08

941 135 3
                                    

Bagai buah simalakama.

Taehyung terjebak jalur serba salah yang kini malah menyerempet sadis; mengikis kewarasan dia sedikit demi sedikit.

Jungkook tidak terlihat meskipun Taehyung gelisah menodongkan permohonan kesana-sini. Sungguh marah bahkan tolak bujukan untuk kembali bersua pun menjalin hubungan dekat. Jimin tergelak puas, Seulgi berceloteh bengis mengutuk Taehyung tujuh turunan tak lupa entitas Yeri yang bersemangat menyembunyikan Jungkook bagaikan induk betina.

“Mampus, pusing 'kan lo.”

“Bangsat lo, Jim. Degem gue jadi ngambek 'kan!”

“Dih, salah lo sendiri seneng php-in anak orang. Noh, degem lo lagi jajan ke kantin bareng cewek.”

Taehyung mengikuti arah petunjuk Jimin, sipitkan mata agar menyorot lebih jelas lalu mendengus kesal entah karena apa. Jimin bergumam heran, ingin bertanya lagi namun gagal saat Taehyung beranjak tergesa-gesa dan susul kepergian Jungkook seperti takut ketinggalan jadwal penerbangan.

Tsk, si tolol Taehyung pasti cari gara-gara.

Benar saja.

Taehyung Alviano menyalip kelewat kurang ajar diantara bahu Nayeon juga Jungkook. Dia tarik cengiran polos, rangkul si lelaki muda menunjukkan keakraban sebelum lirik kerutan marah Nayeon masa bodo.

“Lo masih marah, dek? Mau gue beliin kue gak? Gimana kalau susu pisang?”

“...”

Tidak ada jawaban.

Jungkook bersikeras mengacuhkan kehadiran Taehyung. Tidak menerima atau menolak kedekatan fisik lewat dekapan pun usapan yang menekan pipi sedikit jenaka.

“Yaah, jangan marah dong. Gue lebih suka liat lo senyum.”

“Jungkook, kita ke kelas aja, yuk.” ajak Nayeon tak sabar lalu beralih pada sisi kosong Jungkook guna menggandeng tangannya mesra. Taehyung mendelik, gertakan gigi samar-samar agar tidak tersulut sumbu pendek kemudian turunkan rangkulan dari pundak menuju pinggang.

Bermaksud menarik tubuh Jungkook untuk dipeluk selagi pelototi Nayeon bak hewan buas.

“Lo gak usah ganggu, neng. Sono pergi, Jungkook mau ngomong berdua sama gue.”

“Lo—”

“Kak Taehyung, lepas.” Jungkook menyela keributan. Mencoba melonggarkan pelukan posesif Taehyung meski harus berakhir sia-sia. Dia justru semakin terikat kuat, tutupi reaksi malu susah payah sebab dapat rasakan debar jantung Taehyung yang bertalu cepat seolah mengiringi debaran dadanya sendiri melewati kain seragam tipis.

Tampak harmonis nan saling melengkapi.

“Jungkook, lo gak mau ketemu sama gue lagi?”

Ah, tidak.

Jungkook sama sekali tidak berniat seperti itu. Dia memang marah tapi andaikan ditanyai seseorang apakah Jungkook najis untuk sekedar bertatap muka dengan si kakak kelas pasti jawaban dia adalah tidak.

“Kak, kita ngobrol di tempat lain aja.”





🐰ᰔᩚ 🐯





Salah,

Maksud Jungkook bukan seperti ini.

Dia tersentak menahan pegangan ditepian meja berdebu dengan tungkai kaki melemas seketika. Sulit mengimbangi permainan Taehyung kala menekan dan mengusap tengkuk belakang dalam gerakan lamat-lamat. Deru nafas Jungkook memburu hebat, remat pinggang Taehyung untuk menyalurkan perasaan.

Roman Picisan | KV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang