenek yang tidak diketahui oleh orang tua ku.
Uang itu kuberikan kepada pengurus tertinggi rumah nenekku yang mereka pakai sebagai panti asuhan, aku berpamitan pergi dari sana dan berjalan menuju jembatan tidak jauh dari rumah itu. Aku sekali lagi memandangi langit gelap yang disinari rembulan, aku tidak sekuat yang ku kira. Aku memikirkan hal ini sudah dari beberapa bulan yang lalu, namun sebelum melakukan hal ini aku memberikan layanan terbaikku untuk papa dan mama. Untuk pertama kali nya aku tersenyum saat berpapasan dengan papa, memang simpel tapi aku merasa lebih tenang melakukannya. Aku memberikan pujian kepada mama, yang tidak pernah ia dengar dari siapa pun.
"mama melahirkan anak perempuan yang kuat, semakin kuat ia menahan 'kebaikan' yang mama berikan, maka semakin kuat pula niat yang akan ia lakukan"
Mama yang mendengar hal itu sedikit bingung dengan apa yang aku katakan, tetapi aku berlalu meninggalkannya begitu saja. Bukankah aku sudah menahan sekuat tenaga apa yang mama berikan? maka aku akan menguatkan niat ku untuk menghilang dari dunia ini.
Aku tertawa dengan perasaan sakit, tentang apa yang ku lalui selama ini. Ini saatnya aku kembali menangis merasakan sakit hati yang mendalam, dada ku seperti terhimpit sesuatu, tenggorokan ku yang ikut sakit membuat diriku tidak bisa menahan tangisan ini lagi. Hingga akhirnya aku melepaskan genggaman tanganku dari pembatas jembatan itu.
hey there!
how's the story?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Yang Bercerita
Short StoryBukan kisah ku atau pun kisah mu, namun ini adalah kisah seseorang yang tidak berani ia ungkapkan pada siapa pun. memilih untuk menceritakan semua isi kepala nya disini Happy Reading!! sampul carita dari pin!