Part 2 ((end)) 🔞

382 16 13
                                    

Chrip chrip chrip
Kicauan burung bertengger di jendela membangunkan Seonghwa.

Matanya mengerenyit akibat tusukan sinar matahari. Mengetahui hal itu, sayap Hongjoong pun merekah menghalangi cahaya.

Mata indah si surai abu-abu terbuka perlahan.

"Merasa baikan?"
Yang ditanya mengangguk. Ia menggeliat lalu merenggang menyambut pagi.

Baru sadar lelaki di hadapan terduduk manis menontonnya, Seonghwa pun kembali masuk selimut karena malu.

"Sini ganti dulu perbannya."

.
.
.
.
.
.

"Itu apa sih?" Akhirnya ia memilih bertanya langsung pada narasumber mengenai krim hijau yang dioleskan pada lukanya ini.

"Ramuan."
"Buat nyembuhin? Keren!"
"Sup yang kemarin kau makan pun ada ramuannya."
"Hah?!!"
"Buat ngilangin rasa sakit."
"Ooh.."

Seonghwa menonton ubun-ubun dia yang berlutut. Matanya lalu memperhatikan kedua tanduk yang nampak keras.

"Ini berat nggak sih?" Dia menyentuh salah satu tanduk.

Terkejut, Hongjoong mengelak menjauhkan tangan Seonghwa dari tanduknya.

"Ah maaf, nggak suka disentuh?"
Si bertanduk menghela nafas.
"Nggak berat."

"Ooh- mmh.." Merasakan sentuhan, yang memasang perban lagi-lagi mengelus betisnya.

"Mm.. ngapain?"
"Kakimu indah."
Semburat merah lahir di wajah Seonghwa.

Cup
Pergelangan kaki juga lagi-lagi dikecup.

"Kenapa melakukan itu.." Debaran hati mempertanyakan.
"Ibuku selalu melakukan ini dulu."
"Ibu? Orang tuamu di mana?"
"Mati." Seonghwa tersentak.

"Ah maaf-"
"Dibunuh manusia." Dia menatap Seonghwa.

"... Maaf.."
Hongjoong menaikan satu halis. Tangannya mengulur membantu Seonghwa berdiri. Kakinya tinggal lecet sedikit, maka berdiri bukan suatu cobaan berat. Seperti dugaan, ramuan dengan sukses menyembuhkan.

"Bukan salahmu?"
"Tetap saja.."

Seonghwa dibawa keluar.

"Aku sudah membereskan barang-barangmu. Itu," Hongjoong mengarahkan posisi barang dengan dagunya.

Si lelaki aries terkejut. Ah benar juga, dia harus pulang. Dia harus kembali ke pekerjaan membosankannya, juga lingkungan keras yang membuat diri melarikan diri masuk ke organisasi pecinta alam, dengan licik mencuri-curi cuti untuk refreshing.

"Kuantar. Jalannya curam."
Lengan Hongjoong memutari pundak, bersiap menggendongnya lagi.

"Ah, Joong.."
Hongjoong melirik, terpanggil.

Nampak Seonghwa menatapnya dengan cemas. Matanya bergetar, alis pun bertaut menahan air mata. Tangannya dengan keras mencengkram jas hitam Hongjoong, belum siap berpisah.

Mungkin ia gila berpikiran seperti ini, tapi setelah melewati satu malam penuh obrolan dengan Hongjoong, Seonghwa banyak menemukan hal baru. Lelaki itu menceritakan banyak hal yang membuatnya begitu penasaran atas dunia ini sampai ke sudut-sudutnya.

Tapi lebih daripada itu, untuk sekarang, ia ingin tetap bersama Hongjoong. Makhluk luar biasa yang jauh dari kata normal. Dipenuhi sihir dan keajaiban. Ia tidak mau berpisah.

Hongjoong diam menatap. Ia mengerti lelaki dihadapan ini enggan pergi. Namun ia tidak mengerti mengapa si manusia tidak mau pulang ke rumah.

Lengan berpindah dari memeluk pundak menjadi memeluk pinggang. Ia bawa lelaki berpinggang kecil itu menghadapnya.

The Monster(?)Where stories live. Discover now