DOLORES

32 4 5
                                    

Karya : Racella_04

Ada yang menarik sehingga hal itu memantik atensi detektif swasta yang membentuk faksi bernama Generations. Kejadian pembunuhan seorang pria di sebuah rumah besar menjadi sorotan karena hampir dua jam penyelidikan polisi bahkan detektif manapun belum bisa menarik kesimpulan mengenai kasus ini hanya saja pria itu keracunan sianida yang menyebabkannya kehilangan nyawa.

"Kalian datang juga ya, kasus ini sudah sampai ditelinga kalian." Hiroomi Tosaka kepala polisi itu membenarkan kacamatanya sambil melirik Alan bersama teman-temannya.

"Tentu saja meskipun kalian belum memanggil kami," Alan mencoba tersenyum simpul sambil mendekati kepala polisi itu lebih dekat lagi. "Aku hanya penasaran dengan kinerja polisi, ya apa yang baru saja kau temukan tuan Hiroomi?"

"Keracunan sianida, beberapa orang di rumah ini sudah diperiksa dan mereka hampir memiliki alibi yang bersih." Hiroomi menyedekapkan kedua tangannya. Ryota nampak penasaran begitu juga teman-temannya yang lainnya. Hayato kemudian melangkah ke arah penghuni rumah dan yang pertama adalah sang istri.

"Aku tidak tau bagaimana suamiku bisa terbunuh, tiba-tiba saja aku sudah melihatnya dalam keadaan pingsan."

Lalu kemudian sang anak mulai berbicara. "Ayah tidak pernah melakukan sesuatu yang buruk hingga membuat orang lain berusaha membunuhnya. Ayah adalah orang yang baik aku bisa memastikan itu, jadi tolong berbuatlah seadil-adilnya."

Mendengar ucapan putranya itu Ryuto tersenyum simpul seperti mendengar sesuatu yang secara tidak langsung memberikan sebuah jawaban. "Kami yakin akan menemukannya, jangan meremehkan Generations.

Hayato kemudian melangkah ke arah pelayan rumah dengan pertanyaan yang sama, "apa yang anda tau sebelum pembunuhan terjadi?"

"Saya berada di dapur, kemudian saya mendengar teriakan supir yang ternyata sudah tewas saat pisau menusuknya. Saya tidak tau siapa yang melakukannya."

"Kau berada di dapur ya?" Ryota memiringkan kepalanya dengan tatapan menyelidik, seringai tipis muncul di wajah manisnya. "Kau masak apa, tiba-tiba perutku lapar."

Ryuto yang berada disamping Ryota menghela napasnya panjang mendengar candaan Ryota, Mandy kemudian mendekati Alan maju selangkah. "Ada korban lainnya Hiroomi-san?"

"Iya, supir berusia sekitar 35 tahun. Mungkin dia saksi lalu ketahuan kemudian seseorang membunuhnya." Kata Hiroomi menjelaskan.

Reo berinisiatif mendekati anak laki-laki kecil yang berusia sekitar sepuluh tahun, dia berjongkok mensejajarkan tingginya kepada anak itu. "Ayahmu itu orang yang baik benar kan?"

Anak laki-laki itu mengangguk, sorot matanya hendak menangis tapi Reo berusaha untuk menenangkannya. Saat memegang tangannya Reo melihat memar biru seperti bekas pukulan yang tertinggal, matanya lantas menoleh ke arah pelayan rumah itu. "Apa wanita ini yang merawatmu di rumah ini sebagai pelayan?"

Sekali lagi pertanyaan Reo berbuah anggukan kepala, "apa kau sering bermain dengan pelayan ini?"

"Dia sering menemaniku saat ibu dan ayah pergi." Jawab anak itu pelan, Reo kemudian menoleh ke arah teman-temannya seperti sebuah kode untuk memahami apa yang baru saja dia bicarakan dengan anak itu, pembicaraan singkat yang membuat Reo paham akan sesuatu.

"Kurasa ada yang mencurigakan di sini, Hiroomi-san kita semua ingin meminta izin untuk menangani kasusmu bagaimana?" Tanya Yuta, Hiroomi mengangguk yang membuat netra dua pemuda yang tidak lain adalah detektif naungannya menghela napas tidak suka, mengizinkan ikut menangani kasus katanya? 

"Sebentar Yuta-san," Kazuma kemudian angkat bicara setelah sedari tadi diam memperhatikan semua hal yang terjadi dari awal. "Kami menemukan kertas di tangan pria itu bertuliskan 'Dolores' pria ini memiliki saingan hingga luar negeri dan bisa saja nama ini adalah orang yang telah membunuhnya karena merasa tersaingi."

Penjelasan Kazuma berbuah senyuman hangat dari Alan dengan sedikit seringai meremehkan, "benar begitu Kazuma?"

"Tentu saja, ini analisaku dengan Hokuto." Anak yang dipanggil namanya itu kemudian memandang detektif faksi Generations.

"Menurutku pria yang menjadi supir itu sengaja memberikan kertas ini di tangan agar kita cepat mengetahuinya. Lalu saat dia hendak pergi dia sudah dibunuh." Hokuto yakin dengan argumennya, Ryota kemudian mendekat ke arah Hokuto.

"Bisa kau lihat Hokuto, ini rumah besar dan keamanan terjamin ketatnya. Bagaimana dengan CCTV?" Tanyanya, Hokuto segera menjawab kalau cctv rumah ini mendadak mati jadi Hokuto dan Kazuma tidak bisa mengaksesnya. Kemudian terdengar suara Hayato menjentikkan jarinya dengan senyum lebar.

"Analisamu memang terdengar meyakinkan Hokuto tapi kau meleset sedikit, jangan mencurigai orang luar dulu tapi curigai dulu orang dalam, hanya orang dalam yang mengetahui letak kamera pengawas."

Deheman Hiroomi menghentikan perdebatan yang hampir terjadi, kacamata hitamnya dicopot lalu memandang Alan bersama teman-temannya. "Jadi menurutmu siapa pembunuhnya."

"Istrinya adalah pembunuhnya," ucapan singkat Ryota berbuah tatapan nanar dari yang disebut, wanita itu hendak mendekat marah-marah namun Hokuto berusaha dengan merentangkan tangan agar tidak terjadi keributan.

"Memangnya untuk apa aku membunuh suamiku sendiri, untuk apa. Jelas-jelas aku mencintainya dan membutuhkannya." Sentaknya keras, Ryuto kemudian mendekat ke arah wanita itu.

"Luka memar di tangan anakmu itu kemungkinan kau yang membuatnya, kau sering marah-marah aku lihat dari kerutan wajahmu, anak mu bahkan sangat dekat dengan pelayannya terbukti dengan ucapannya yang sering bermain dengannya." Ryuto kemudian mengelus kepala anak laki-laki itu yang sudah menangis sendu.

"Benarkah ibumu melakukan hal itu? Ayo anak manis jujurlah?" Mandy ikut mendekat ke arah anak itu dan jawabannya adalah anggukan kelapa, wanita itu frustasi lalu berusaha menyerang anak laki-laki itu sebelum akhirnya Yuta menengahi dan berusaha agar tidak terjadi keributan lebih lanjut.

"Bagaimana kalian bisa menyimpulkan dan tau kalau istrinya adalah pembunuhnya?" Tanya Hokuto terkejut, Ryota tersenyum simpul dan paham kalau detektif yang baru saja bekerja itu masing penuh dengan pertanyaan-pertanyaan baru.

"Kau tau Hokuto, Dolores memiliki makna wanita yang tersiksa. Jadi kalau bukan pelayan itu ya istrinya, karena tempat ini berpagar tinggi kemudian di depan ada penjaga rumah juga. Seketat ini mana mungkin orang luar bisa masuk semudah itu." Hayato menjelaskan, Kazuma dan Hokuto dibuat kagum dengan cara menyelidik mereka serta ada perasaan sedikit iri karena tidak berhasil mengungkap kasus yang rumit ini.

"Selanjutnya, tentu saja ada rasa iri mengingat kau adalah model kan? Pasti ingin putramu menjadi pewaris dari pada anak suamimu yang sudah ditinggal ibu kandungnya. Ngomong-ngomong aku menerima undangan pernikahan kalian dua tahun yang lalu karena dirimu teman kakakku." Alan tersenyum, wanita itu baru ingat dengan kakak Alan yang berasal dari keluarga Shirahama itu.

"Iya aku yang membunuhnya, aku iri dengannya. Dia mendekati wanita lain dan juga anaknya ini sangat merepotkan sekali!" Bentak wanita itu, Reo dengan sigap langsung memeluk dan menutup telinga anak laki-laki itu agar tidak mendengarkan perkataan makian itu lebih jauh.

Perihal peringkusan wanita itu, sudah tugas para polisi yang melakukannya sementara detektif Generations itu kemudian melangkahkan kakinya keluar dari rumah itu bersama-sama. Kazuma dan Hokuto tadi juga sempat memberikan pujian dan terima kasih sudah membantu menangani kasus ini lalu berharap bisa bertemu dengan mereka lagi di kasus yang lainnya.

"Kasihan ya anaknya tadi." Hayato mengguman sambil mengamati sepatunya dibawah, pandangannya kemudian beralih pada teman-temannya.

"Hidup itu memang rumit ya, kasihan." Yuta pun sama kasihannya. Reo mengangguk setuju dengan ucapan dua temannya begitupula dengan Mandy.

"Model cantik tapi hatinya meragukan, kurasa peribahasa jangan menilai orang dari sampul luarnya saja." Ryuto berkata sambil mengamati langit biru diatasnya.

"Hei teman-teman." Panggilan Alan menarik atensi teman-temannya kemudian menghentikan langkah.

"Ada apa?"

"Ada kasus baru di stasiun kereta api dekat sini, siap dengan kasus baru?" Tanya Alan dengan pandangan semangat, teman-temannya lantas mengangguk setuju kemudian segera menuju kedalam mobil. Generations detektif swasta jenius yang akan terus membantu semua orang yang membutuhkan demi mengungkap semua kebenaran.

Fin

DREAMERS Writing ContestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang