Gak ada istilah bangun siang buat seorang Arjuna. Ada kelas pagi atau nggak, cowok itu harus tetep bangun awal buat nganter kedua adiknya berangkat sekolah.
Sadewa atau Dewa, adik laki-laki Juna yang sekarang duduk di bangku kelas 2 SMA itu pastinya sehari-hari udah bisa ngurusin keperluan sekolah sendiri. Tapi beda lagi soal Sintia, adik bungsu Juna yang masih kelas 5 SD. Tia selalu harus melibatkan Juna dalam kegiatan siap-siap ke sekolah. Entah soal siap-siap mandi, atau bahkan cuma perkara milih jepitan rambut yang harus dia pake.
Tapi Juna gak keberatan sama sekali. Dia malah menikmati semua itu. Ngeliat dan ikut andil dalam pertumbuhan adik-adiknya. Arjuna juga punya keyakinan bahwa sebagai anak sulung di keluarganya, saat ini dia harus bisa 'menggantikan' peran ayah buat kedua adiknya.
Bukan gara-gara ayah di keluarganya udah gak ada. Tapi Pak Jaya atau bapak, begitu Juna memanggilnya, udah gak bisa berkontribusi banyak dalam kehidupan sehari-hari keluarga mereka karena penyakit stroke yang dideritanya dua tahun belakangan ini.
Dan ibu Juna, Bu Wulan, masih sehat dan terlihat sangat segar. Ibu tiga anak itu saat ini berprofesi sebagai tenaga pengajar di universitas terbuka yang jaraknya gak begitu jauh dari tempat tinggal mereka.
Jadi, dengan niatan sedikit meringankan pekerjaan ibunya di kehidupan sehari-hari mereka, Juna bakal ngerjain apapun yang diperlukan dan apapun yang bisa dia kerjain di rumah.
Seperti hari ini, setelah selesai bantu Tia nyiapin buku dan bekal, Juna nyiapin sarapan di meja makan rumahnya sembari nunggu ibunya selesai mandi.
"Yey ibu hari ini masak semur daging. Berarti Kak Alan bisa ke sini hari ini kan mas?" ucap Tia begitu gadis itu duduk di depan meja makan.
"Mas belum bilang sih sama Alan, gak tau dia bakal bisa apa nggak hari ini."
"Kak Alan itu siapa?" Dewa yang juga udah duduk dan siap sarapan, penasaran sama siapa yang dimaksud adik dan masnya itu.
"Temennya Mas Juna. Eh temen aku juga sih. Yang kemarin aku cerita sama Mas Dewa kalo aku punya temen baru itu loh."
"Kamu mah semua semua-semua dijadiin temen emang." Dewa yang gak mau ambil pusing, milih buat mulai menikmati sarapan paginya aja.
Sarapan keluarga itu berjalan asik dan tertib seperti biasa. Bapak hari ini juga ikut sarapan di meja makan, dengan lauk sayur dan protein dari tempe aja karena harus menghindari makanan yang berlemak.
Setelah sarapan selesai, Juna bergegas buat nganterin kedua adiknya ke sekolah masing-masing dan dia sendiri langsung menuju ke kampus setelahnya.
Banyak yang harus dikerjain cowok itu hari ini. Selain beberapa tugas yang deadline-nya udah deket, Juna juga harus nyelesain kerjaannya sebagai penulis berita harian di salah satu media online.
Hari yang penuh dan sibuk adalah hari-hari yang udah biasa buat Arjuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELOVED
Roman pour AdolescentsDari berbagai jenis seni yang ada di alam semesta, jika harus memilih satu, maka Arjuna dan Arlan akan memilih seni yang paling membingungkan; Seni Cinta. Jatuh cinta kadang memang merupakan hal sepele. Tapi dicintai adalah perkara lain. Bagi Juna d...