Ternyata masih ada yang mau baca ya Wkwkwk...
Makasih banyak ya love you mmmuuaacchh Wkwkwk********
Kaki bersepatu hitam itu berhenti di tepi kasur. Menatap cwok yang masih terlelap dengan balutan seragam sekolah. Tangan kekarnya mulai menjamah wajah itu dengan lembut, membuat Alden tersentak kaget dan langsung terduduk.
"Kak Arsyan," ucapnya sedikit cepat. Alden langsung mencari Victor ke setiap sudut kamar. Memastikan bahwa pria itu sudah pergi.
"Aku baru membuka ponsel ku tadi pagi. Melihat kau menelpon ku beberapa kali. Apa ada sesuatu?" tanya Arsyan datar.
Alden menggeleng cepat. "Tidak ada. Aku kemarin hanya takut, karena lampu rumah mati."
"Apa kau terluka? Aku melihat bercak darah di meja. Sepertinya terkena goresan kaca yang pecah di atas meja."
"Oh, itu... Itu, mungkin kemarin bu Lia lupa membereskannya," umpat Alden agar Arsyan tidak curiga.
"Ya, sudah. Mandi dan turun. Aku sudah menyiapkan sarapan untuk mu." Mendengar hal itu Alden hanya mengangguk mengiyakan.
"Darah? Apa Pak Victor terluka kemarin?" Gumam Alden yang tampak berpikir.
_______________
Ditempat berbeda.
Pria bernama Victor itu sedang asik menatap ke luar jendela kantornya. Dengan ponsel yang terus di putarnya. Victor terlihat sedang berpikir keras untuk menghubungi seseorang namun dipaksa untuk menahannya.
"Apa dia sudah sadar? Apa dia baik-baik saja saat ini? Ahh... Sudahlah. Urusan ku sudah selesai, dia bukan tanggung jawabku lagi." Pria itu mendorongkan kursi yang di dudukinya untuk mendekat ke arah meja. Lalu menaruh ponsel berwarna hitam dan mulai menjamah laptop di hadapannya.
"Aw...," Ringis Victor saat jemarinya menakan keyboard terlalu keras.
Victor tampak menyunggingkan sudut bibirnya ketika melihat lengannya yang tergores serpihan kaca. Ia kembali mengingat wajah Alden yang menggemaskan dan terkadang menjengkelkan.
Di tempat yang sama, ternyata langkah Alden sudah memasuki kantor Victor. Dengan cepat, cwok itu menghampiri karyawan.
"Permisi. Apa benar ini kantornya Pak Victor Deon... Deon.. Deon apa, ya?" tanya Alden yang berusaha mengingat nama lengkap orang yang ia cari.
"Deopati," timpal karyawan tersebut sambil tersenyum.
"Ah, ya, itu. Victor Deopati. Benarkah? Aku ingin bertemu sekarang. Bolehkan?"
"Adik dengan siapa? Apa sudah membuat janji?"
"Memangnya harus membuat janji, ya? Kami sudah saling mengenal," imbuh Alden berusaha meyakinkan wanita tersebut.
Wanita itu tampak kembali terkekeh. "Dik, kami disini pun mengenal satu sama lain. Tapi, tidak bisa sembarang orang bisa masuk."
"Ish, kau tidak percaya? Tunggu sebentar." Alden mengeluarkan ponsel lalu menelpon Victor saat itu juga.
"Hallo. Pak, aku di kantor. Bisa bertemu sebentar. Ini sangat penting. Aku mohon, tidak akan lama," Ucap Alden tanpa basa-basi.
📞hah? Kau di kantor ku. Mau apa?" Victor terdengar kaget saat mendengar Alden berada di kantornya.
"Nanti aku jelaskan, biarkan kita bertemu dulu. Dia tidak percaya kalau kau pacar ku," sahut Alden seraya menatap wanita yang masih menatapnya heran.
Mendengar Alden mengatakan 'pacar', sontak raut wajah wanita itu seketika berubah. Bukan karena terkejut bos nya memiliki kekasih. Tapi karena Alden terlihat jauh lebih muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
confused love
Romance" Jadi, kau selingkuh?" tanya Alden tanpa basa-basi. Victor dan Nesya menoleh bersamaan ke sumber suara. "Al-den? Al- ak-." Victor menghampiri Alden yang sudah basah kuyup. "Apa, Vic? Kau benar-benar jahat. Ini alasan sekarang kau jarang menghubun...