drei

24 4 0
                                    


𝖢𝖧𝖠𝖯𝖳𝖤𝖱 𝖮3
❝ 𝘔𝘦𝘭𝘢𝘯𝘤𝘩𝘰𝘭𝘪𝘤 ❞

DISCLAIMER!
I do not own any of Attack on Titan characters, they are belong to Hajime Isayama.

━─━──༺༻──━─━

Hari demi hari berlalu, Fritz selalu menjauh dan menghilang entah ke mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari demi hari berlalu, Fritz selalu menjauh dan menghilang entah ke mana. Bahkan semakin sulit untuk Eren yang ingin menghilangkan rasa penasarannya tentang Fritz. Semenjak senyuman tidak jelas yang dituju padanya dan Mikasa. Hingga saat ini di minggu ke tiga setibanya Fritz di Akademi Paradis, Eren tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya pada Fritz, seringkali ia memikirkan itu.

Pada istirahat waktu makan siang, mereka berkumpul di kantin. Awalnya Eren tidak setuju, tetapi karena paksaan dari pihak Jean akhirnya mau tidak mau. Padahal ia begitu malas untuk mendengar kebisingan anak-anak lain.

Mikasa melihat Eren yang melamun menjadi khawatir dan bertanya, "Eren, kau tidak apa?"

Sasha yang melahap makanan pun menunjuk Eren dengan sepasang sumpitnya. "Sō yo, kau terlalu banyak melamun Eren."

"Sasha, tidak baik menunjuk orang menggunakan sumpit," tegur Armin. Namun Sasha hanya tertawa kikuk. "Ada apa Eren? Seperti bukan kau saja."

"Ne, aku ... Ingin bertanya sesuatu." Akhirnya Eren membuka percakapan, Jean yang daritadi cuma mengamati pun ikut diam.

"Bagaimana pendapatmu tentang ... Fritz?"

Connie nyaris menumpahkan minuman yang sudah diteguknya. Langka sekali mendengar Eren bertanya mengenai orang asing. Mikasa tidak bisa menahan keterkejutannya, begitu juga yang lain.

"Oi oi, serius?" tanya Connie.

"Kapan aku bercanda?"

"Ya, tentang Fritz ... Kupikir dia gadis yang manis juga menyebalkan, hingga kalimat pun tidak bisa ku-utarakan." Jean berkata jujur, pertama kali Fritz mendatangi kelas mereka rasanya ia sudah familiar dengannya, namun di sisi lain ia selalu kesal dengan Fritz tanpa alasan.

"Jujur aku kaget, tapi, Fritz begitu susah untuk didekati. Kau tahu, kau tahu, aku pernah tidak sengaja meminta bekal makanannya," jelas Sasha sembari mencomot makanan milik Mikasa, namun gadis bersurai hitam legam itu kembali merampasnya. "Mikasa pelit!"

"Makanlah punyamu sendiri."

"Hidoi!"

"Lalu, bagaimana tanggapan Fritz?"

"Oh iya, tanggapannya begitu aneh! Jika tidak ingin memberi bilang saja, pandangannya justru tidak bisa diartikan seperti ... Aduh apa, ya?" Sasha kebingungan dengan kata yang dipilihnya kemudian menyikut Jean. "Jean namanya apa itu?"

"Hati-hati, dong! Bagaimana jika kuahku jatuh?!" omel Jean saat ia hendak memakan sup tofu.

"Maaf maaf, pokoknya seperti penuh keputusasaan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang