Chapter 1 (REVISI)

14.5K 1.5K 39
                                    

Seorang pemuda tengah mengendap-endap masuk kedalam rumah yang sunyi, hari ini pasti hari beruntungnya namun.......

Ctakk.....

"Darimana kamu?!" Suara bariton terdengar dipendengaran pemuda itu dengan suara penuh intimidasi.

Sontak pemuda itu berhenti dari aksinya, tangannya bergetar serta detak jantung berdetak dengan cepat.

Plak..

"Apa sekarang kamu ingin menjadi brandal hah!!" Ucap pria itu sambil menampar pemuda yang dihapannya, "apa kau ingin mencoreng nama keluarga Wiratama?! Cepat jawab bocah sialan!!" Bentaknya.

"A..." Belum sempat menjawab perkataan pria yang menyandang sebagai ayahnya itu, pria dihadapannya langsung menyeret Arilaka atau kita sebut laka dengan kasar.

Laka melirik kearah lain, ia menatap pada wanita yang sebagai ibunya meminta pertolongan tapi wanita itu hanya diam lalu melengos tanpa menghiraukan Laka.

Pria itu membawa Laka kedalam kamar kecil, sangat kecil bahkan kamar pembantu lebih luas dari kamar miliknya.

"Sekarang buka bajumu! Dan berbalik!" Perintahnya tanpa ingin dibantah.

Laka hanya menuruti perkataan ayahnya untuk membuka bajunya, ingin rasanya ia membalas perkataan sang ayah namun rasa sayangnya lebih besar dari rasa bencinya.

Ctarr....

Ctarr....

Ctarr....

Sang ayah langsung mencambuk punggung Laka yang juga sudah tidak mulus. Ia menitikkan air matanya, rasa sakit difisiknya tak sesakit rasa sakit yang ada dihatinya, ia tak bisa melawannya seakan tubuh ini bukan tubuhnya, ia tak bisa mengendalikan tubuhnya jika sudah berhadapan dengan kedua orangtuanya.

Ia ingin seperti anak lainnya disayang kedua seorang tuanya lalu sang ibu menatapnya hangat tak dingin seperti biasa, ayah yang melindunginya dan tak menyakitinya. Namun keinginannya hanya semu, harapannya selalu pupus namun ia tak pernah kehilangan harapan itu. Ia sangat, sangat dan sangat menyayangi ibu dan ayahnya.

Setelah merasa puas ayah laka melempar cambuknya, "ingat!! Kau tak boleh keluar dari kamar ini selama 3 hari! Dan kau tidak boleh makan selama itu!" Ucapnya dengan penuh emosi lalu mengunci kamar milik Laka.

Ia menahan tangisnya, "kapan ayah dan ibu sayang laka" lirihnya. "Uhuk... Uhukkk" bohong ia tak merasakan sakit ditubuhnya, ini sangat sakit untuk bergerak saja ia susah.

Laka membersihkan darah yang keluar dari mulutnya lalu memakai baju tanpa mengobati luka pada punggungnya.

Ia memandang kearah jendela, kamarnya berada dibelakang mansion megah keluarga Wiratama. Sejenak ia berfikir untuk kabur tapi setelah kabur ia akan tinggal dimana? Apalagi jika keluarganya tahu mungkin saja ia akan dihajar habis-habisan.

Ia teringat akan bayangan-bayangan yang pernah ibunya ucapkan padanya.

"Kau anak sial!! Harusnya dulu aku menggugurkanmu! Gara-gara kamu tumbuh dirahimku! Kau menghancurkan impianku!"

"Aku sangat menyesal kau terlahir dari rahimku anak sialan!"

"Enyah kau!!"

"Bahkan dunia ini tak ingin menerima anak sialan sepertimu!"

Ucapan-ucapan sang ibu terus terbayang diotaknya hingga air matanya lolos kembali dari benteng pertahanan matanya.

"Ibu, aku harus apa? Apa aku kabulkan keinginanmu?" Isakan isakan terdengar dimalam hari yang sunyi.

Baiklah ia sudah membulatkan tekatnya, dengan tergesa-gesa ia memasukkan beberapa baju kedalam ranselnya.

Ia mengambil sebuah figura yang memperlihatkan bocah kecil yang tersenyum dengan kedua orang tuanya.

"Aku akan membawa ini, ah iya aku akan meninggalkan catatan untuk ayah dan ibu serta uang tabungan untuk mereka" ia tersenyum getir.

Laka keluar dari lubang rahasia miliknya lalu menatap rumah yang telah ia tinggal selama 18 tahun.

"Selamat tinggal ayah ibu, aku menyayangi kalian"

Setelah itu ia benar-benar pergi dari rumah megah keluarga Wiratama.

*****

Seharian dia sudah berjalan tanpa arah, tubuhnya sangat lelah serta rasa perih dipunggungnya sangat terasa.

Ia membuka tasnya mengambil sebuah roti dan air mineral yang ia beli tadi.

Tepat dekat dengannya ada sebuah buku didekat tempat sampah, dengan senyum sumringah ia segera mengambilnya.

"Wah... Pas banget gue lagi bosen" ucapnya, lalu ia membaca buku itu.

Baru saja ia membaca bagia prolog, seorang boca tiba-tiba lari ketengah yang pada saat itu lampu hijau masih menyala.

Laka yang melihat bocah kecil lari ketengah jalan, dengan cepat ia berdiri lalu berlari untuk menyelamatkan bocah itu.

Bocah kecil itu selamat namun tidak dengan laka, ia tertabrak setelah mendorong bocah kecil kepinggir jalan.

Tubuhnya mental beberapa meter dari truk yang menabraknya, kesadarannya mulai direnggut dengan kegelapan.

"Laka!!!" Jerit seorang wanita paruh baya yang terdengar samar dipendengaran milik Laka.

Wanita itu memeluk tubuh laka yang sudah berlumuran darah, tubuh wanita itu bergetar hebat. Tidak tidak ia ingin egois! "Jangan bawa anakku dariku!"

Pria yang bersama wanita itu berdiri kaku menatap sang putra lalu tubuhnya meluruh menjatuhkan sebuah catatan ditangannya.

"Kenapa kalian diam saja!! Cepat bawa putraku kerumah sakit!!" Teriaknya penuh emosi, dari semburat wajahnya terlihat sangat khawatir dan penuh sesal.

To be continued......

Note :
Jangan lupa tinggalkan jejak, jika ada typo mohon tandai yak.

Jangan jadi silent readers dong gaes, kasih support biar semangat nulisnya.

Oh iya jangan lupa kasih saran sama kritikannya ya.

(Sudah direvisi, jika ada kata yang tidak tepat atau beberapa kata yg typo tolong tandai ya!)

AZIEL (Lives Alone) TAHAP REVISI (END)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang