Malam sudah semakin larut. Alden sudah meringkuk di tempat yang sama. Badannya sudah semakin lemas. Kain penutup matanya sudah basah karena cwok itu tak berhenti menangis. Mungkin, karena lelah terus memberontak ingin melepaskan diri, sedangkan ia tak bisa melihat apapun selain ketakutan karena kegelapan.
Pintu terbuka. Seseorang mendekat dan duduk di samping Alden yang tak menyadari keberadaannya. Jemari pria itu mengusap lembut pipi yang terlihat sudah lusuh itu dengan lembut. Menyibakan rambut yang menghalangi sebagian wajahnya yang manis.
Perlahan, pria itu melepas ikat penutup mata Alden agar ketakutannya tidak membuatnya tersiksa. Melepas ikatan di lengannya pula. Lalu, kembali keluar meninggalkan Alden yang tengah tertidur pulas itu.
___
Pukul 23.26 tengah malam.
'Aku sedang melacak lokasi Alden melalui ponselnya yang masih aktif. Kita akan pergi ke sana, jika lokasinya sudah berhasil di temukan. Nanti, aku kabari lagi'
pesan singkat dari Adam itu berhasil di terima oleh Victor dan Arsyan.
***
Waktu terus bergulir. Pukul 01.00 pagi.
Rasa lapar berhasil membangunkan Alden. Matanya mulai menangkap cahaya lampu yang menyilaukan. Alden yang tersadar langsung menyentuh matanya lega.
"Sudah di buka? Akhirnya," ucapnya seraya turun dari kasur dan mencari jalan keluar. Ia mulai membuka pintu yang begitu rapat terkunci, lalu berlari mendekati jendela kaca yang ternyata juga di kunci.
Di saat Alden sedang mencari jalan keluar. Seseorang membuka pintu dengan keras dan kedua mata saling menatap itu satu sama lain. Alden yang terkejut dan bahagia, dengan cepat berlari dan memeluk tubuh itu.
"Aku tahu, kau akan menyelamatkan ku. Aku takut. Aku takut tidak bertemu dengan mu lagi." tutur Alden yang terlihat menangis bahagia.
"Maafkan aku." Ia mengusap air matanya dengan raut wajah yang datar.
"Ayo! Kita harus keluar sekarang. Sebelum mereka datang lagi. Kau pasti akan di habisi." Alden menarik lengan itu dengan kuat. Namun, pria itu tak beranjak dari tempatnya.
"Kau kenapa?" Alden terlihat bingung karena pria itu terus terdiam dan terlihat berkaca-kaca. Alden kembali mendekat dan menatapnya dalam-dalam.
"Victor!" senatak Alden membuat Victor tersadar.
Alden kembali menarik lengan Victor untuk keluar. "Al," panggil Victor lagi-lagi membuat Alden berbalik. Wajahnya semakin bingung.
Victor mendekat dan memeluk tubuh cwok itu. Alden bisa merasakan jika Victor sedang tidak baik-baik saja.
"Sudah, kau ini kenapa? Apa kau sedih karena aku ada di sini? Aku tidak apa-apa. Kita keluar sekarang! Mereka pasti akan kemb- aaaa." Alden meringis saat sesuatu menancap lengannya. Sebuah suntikan!
Alden menatap Victor yang kini menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.
Matanya begitu penuh rasa tanya dan mungkin ketidakpercayaan jika Victor menyuntikan sesuatu padanya. Apa yang terjadi? Victor yang melakukannya? Tapi kenapa? Pikiran Alden terus berputar dengan sesuatu yang sulit di percaya."Maaf, Al." Suara Victor terdengar begitu lirih.
"Victor," ucap Alden sesaat sebelum matanya menutup sempurna dan tubuhnya tak lagi bisa bertahan untuk berdiri.
Victor mengangkat tubuh Alden ke atas kasur. Pria itu sudah mematikan ponsel Alden yang ia sembunyikan di kamarnya, agar Arsyan tidak berhasil melacak lokasinya.
"Maafkan aku. Aku mendengar semuanya. Kau pasti mencintainya 'kan? Dia mencintaimu, dia akan mengambil mu dari ku. Kau sudah menyembuhkan ku dari luka bertahun-tahun yang aku rasakan karena kehilangan Nesya. Aku tidak mungkin bisa kehilangan cinta ku untuk kedua kalinya. Jika itu terjadi, maka aku harus mulai dari mana lagi, Al. Aku sudah lelah. Aku harap setelah ini kau bisa yakin padaku." Victor mengusap kening itu penuh rasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
confused love
Romance" Jadi, kau selingkuh?" tanya Alden tanpa basa-basi. Victor dan Nesya menoleh bersamaan ke sumber suara. "Al-den? Al- ak-." Victor menghampiri Alden yang sudah basah kuyup. "Apa, Vic? Kau benar-benar jahat. Ini alasan sekarang kau jarang menghubun...