"Apa perempuan ini sudah gila?!"
Temari melempar buku sketsa ke atas meja. Sementara di dekatnya Kurotsuchi tengah dipusingkan oleh beberapa contoh kain yang sudah ia pilih. Belum ada satu jam gadis berkacamata tersebut meminta bagian printing mencetak motif yang diinginkan sang pelanggan. Namun, wanita bertanduk itu lagi-lagi merevisinya.
Lagi?
Ya, jika ini sekali atau dua kali, sangat normal. Kewarasan mereka masih terjaga. Tapi, bila yang terjadi adalah kesepuluh kalinya, jelas, mereka akan menggila.
"Apa yang harus aku lakukan dengan kain-kain ini? Oh, Kami-samaaa." Kurotsuchi sudah lemas, lunglai, tak berdaya.
Tenten memilih membuka jendela. Membiarkan oksigen dari luar memenuhi seisi ruang. Dia butuh udara segar, proyek ini cukup membuatnya sesak napas. "Apa ketua sudah tahu?"
"Ketua?" Kurotsuchi meletakkan telunjuknya di depan bibir, "umm ... ku rasa. Bukankah kau mendapat info revisi dari Shisui?" tolehnya pada Temari.
"Yup, dia sedang meeting dengan calon customer bersama ketua. Aku yakin Shisui sudah memberitahu ketua lebih dulu."
.
.
"Dia ingin ganti apa lagi? Bukankah dua hari lalu Nona Ino sudah setuju?" raut terkejut Hinata berbanding lurus dengan dugaan Shisui. Sekarang, mereka tengah dalam perjalanan kembali ke kantor.
"Beliau menginginkan keterpaduan antara budaya modern dan tradisional. Jas konvensional biasa memiliki pita, berpotongan rapi dan sedikit kaku. Nona Ino mau jasnya seperti haori. Menurutnya haori bisa memadukan dua budaya."
"Tak masuk akal!" Hinata menggelengkan kepala, ada-ada saja.
Dulu, pertama kali, top star yang tengah naik daun itu ingin nuansa modern. Kiblatnya adalah pakaian yang sering dikenakan Raja Inggris. Alasannya, sang calon suami merupakan orang Eropa. Lalu berganti ke nuansa Renaissance. Putri Menteri Luar Negeri tersebut berkata, zaman Renaissance ialah masa di mana manusia mulai tertarik dengan mode. Banyak gaya fashion mewah yang lahir. Ini melambangkan, standar tingginya perihal baju amat melintasi zaman.
Hinata menghela napas. Mengingatnya saja sudah membuat sakit kepala. Tak perlu dia jabarkan delapan revisi lainnya. Terlalu panjang!
"Ketua, Nona Ino ingin model yang seperti ini!"
Iris rembulan mengamati kemana arah layar digeser. "Bakufu?"
"Ya," Tablet 10 inch itu menunjukkan seorang model memakai setelan haori dan hakama. Shisui juga memperlihatkan beberapa set kinagashi warna-warni.
Satu yang membuat Hinata tertarik ialah, lukisan pria yang mengenakan haori berkelir hitam tetapi rambutnya pirang. Pria zaman dahulu sudah mengenal pewarna rambut? Atau mungkin, dia orang asing yang terdampar?
"Nona Ino mau jasnya bermotif Ryujin."
"Mirip ini?" tunjuk Hinata pada contoh baju seorang pejabat di era Bakufu.
"Betul. Dalam mitologi, naga biru adalah Dewa Laut yang melambangkan utusan ilahi. Artinya, mereka menikah dan mendapat restu dari Dewa."
"Hmm ... pengertian yang bagus. Dia sungguh gadis yang unpredictable dan filosofis."
"Tapi, jika setelah ini ada revisi lagi, aku tak yakin anak-anak bisa bertahan, Ketua. Terlebih, waktu kita sisa tiga minggu. Ada beberapa kontrak lain yang perlu dikerjakan."
"Ya, aku tahu. Sampai kantor kita akan diskusikan modelnya."
"Pasti mereka sudah kehilangan mood sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
River Flows In You
FanfictionMenjadi seorang perancang busana selalu memiliki tantangan besar. Di bawah label Lumiere, Hinata menciptakan baju-baju luar biasa. Sampai, sebuah insiden melemparnya melintasi ruang dan waktu. Hinata tersesat di zaman yang pernah menjadi bahan refer...