Joanna pov
Hari kedua gw sekolah, tandanya gw harus lebih kuat karena pastinya nanti gw harus ketemu Deasy dan Papa, semalam gw teleponan sama Bang Lian sambil nangis niatnya Bang Lian mau pindah ngikut disini tapi dia masih kuliah di sana jadi gw larang. Sekarang gw berangkat sendiri, gw bawa mobil sendiri karena semalam gw bujuk Bang Lian sekuat tenaga gw.
Gw udah sampai di sekolah, gw lumayan kepagian sih jadi gw memutuskan buat mampir di taman. Gw ngelihat ditaman banyak banget bunga, tapi gw gak suka bunga. Setiap gw ngelihat bunga, gw keinget Kak Aldi makanya gw benci.
"JOANNA." Teriak seseorang.
Saat gw nengok, sebuah tangan melayang dan tepat mendarat di pipi gw. Gw terkejut, gw tau sosok itu,dia adalah sosok yang udah bikin gw pindah.
"MASIH BERANI ANDA MENAMPAKKAN DIRI KAMU DISINI?ANDA TIDAK MALU KAH?" Lanjut orang itu.
"ANDA SUDAH MENGHANCURKAN KEBAHAGIAAN KELUARGA SAYA DAN ANDA MASIH BISA HIDUP DENGAN BEBAS?" Teriak orang itu.
Orang itu adalah Amel, ibu dari Deasy.
"Anda fikir hidup saya bebas? Tidak." Ucap gw sambil memegang pipi gw yang panas.
"ANDA PANTAS MENDAPATKAN ITU." Ucap Amel.
"Bukankah kalian yang harusnya mendapatkan itu? Papa saya sendiri rela memilih kalian dibandingkan saya anak kandungnya, dia memilih jalang kayak kalian." Ucap gw.
"KURANG AJAR YA KAMU." Ucap Amel.
Saat Amel akan melayangkan tamparan yang kedua kali, ada sebuah tangan yang menahan Amel.
"Apakah anda tidak tahu bahwa yang anda lakukan adalah kekerasan Di sekolah, anda bisa dijerat nyonya." Ucap sosok perempuan cantik yang menahan tangan Amel.
"Anda jangan ikut campur, dia itu anak saya." Ucap amel.
"Anda bukan ibu saya, anda hanya pelacur yang hidup mengandalkan papa saya." Ucap gw memberanikan diri.
"Anda pergi, atau saya panggil polisi?" Ancam sosok perempuan itu.
Amel pun akhirnya pergi, sosok perempuan itu langsung membalikkan badan dan memeluk gw. Disitu lah, tangisan gw pecah, gw gak pernah kayak gini sebelumnya. Gw gak pernah dapet pelukkan sosok ibu.
"Kamu gak papa sayang? Pipinya sakit ya?" Ucap sosok perempuan itu.
"Terima kasih ibu sudah nolong saya." Ucap gw sambil sesegukan.
"Nama kamu siapa? Dan kalau boleh tau kelas berapa?" Tanya sosok perempuan itu.
"Saya Joanna bu, kelas 11 MIPA 1." Ucap gw.
"Ternyata kamu yang namanya Joanna, cantik sekali kamu." Ucap sosok itu.
Gw terkejut, kenapa sosok itu kenal dengan gw.
"Maaf ibu, kenapa ibu bisa kenal dengan saya?" Tanya gw sambil menghapus air mata.
"Saya bunda nya Ardhan,kenal?" Ternyata sosok itu adalah bunda nya kak Ardhan.
"Kenal, kemarin sempet ngelihat Kak Ardhan dimarahin Bu Soraya." Ucap gw sambil sedikit tertawa.
"Dia emang gitu suka bikin guru emosi, ouh iya joanna panggil saya Bunda ya,nama Bunda itu Bunda
Dayana." Ucapan dari Bunda nya Kak Ardhan membuat gw nangis lagi.Bunda Dayana panik melihat gw nangis lagi.
"Hei, kenapa kamu nangis? Bunda ada salah ya sama kamu?" Ucap bunda sambil megang tangan gw.
"Joanna gak pernah manggil bunda, bahkan Joanna gak tahu sosok ibu Joanna kemana Bunda." Ucap gw sambil nangis.
Iya bener, gw gak tau sosok ibu. Dia pergi meninggalkan tanggung jawabnya dan membiarkan anaknya hidup sendiri di dunia yang jahat ini.
"Yaallah nak, terus yang tadi siapa?" Tanya Bunda.
"Dia ibu tiri joanna, dia gak pernah sayang sama joanna padahal joanna sangat mengharapkan kasih sayang dari sosok ibu, Bunda. Joanna udah gak punya orang tua, Joanna gak pernah dianggap sebagai anak kayaknya Bunda." Ucap gw sambil nangis dan di peluk oleh Bunda.
"Joanna sekarang anak Bunda, kalau mau apa apa Joanna bisa minta ke Bunda ya? Joanna mau tinggal di rumah Bunda juga boleh." Ucap Bunda sambil menenangkan gw.
Gw nangis dipelukkan bunda, ini pertama kalinya gw kayak gini. Gak lama, ada yang datang nyamperin kita.
"Dayana, lo tuh gw cariin tau. Loh Joanna kenapa? Lo apain anak murid gw dayana." Ucap Bu Soraya, Yups yang dateng itu Bu Soraya. Buru buru gw langsung lepasin dari pelukkan bunda lalu gw ngehapus air mata gw.
"Gak gw apa apain, dia anak gw sekarang." Ucap Bunda sambil berdiri.
"Joanna emang ada masalah apa nak?" Ucap Bu Soraya sambil menjongkokkan diri.
"Joanna nangis karena akhirnya Joanna merasakan pelukkan sosok ibu, bukan karena Bunda dayana apa apain kok Bu. Bunda dayana baik udah mau nganggep Joanna sebagai anaknya bu." Ucap gw sambil mencoba tersenyum.
"Yaallah Joanna, kenapa kamu gak pernah cerita masalah ini sama ibu? Kalau gitu kan ibu bakal anggap kamu sebagai anak juga sayang." Ucap bu Soraya sambil meluk.
"Gak papa bu, makasih ya kalian udah mau baik sama joanna. Btw kalau Joanna boleh nanya, kalian kembar ya?" Tanya Gw.
"Kok kamu tau sih kalau kita kembar?" Tanya Bunda Dayana.
"Mirip Bunda, pantes kemarin Kak Ardhan kayak akrab banget sama Bu Soraya." Ucap gw.
"Biasanya mereka bertiga tuh manggil nya tuh Buya sama Buna."ucap Bu Soraya.
" Yaudah katanya mau ngobrol, Joanna sana kamu masuk kelas. Nanti istirahat kita ketemuan di ruangan Buya ya sayang, kita istirahat banget."ucap Buna.
"Iya Bunda, dadah." Ucap gw sambil berlari kecil.
Gw ngerasa bahagia banget bisa kenal Buna dan Bu Soraya, gw berjalan menuju kelas dan mengikuti pelajaran.
Sesuai dengan ajakan bunda, saat istirahat gw berlari menuju ruangan buya. Disana gak cuma ada buya dan buna, ada kak ardhan dan dua cowok serta 1 cewek yang gak gw kenal.
"Hai sayang, sini masuk duduk di sebelah ardhan." Ucap Bunda.
"Iya bunda." Ucap gw sambil duduk di sebelah bunda.
"Halo joanna, kenalin gw Aletta." Ucap satu cewek yang bernama Aletta.
"Halo joanna, gw bisma anaknya buya." Ucap anaknya buya, kak bisma.
"Hai kita temen sekelas loh, gak sadar ya? Gw devano." Ah gw baru inget dia yang duduk di belakang Shanin.
"Halo gw joanna." Ucap gw.
"Udah yuk makan dulu, ardhan godain joanna nya nanti lagi ya." Ucap bu soraya saat melihat Kak Ardhan yang mau memegang tangan gw.
"Ah buya gangguin aja, kan Ardhan juga mau modus sama Joanna." Ucap Kak Ardhan.
Semua nya fokus makan masakan bunda dayana katanya, hari ini gw begitu emosional. Saat gw nyuapin makanan yang di buat bunda, rasanya enak banget lebih enak dari masakan Mba Nuri. Lagi lagi air mata gw turun lagi, Bunda dan Bu Soraya yang melihat langsung berdiri dan mendekati gw.
Selama 17 tahun gw hidup, gak pernah sama sekali gw merasakan masakan sosok ibu. Jangankan masakan, sosok 'Mommy' yang selalu bang Lian dan papa bicarakan aja gw gak tau. Gw hanya anak perempuan yang tidak di harapkan dalam keluarga, mereka hanya peduli dengan anak laki laki. Gw hidup hanya dengan Mba Nuri dan Bang Lian sejak kecil, Kel sama Bry dari semenjak gw keluar dari rumah papa, Sherren saat Bang Lian ngajak gw pindah ke Korea. Tuhan, aku berTerima kasih kepadamu tuhann karena sudah mengirimkan orang sebaik Bunda Dayana dan Bu Soraya ke hidup aku.
••••••••••••••••••••••••••••••••••
KAMU SEDANG MEMBACA
About Ardanna
Teen FictionTentang Ardanna, ada kehangatan ada kehancuran. Note : banyak quotes di dalam cerita