CPT 20 (Victor kecelakaan dan dia koma.)

376 14 0
                                    

𝙈𝙮 𝙎𝙪𝙜𝙖𝙧 𝘿𝙖𝙙𝙙𝙮
Part 20

Keheningan malam menyelimuti dua insan yang tengah berbaring menenangkan hati dan pikiran, setelah bergelut dengan pertengkaran yang cukup hebat.

Pukul tiga pagi, suara lenguhan mulai terdengar jelas ditelinga Arsyan. Berusaha bertahan dengan rasa kantuknya yang luar biasa, namun gagal karena ringisan seseorang semakin terdengar jelas.

Matanya terbuka. Melihat punggung sang istri yang membelakanginya. Arsyan menyipitkan mata dan sedikit mengernyit penuh tanya.

"Al," panggilnya pelan. Tak ada sahutan membuat Arsyan membalikan tubuh istrinya. Alangkah terkejutnya pria itu, saat menyentuh kening Alden yang terasa sangat panas, pipinya semakin bengkak dan tak berhenti melenguh.

"Al, kau demam." Arsyan bangkit dari tidurnya. Dan, segera berlari mengambil sesuatu untuk mengompres.

Arsyan sibuk sendiri. Mengompres, memberi obat dan terus menjaga Alden sampai suhu tubuhnya menurun. Bahkan, ia tak bisa tidur lagi. Melihat bengkak dipipi sang istri membuatnya semakin dirundung rasa bersalah.

Hingga pagi menjelang. Alden mulai membuka matanya perlahan. Tangannya meraih sesuatu yang menempel di kening, sebuah kain itu ia letakak di samping. Lalu melirik Arsyan yang tertidur dengan tangan memeluk perutnya.

"Euh...," ringis Alden keluar, pipinya terasa sangat sakit saat membuka mulut.

Alden bangkit dari tidurnya secara perlahan, lalu duduk. Memperhatikan pucuk kepala suaminya.

"Bangun." Alden mengusapnya perlahan.

"Al, kau sudah bangun?" Arsyan dengan cepat ikut duduk.

"Mandi." ucap Alden begitu pelan. Tanpa menjawab, Arsyan segera bangkit dan membawa istrinya ke dalam kamar mandi.

Ritual membersihkan diri sudah selesai. Kini, menampakkan Alden tengah duduk dimeja rias dan Arsyan yang sibuk menggosokkan handuk kecil untuk mengeringkan rambut Alden.

Entahlah, dari bangun tadi. Alden sedikit berbeda. Ia tak mengatakan apapun, selain meminta bantuan. Itu membuat Arsyan mulai heran dan cemas. Bahkan, Arsyan bisa melihat dari pantulan cermin di depannya, Arsyan sama sekali tak menatapnya, ia hanya duduk dengan raut wajah yang datar.

Arsyan memutar kursi roda itu, dan membuatnya kini saling berhadapan. "Kau masih marah?"

Alden menggeleng pelan dengan raut wajah yang tak berubah. "Lalu kenapa diam saja. Jangan diam saja, aku bingung. Kau marah atau masih sakit," lanjut Arsyan penuh kekhawatiran.

Alden lagi-lagi terdiam tak menjawab. Hanya gelengan kecil yang ia lakukan. Pria itu menghembuskan napas beratnya, lalu kembali menatap wajah imut dengan pipi bengkak milik sang istri.

"Bicara, Al. Kalau kau marah, aku minta maaf. Tapi, jangan mendiamkanku begini, aku bingung." Arsyan menggaruk kepalanya prustasi.

Alden memandang polos kekhawatiran yang ditunjukan suaminya itu. Dengan segera, ia menunjuk pipinya yang bengkak. "Sakit... Jangan ajak aku bicara terus, ini sakit jika aku membuka mulutku," ujarnya dengan pelan.

Arsyan membulatkan matanya. "Jadi, kau diam saja karena pipimu sakit?" Alden mengangguk. Pria itu menepuk keningnya. "Aku pikir kau marah. Aku akan mengobatinya lagi." Arsyan mengec** luka yang sama.

"Ish," ringis Alden seraya mendorong dada Arsyan agar berhenti menyentuh pipinya.

"Sakit, ya?" tanya Arsyan membuat Alden mengangguk cepat.

"Maaf, ya." Arsyan mengusap rambut Alden yang masih berantakan. Lalu, berlanjut menyisirnya.

_________

confused love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang