"Harusnya aku pergi, bukan kembali. Harusnya aku melupakan dirimu, bukan menangisi kepergian mu."
_Alsya Nafia_"Aku capek!" suara itu terdengar nyaring, emosinya tak terkontrol. Membuat gadis yang berada di hadapannya terkejut.
Cairan bening keluar dari kelopak matanya, sekuat tenaga gadis itu menahan tagisannya. Tapi air itu jatuh dengan begitu cepat, menyekanya pun sudah tidak bisa. Kecepatan tangan dan air yang jatuh berbeda. Ia mencoba memberanikan diri untuk membuka suara.
"Salah aku apa sih?" masih dengan nada yang lembut dan penuh hangat, ia bertanya kepada laki-laki yang berada di hadapannya saat ini.
"Kamu, gak ada salah, cuman aku capek dengan hubungan ini," ujarnya. Lelaki itu tidak pernah berpikir bagaimana semenyakitkan-nya ucapan yang barusan saja ia lontarkan.
"Mungkin aku kurang sempurna, aku yang gak secantik cewek di luar sana, aku yang gak pintar, dan aku hanya punya ketulusan dalam mencintai kamu. Tapi, semua itu hanya sampah yang harus dibuang ketempatnya." Masih dengan senyuman yang manis, ia merespon kekasihnya itu.
Lelaki itu hanya diam, entah merasa bersalah atau memang benar ingin pergi. Cukup lama kesunyian menghantui mereka, sampai akhirnya lelaki itu menyudahi pertemuan dan obrolan mereka.
"Ya udah, aku pergi ya. Kamu jaga diri baik-baik, jaga kesehatan, jangan banyak begadang, semangat ngejar karirnya," ucapan semangat itu justru membuat gadis itu terluka.
Mungkin itu ucapan terakhir untuk ia dengarkan, setelahnya tidak ada ucapan seperti dulu lagi.
"Kamu juga, jaga kesehatan ya. Sebaik apa pun cara kita untuk pergi. Perpisahan tetaplah menyakitkan." Seulas senyum ia berikan. Lelaki itu pun membalasnya.
Sosok itu melangkah pergi, senyuman gadis itu mulai memudar. Setia dan tulus belum tentu bisa meluluhkan hati seseorang yang begitu mengagumi wanita yang sempurna.
Dengan pikiran yang kosong, wajah yang kusam. Gadis itu melangkahkan kakinya, entah ke mana tujuannya sekarang. Ia seperti orang yang kehilangan arah, semenyakitakan itu kah kehilangan? Sesakit itu kah jatuh cinta?
***
Saat berjalan, sebuah kelalson motor menyadarinya. Dirinya hampir saja tertabrak motor, jika saja pemotor itu tidak menghindar, mungkin gadis itu sudah tertabrak.
"Lo, punya mata gak sih?!" Bentak lelaki berposter tinggi itu.
Gadis itu tidak menjawab, ia hanya mendongakan kepalanya ke atas, dan menatap nanar ke arah laki-laki itu. Melihat wajah sendu gadis di hadapannya, lelaki itu kebingungan. Sekeras itu kah suaranya? Sampai-sampai gadis di depannya mengeluarkan cairan bening dari kelopak matanya.
Sontak lelaki itu langsung meraih tangan gadis yang berdiri di depannya,membungkukkan tubuhnya yang lebih tinggi dari gadis itu, dan menyeka air matanya.
"Maafin gue ya, gue gak bermaksud buat ngebentak lo kok tadi. Maaf ya, plise jangan nangis lagi," ujarnya.
Gadis itu semakin merintih, ia merindukan sosok seseorang yang menyayanginya dulu, yang selalu memberikan-nya kasih sayang pada dirinya .
Tidak ingin terlihat lemah, gadis itu menghapus air matanya. Lalu tersenyum kepada laki-laki di hadapannya. "Gue, gak papa kok," ucapnya meyakinkan.
"Lo, serius? Gue anterin lo pulang ya, rumah lo, di mana?" Tawar lelaki itu.
Tapi gadis itu menolaknya, ia butuh waktu sendiri untuk tenang. "Gue, bisa sendiri. Lo lanjutin perjalanan lo aja ya," ucapnya.
"Lo, yakin?" ucap lelaki itu memastikan.
"Yakin, ya udah ya. Gue cabut duluan." Pamitnya, lalu melangkah pergi menjauh.
Hai aku combeck, yang sudah berjuang untuk seseorang tapi disia-sia kan. Mari berjuang bareng tokoh satu ini. Yang kuat dan mencoba menerima kenyataan.
Date, 29 November 2022

KAMU SEDANG MEMBACA
Gamon
Teen FictionSemuanya tidak begitu menyenangkan, entahlah, aku yang terlalu berharap atau dia yang memberikan sebuah harapan padaku._Alsya Nafia Aku yang rapuh, aku yang patah. Semuanya hancur begitu saja, tanpa ada sebuah tangan yang mengengam. Dia yang ku angg...