DISCLAIMER:
Shingeki no Kyojin is belong to Hajime Isayama-sensei. I do not own any of its characters besides the plot.[]. baca dark mode lebih asik (☞゚∀゚)☞
━─━──༺༻──━─━
"Hidup itu mengapa selalu membosankan?" monolog seorang remaja lelaki berbaju seragam.
Arah angin menghempas awan menuju hulu menjadi tontonan bagi remaja dari bawah rindangnya pohon. "Aku bahkan tidak bisa merasakan sedih, marah, bahagia, kesal, atau segala sesuatu yang disebut emosi. Andai saja sesuatu terjadi seperti ratusan tahun yang lalu."
Remaja itu adalah Eren Yeager. Siswa Akademi di Paradis yang berada di bangku kelas pertama semenjak semester baru dimulai. Ditemani oleh kedua sahabat masa kecilnya, Mikasa dan Armin.
Armin sedikit mengernyit. "Ratusan tahun yang lalu?"
Remaja blonde itu sedikit bingung dengan gumaman Eren. Sedangkan Mikasa, ia hanya diam memandang mata Eren yang tidak mau beranjak dari kekosongannya. Perempuan itu menahan diri tidak mengatakan apa-apa.
"Mungkin seperti kehancuran umat manusia, holokaus kedua, zombie. Apapun yang bisa memecah kebosananku."
"Apa yang kau bicarakan, Eren?" Mikasa tak tahan, dia mengeluarkan suara ketika Eren mulai mengada-ngada.
"Hah, apa?" tanya Eren kembali, sedikit linglung.
Seketika Eren sadar dirinya sedari tadi melantur, bahkan ia sendiri tidak mengingat mengapa ia mengucapkan itu semua. Eren tidak menginginkan umat manusia hancur, lagipun ia berpikir manusia mana yang ingin melihat pembantaian seperti demikian rupa. Toh, ia malas repot. Tiba-tiba semuanya keluar begitu saja dari bibirnya.
"Lupakan," katanya.
"Lagi-lagi kau melantur," pungkas Armin sebelum bel masuk dibunyikan. Mau tidak mau, mereka harus kembali ke kelas sebelum pembelajaran berikutnya dimulai.
Sedikit cerita, mereka bertiga adalah sahabat sedari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah mereka terus bersama lalu memulai kehidupan SMA masing-masing. Namun tidak bagi Eren, selama dia berada di kelas hanya ada kekosongan dalam hidupnya. Tidak ada emosi yang dapat diutarakan karena baginya itu tidak terlalu berguna, tidak ada suatu hal yang ingin dicapai, kehadiran orang yang sama membuatnya semakin bosan untuk menjalani hidup.
"Nee, aku mendengar akan ada murid baru di sini. Apa itu benar?" tanya Armin. Eren hanya mengangkat bahu malas, kemudian kembali menyenderkan kepalanya lagi di mejanya.
Samar-samar juga ia mendengar bisikan anak lain mengenai si anak pindahan. Hal itu bukanlah sesuatu yang aneh, wajar saja mereka penasaran. Para lelaki menginginkan perempuan dengan dada yang besar atau imut-imut. Sedangkan para perempuan menginginkan seorang lelaki dengan wajah tampan ataupun keren. Jika menilai Eren dari penampilan, dirinya hanya siswa biasa yang tidak bernilai di mata yang lain.
"Berisik sekali mereka," gumam Eren.
Tak lama kemudian datanglah guru dengan membawa anak pindahan tersebut. Awalnya Eren acuh tak acuh, tetapi ia mulai tertarik mendengar decakan yang begitu aneh di telinganya, sumber itu dari satu kelas. Untuk pertama kalinya seorang Eren Yeager memperhatikan sesuatu dengan serius.
Seorang gadis, namun memiliki aura yang tidak bisa Eren katakan. Dibilang gadis, tampaknya ia bukan. Dibilang lelaki, juga ia masih memiliki dada walau tidak menonjol.
Sebuah sengatan listrik menjalar ketika dirinya dengan si anak pindahan bertatap satu sama lain. Seolah menghubungkan beberapa rangkai puzzle yang tidak bisa ia telaah dan ungkapkan secara implisit maupun eksplisit. Sulit rasanya memahami perasaan yang sedang dialaminya sekarang.
'Apa ini? Mengapa aku merasa aku dan dirinya terhubung?' Pikiran Eren menuju ke mana-mana sebelum suara guru membuyarkan lamunannya.
"Semuanya tolong perhatikan!" titah guru meminta atensi kepada anak-anak didiknya yang ricuh sendiri. "Hari kalian akan memiliki teman baru, namanya adalah Eren Fritz. Murid pindahan dari Islandia."
"E-eren?!"
━─━──༺༻──━─━
YAHOO!
saya kembali dengan fanfic gabut gak jelas untuk mengisi kekosongan luang.
tolong sebarkan tanggapan kalian yah!danke schön ♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
PATH
Fanfictionㅤㅤ ❝ lalu, aku harus menahan dosa yang kuperbuat ketika bertemu mereka? ❞ ❝ path atau michi membagi jalannya hingga menuju dunia tak terbatas. ❞ ❝ terserah bagaimana keputusanmu. ...