Jangan lupa 🌟 dan komennya dulu 🙌 ges,
Hari ini adalah hari ketiga setelah Divanya sembuh dari sakitnya. Juga hari ketiga dirinya tak melihat Altezza berada di mansion.
Saat ini ia bebas, namun masih terikat oleh lelaki itu dimana pun ia berada. Contohnya ketika Divanya tertidur dan lupa makan malam, laki-laki itu akan menyuruh pelayan memaksanya. Jika tidak, para pelayan juga dirinya akan mendapat hukuman. Ia seakan diistimewakan oleh para pekerja. Divanya jadi heran sendiri.
Seperti biasa, ia selalu memakai baju yang sudah para pelayan itu berikan. Ini semua terbilang cukup lumayan karena bermerek yang terkenal mahalnya.
"Sumpah si, gue baru kali ini megang baju merek sultan yang mehong." gumam Divanya mencium dan menyentuhnya beberapa kali merasakan bahan baju mahal ditangannya ini.
Divanya mendengus. "Pantesan mahal, dipakai aja rasanya nyaman banget." ucapnya dan mulai berjalan keluar dari kamar.
Hari ini ia akan pergi untuk kuliah. Biasanya jika hari kamis ia ada jam kuliah pagi. Ia tak mengetahui informasi dikarena ponselnya entah pergi kemana semenjak insiden dirinya terjebak di Mansion ini. Ia juga berniat ingin mendatangi tempat terakhir dirinya sebelum ia dibawa kesini. Semoga saja ponselnya ketemu dan kembali padanya.
Setelah sarapan, tadi dirinya langsung dihadang sopir mansion untuk berniat mengantarkannya. Walau sempat menolak, akhirnya Divanya pasrah saja. Mau bagaimana pun para pekerja disini sangat ngotot jika sudah diperintah oleh Tuannya untuk suatu hal, maka ya harus dilakukan. Kalau tidak, pasti kalian sudah tahu apa akibatnya.
"Nanti, Nona jangan macam-macam ya, Tuan selalu mengawasi anda." ucap sang sopir ketika hampir sampai.
Divanya terkejut ketika dirinya dipanggil Nona, memangnya siapa dirinya disini? Ia mendengus. "Jangan memanggil saya Nona Pak, saya bukan siapa-siapa. Dan untuk saran bapak, saya terimakasih Pak," ujar Divanya sopan dan tersenyum.
Sang sopir mengangguk.
Setelah sampai di dekat fakultasnya, Divanya langsung meminta untuk diturunkan disini saja, agak jauh supaya tidak mencolok jika dia berhenti agak jauh dari Fakultasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTEZZA
Non-Fiction"Jangan pernah mencoba lari dariku Sayang, sebab dimana pun kau berlari akan selalu kukejar."Senyum laki-laki itu menatap gadis didepannya. "Kau mengerti," Bukan sebuah pertanyaan melainkan pernyataan yang menekan. "Jahat," Ucap gadis itu singkat. ⚠...