Second Meet

25 2 0
                                    

Dedaunan dan tangkai bunga tampak berserakan diatas meja kerja, Sang florist terlihat serius sekali memotong dan merangkai bunga-bunga di ruangan tersebut.

"Sepertinya masih kurang..., Hmm apa lagi ya?", Gumam Auzora sambil berpikir sejenak. Tubuhnya bergerak membawanya kearah etalase bunga, memilah-milah bunga apa yang cocok untuk melengkapi karangan bunga yang ia buatnya. Selang beberapa menit, akhirnya Auzora menjatuhkan pilihannya pada bunga Shasta Daisy untuk melengkapi karangan buket bunga buatannya. Menurutnya, Bunga berkelopak putih itu memiliki makna yang bagus, yaitu kemurnian dan keberkahan.

"Nah selesai~!", Monolog Auzora usai memasangkan tali pita di buket bunganya. Gadis itu memandangi buket bunga itu dengan seksama, ia berharap customernya nanti akan senang dengan karangan bunga hasil karyanya.

Dari balik etalase toko, muncul seorang laki-laki muda berperawakan tinggi sekitar 180-an centi berdiri disana. Ia mengamati Auzora sejenak sebelum akhirnya datang mendekat.

"Pagi~" Sapanya dengan sumringah. Yang disapa balik membalas dengan senyum ceria membuat laki-laki itu sedikit terpana, Manis.

"Pagi juga Langit~"

Laki-laki bernama Juan Arkana Langit itu berjalan mendekati meja kerja Auzora, "Sedang membuat karangan bunga apa? Wah 80 tahun? apakah buket bunga ini untuk perayaan ulang tahun seorang kakek?" Tanya Langit sembari membaca kartu ucapan yang ia raihnya tersebut.

Auzora mengangguk, "Iya betul. Oh ya ngomong-ngomong bagus tidak hasil karyaku ini?", Tanyanya kemudian.

"Tentu saja bagus! kau sangat mahir dalam hal merangkai bunga bahkan bisa saja kau mengalahkan Ibuku dengan keahlianmu itu", Puji Langit dengan antusias.

"Kau ini berlebihan sekali", balas Auzora dengan malas.

"Yak ada apa dengan ekspresimu itu? Hei aku sungguh-sungguh berkata jujur dari dalam lubuk hatiku ini, apakah kau tidak percaya?", Cerocos Langit.

Dita menelisik jauh ke dalam mata Langit, "sepertinya tulus".

Yang ditatap pun hanya bisa salah tingkah."Hei jangan menatapku seperti itu", ujar Langit.

Auzora pun tertawa kecil,"kenapa,kau tersipu malu? Apakah begini yang dirasakan Minzi tiap kali kau menatapnya", godanya kemudian.

"Kenapa jadi bawa-bawa si cerewet itu", jawab Langit lalu pura-pura sibuk memunguti potongan daun dan tangkai bunga yang berserakan di meja.

Aurora hanya bisa tertawa kecil, Pasalnya Minzi suka mengadu kepada Auzora perihal Langit, akhir-akhir ini Minzi selalu dibuat salah tingkah dengan sikap Langit.

"Siapa yang kau maksud cerewet?" Tiba-tiba muncul seorang gadis manis lainnya dari balik pintu kaca.

"Kaulah, siapa lagi..." Jawab Langit dengan enteng.

Kali ini Minzi dibuat bingung lagi dengan tingkah Langit yang tidak menentu itu.

"Kemarin kau memakai jubah putih sekarang memakai jubah hitam lagi, kau ini malaikat atau iblis?" cerocos Minzi kemudian.

Lagi-lagi Auzora terkekeh melihat kedua sahabatnya yang dikit-dikit akur lalu dikit-dikit bertengkar, sepertinya mereka jodoh begitu pikir Auzora.

"Sudah ya aku mau pergi dulu...", pamit Auzora hendak mengantar Buket bunga itu.

"Mau ku antar saja Auzora?", tawar Langit.

"Tidak perlu, sepedaku sudah ku perbaiki... Kau dan Minzi ke kampus saja nanti aku menyusul", Jawab Auzora lalu melenggang pergi tanpa menghiraukan kedua sahabatnya itu lagi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 10, 2024 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FORGET ME NOTWhere stories live. Discover now