04

900 143 5
                                    

Jungkook dapat hidayah pun berkah,

Kira-kira begitu pemikiran dangkal Yeri saat menyadari bahwa chairmate kesayangannya mulai menjauh dan menjaga jarak dari ekstasi menyesatkan seorang Taehyung Alviano. Seulgi hampir bertepuk tangan riang, belikan Jungkook satu kresek susu rasa pisang lalu toel pipinya sampai mendengus kesal.

“Kenapa, Jung? Baru sadar kalau Taehyung anak begundal?”

“Hm.” Dia terlalu malas untuk bercakap ria.

“Kan, gue bilang juga apa? Lo gak boleh deket-deket sama dedemit itu!” tambah Yeri dengan nada tinggi membara.

“Omong-omong, bentar lagi juga hari kelulusan kelas 12. Lo bakal pisah sama Taehyung, jadi jangan ngarep terus. Gue tahu kok, kalau lo tuh ngefans sama dia. Aneh, apa bagusnya sih dedemit kayak Taehyung? Paling banter cuma modal muka ganteng.” cerocos Seulgi panjang lebar, total lupa jika lelaki gebetan juga satu kandang dengan Taehyung dalam segi kenakalan.

Sungguh, kepala Jungkook sudah berputar pusing mendengar rentetan suara cempreng kedua teman baiknya. Dia merenggut sebal, ingin mengeluarkan sanggahan namun tertelan mentah-mentah ketika tarikan pada lengan justru Jungkook terima terlampau dadakan.

Taehyung berdiri datar mengutarakan aura dingin. Lelah menanggapi sikap apatis Jungkook 2 hari belakangan. Dia sungguh tidak tahu letak kesalahannya ada dimana sampai buat si adik kelas berparas manis terus membangun jarak seolah Taehyung adalah kuman.

Harus dijauhi, kekeh dihindari.

“Lo marah sama gue, dek?”

“... Gak.” bisik Jungkook pelan seusai hening menyesuaikan kegelisahan.

Baru sekarang ia potret sisi gelap Taehyung Alviano gara-gara kesusahan menekan amarah. Sebab Taehyung paling enggan saat seseorang bertingkah menyebalkan dengan mendiami tanpa penjelasan secara gamblang. Taehyung terbilang sensitif kalau soal hubungan, entah itu teman, lawan atau pasangan.

“Haa, ikut yuk.”

“Kemana?”

“Rooftop, gue abis beli makanan buat lo.”

Jungkook menurut meski enggan, dia tatapi Seulgi juga Yeri sedih. Ingin kabur tapi cengkeraman pada lengan justru semakin menguat dan tarik Jungkook agar mengikuti bak seekor anak ayam. Seulgi meringis, ikut kaget menyaksikan mimik menyeramkan Taehyung barusan jadi hanya mampu melambai. Menyuruh Jungkook agar tidak lunglai.

“Oh, ya. Tadi Jimin nyariin lo. Dia bilang temenin ke kantin buat makan siang.” ujar Taehyung mengingatkan.

Tampilkan suara datar berpadu gusar.

Iya, gusar karena Jungkook senantiasa menunduk; berpaling dari sepasang hazelnut Taehyung mati-matian.

Hadeh, ribet.

“Liat ke depan, dek. Lo mau nyusruk sampe benjol?”

“Iya.”

“Kalau diajak ngomong tuh liat orangnya, bukan lantai dibawah. Lo kira muka gue bisa nempel sana-sini kayak setan.”

Jungkook mencebik, ingin tertawa tapi tersekat ego semata. Dia angkat kepala pelan-pelan, terkesiap takjub begitu menghitung jarak antara ujung hidung mereka yang nyaris bersentuhan. Taehyung ulas seringai tipis, entah bermaksud mengejek atau sekedar menggoda Jungkook main-main.

Seluruh murid yang melewati koridor menyaksikan penuh minat, ingin lanjut bergosip tapi sayang karena Taehyung malah menarik ruang sebelum toyor kening Jungkook hingga terhuyung ke belakang.

“Kayak cewek pms, lo dek.”

“Aku cowok, kak.”

“Gue juga tahu kali, kalau lo cewek pasti udah gue gebet biar jadi calon.” ujar Taehyung dengan nada bercanda.

Roman Picisan | KV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang