1. Hinata dan Kemarahannya

194 31 15
                                    

Angin semakin bertiup kencang menggoyangkan rerimbunan daun pohon yang berada di taman itu. Ranting-ranting bergesekan dengan suara mengerikan.

"Don't run! Get back here!" Gaara memerintah dengan marah dan panik bercampur jadi satu.

Sebagian dari mereka terpaku bingung, apakah harus kembali mengikuti perkataan Gaara atau lari secepatnya.
Sementara sisanya, sudah mantap untuk melarikan diri saja dari permainan konyol yang di cetuskan oleh pemuda itu sendiri.

Hinata berada di golongan yang bingung. Berlari pulang bersama Naruto, atau tetap tinggal dengan Gaara menyelesaikan permainan yang belum sempat mereka akhiri. Dan pada akhirnya, ia dengan cepat memutuskan untuk kembali menyelesaikan permainan mistis itu apapun resikonya.

"Buagh!" Namun sayangnya, tarikan Naruto yang terlalu keras pada lengannya adalah hal yang tak bisa di prediksi.
pandangannya menggelap setelah kepalanya menabrak sebuah pohon dengan keras.



Naruto disclaimer by Masashi Kishimoto

Special for NaruHina Dark Day 12/2022

Jailangkung & Possessed/Exorcism

#NHDD12

#NHDD2022



Ketukan halus beberapa kali pada pintu kamarnya tak urung membuat gadis itu mengerang.
Matanya menatap malas pada weker yang sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Yang mana tandanya, ia harus segera bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
"Iya bu, Hinata segera bersiap," serunya dibalik pintu.

"Baiklah, keluar sesegera mungkin," balas ibu lalu kembali ke dapur.

Nyawanya yang belum terkumpul sempurna membuat gadis itu mendesah lalu merentangkan badan.
Diraihnya ponsel warna ungu itu dari atas nakas.
Setidaknya, pesan singkat pagi-pagi dari teman kesayangannya itu bisa menjadi moodbuster untuknya.

Dengan memantapkan niat, ia pun melangkah pasrah masuk ke kamar mandi. Bersiap mengguyur badannya dengan air dingin yang terasa membeku.

Sudah ada kedua saudaranya dimeja makan. Begitu pula sang ibu. Sibuk menelepon sembari sebelah tangannya menyendok beberapa potongan tomat dan selada sebagai salad dipiringnya.
Neji dan Hanabi tengah menikmati sepiring nasi goreng telur mereka.
Semenjak tinggal di Indonesia, lidah mereka dengan cepat beradaptasi dengan cita rasa kaya akan bumbu rempah nusantara.

Ayahnya yang seorang ilmuan, mengharuskan mereka untuk pindah menetap di Indonesia bertahun-tahun lalu. Tepatnya ketika Hinata masih berumur 8 tahun. Usia yang sangat dini.
Awalnya sangat berat untuk pindah. Sebab banyak keluarga yang ada di jepang, begitu pula jika mengingat harus beradaptasi dengan lingkungan dan kuliner di negara yang baru.
Terlebih harus membawa anak-anak mereka yang masih kecil untuk ikut.
Belajar bahasa baru hingga akhirnya memutuskan untuk menjadi muallaf di tanah orang.

Dan pada akhirnya, keihklasan dan pengabdian besar sang ayah terhadap pekerjaannya, membuat mereka menetap di Kota Kembang, Bandung, Jawa Barat.

Digesernya kursi yang akan diduduki oleh gadis itu bersebelahan dengan adiknya Hanabi, yang masih duduk dibangku SMP.

"Ayah nggak pulang lagi?" tanya nya membuka percakapan.

Hanabi yang diajak bicara, hanya menggeleng sambil menggulir layar ponselnya melihat-lihat berita terbaru di instagram maupun twitter.
Berbeda dengan Neji, kakaknya itu justru fokus membaca materi kuliahnya setelah menghabiskan sepiring nasi goreng dan segelas teh manis brand lokal favoritnya.
Merk yang memakai ulat daun hijau gemuk sebagai iconnya.

Biarkan Aku Menetap ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang