Part 10

217 22 2
                                    

Lix masih menatap Lewis dengan tatapan polosnya, tidak ada kernyitan atau pun tatapan curiga. Tapi, itu justru membuat jantung Lewis berdetak semakin kencang dan justru dia yang tertegun saat Lix justru tersenyum.

"Kamu kayak kucing, matanya beda warna. Tapi cantik. Aku pernah baca artikel yang bilang kalo manusia jarang banget yang punya warna mata beda," ucap Lix, lalu memajukan wajahnya dan mengecup bibir Lewis lembut, kemudian mengusap sudut bibir laki-laki itu dengan ibu jarinya. Ditatapnya kekasihnya itu, tapi kini tidak ada senyuman di wajahnya.

"Saat sama aku, kamu gak usah sembunyiin warna mata kamu ya. Aku suka liatnya, cantik," ucap Lix dan Lewis meraih tangan Lix yang berada di pipinya dan mengecupnya lembut. Bagaimana mungkin dia bisa mendapatkan kekasih sebaik dan sepengertian Lix? Dia yakin bahwa dirinya keturunan iblis bukan malaikat, lantas kenapa dia bisa mendapatkan keajaiban seperti ini?

"Sayang..." panggil Lewis seraya mengelus poni Lix, menyingkirkannya dari matanya dan Lix menatapnya.

"Kamu gak mau tinggal sama aku aja?" tanya Lewis dan Lix terkesiap mendengar pertanyaan itu. Tinggal bersama Lewis? Bukankah itu... sebuah komitmen yang besar? Bagaimana jika nanti mereka justru jadi sering bertengkar? Bagaimana jika nanti mereka muak terhadap satu sama lain? Bagaimana jika Lewis mengetahui bahwa dia adalah seorang peri?

"Kamu gak usah jawab sekarang. Pikirin dulu aja," ucap Lewis seraya mengecup hidungnya dan Lix memejamkan matanya. Lix merapatkan tubuhnya ke tubuh Lewis dan menyamankan posisi tidurnya. Detak jantung Lewis menenangkannya, dan dekapan laki-laki itu membuatnya merasa aman.

Alasan dia tidak mau kembali ke fairy realm? Dia suka dengan kedamaian dan perlindungan yang Lewis berikan di sini. Di dunia bayangan... Dia tidak tau sampai kapan kedamaian akan bertahan. Kaumnya sedikit beruntung karena bekerja sama dengan pemburu bayangan. Musuh mereka bukanlah pemburu bayangan, melainkan warlock yang senang memperbudak mereka. Lix masih ingat dengan sosok warlock yang pernah menjadi tuannya dan dia pun menutup matanya rapat-rapat, mencoba menghapus ingatan itu.

"Tidur, sayang," ucap Lewis lirih seraya mengecup pucuk kepalanya dan Lix bersyukur Lewis melakukan hal itu. Detak jantungnya kembali normal dan dia pun akhirnya terlelap.

 Detak jantungnya kembali normal dan dia pun akhirnya terlelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Iyen terkesiap saat merasakan sebuah benda dingin di pipinya. Terdengar Sam terkekeh dan duduk di sebelahnya. Laki-laki itu membuka sekaleng zero coke dan memberikannya pada Iyen. Kini mereka sedang berada di sebuah taman. Hal random yang mereka lakukan sejak kemarin. Tapi, setidaknya hari ini cuaca cukup cerah dan tidak hujan.

"Lagi liatin apa sih sampe serius banget?" tanya Sam sebelum menenggak zero cokenya. Iyen menyesap zero cokenya perlahan. Jujur, dia tidak terlalu menyukai minuman seperti ini karena tenggorokannya terasa aneh saat dia bersendawa.

Maxident (Maniac Season 2) ⚠️🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang