Chapter 2

43 9 5
                                    

16 September 2022 08

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

16 September 2022 08.02 am

Hoshi mendapati dirinya berada di ruang UKS begitu kedua mata pemuda ini terbuka. Ia merasa pusing saat ini. Kemudian Hoshi mendapati Hikaru tengah duduk membelakangi di dekat kakinya dengan kepala tertunduk dan perasaan cemas, kini ia menenggelamkan wajahnya pada kedua telapak tangan tersebut.

Hikaru sengaja meninggalkan pelajaran saat ini untuk menunggu Hoshi siuman serta memastikan bahwa sahabatnya akan baik-baik saja setelah ini. Selain itu, ia juga ingin menemani Hoshi hingga keadaannya baik-baik saja, seperti yang ia lakukan sebelumnya.

Saat ini Hikaru belum menyadari bahwa Hoshi sudah siuman. Andai Hoshi bisa berbicara, tentu ia akan memanggil sahabatnya.

Tangan Hoshi tidak sampai untuk menyentuh bahu ataupun lengan Hikaru agar menarik perhatiannya sehingga mau tak mau ia harus bergerak agar bisa melakukan hal tersebut. Namun, tubuh Hoshi terlalu lemas untuk bergerak, pemuda itu seperti tidak memiliki tenaga untuk bergerak saat ini. Ia juga tidak mungkin menunggu Hikaru untuk menatapnya.

Hoshi menghela napas, ia merutuk dalam hati mengenai dirinya yang tidak bisa bicara. Pemuda itu ingin sekali berbicara seperti orang-orang serta ingin mendengar suaranya sendiri. Selain itu, ia juga ingin bermain piano sambil bernyanyi seperti yang dilakukan Hikaru setiap kali bermain piano.

Dan yang paling penting, saat berbicara, Hoshi tidak perlu menulis ataupun menggunakan isyarat untuk menyampaikan sesuatu. Ia hanya tinggal mengatakan sesuatu yang ingin disampaikan.

Terkadang Hoshi berdo'a dalan hati agar Tuhan mau memberikannya kesempatan untuk bisa berbicara, walaupun hanya sehari. Ia berharap agar keinginannya yang satu ini dikabulkan, bahkan berkhayal jika saja keinginan itu terkabul.

Hoshi bisa saja menggerakkan kakinya untuk menarik perhatian Hikaru karena posisi kaki pemuda itu cukup dekat dengan posisi sahabatnya sehingga jika Hikaru menyadari hal tersebut, maka ia akan menoleh padanya. Namun, Hoshi merasa tidak sopan jika melakukan hal tersebut dengan menggunakan kaki.

Pemuda itu menatap ke sekitar, mencari benda yang bisa dilempar agar bisa menarik perhatian Hikaru. Namun, ia tidak dapat menemukan barang yang dicari. Tiba-tiba terlintas sebuah ide bagus di benak Hoshi.

Kemudian Hoshi mengangkat sedikit kepalanya, lalu mengambil bantal tersebut. Pemuda itu meletakkan bantal tersebut di antara dada dan perut, lalu hendak melempar benda empuk itu ke arah Hikaru. Sebelum melempar, Hoshi berdo'a dalam hati agar rencananya berhasil.

Ketika hendak melempar, tiba-tiba Hikaru menoleh ke arah Hoshi membuat pemuda tunawicara itu sedikit tersentak, begitu juga dengan Hikaru lantaran baru menyadari bahwa sahabatnya telah siuman. Segera Hikaru beranjak dari tempat ia duduk.

"Hoshi-chan? Kau sudah bangun? Sejak kapan?" tanya Hikaru. "Tunggu sebentar, kenapa bantalnya ada di situ?"

Hikaru mengambil bantal itu, dan hendak meletakkannya di bawah kepala Hoshi. Namun, hal tersebut tertunda begitu menyadari bahwa pemuda tunawicara itu berusaha hendak duduk. Hoshi jeda sejenak begitu rasa pusing menyerangnya.

Yume to HimitsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang