"Menyenangkan jika kita saling menyayangi, tapi akan begitu menyakitkan jika kita hanya saling membenci."
_Galuh Alsava_
Cuaca tidak mendukung, terlihat mendung. Dengan tenang, seorang gadis cantik menatap langit yang kian menghitam, matahari pun sudah tak terlihat lagi. Cukup lama ia berdiam diri di sana, sampai akhirnya ia memutuskan untuk melangkah pergi.Dengan cepat ia berlari, namun pada saat ia melangkahkan kakinya untuk kesekian kali, air hujan turun begitu saja. Membasahi tubuhnya yang mungil itu.
"Yah, hujan. Basah semua lagi, kenapa sih gak ngomong dulu, kan jadi basah semua. Malah besok bajunya masih dipakek lagi," grutunya. Ia tidak marah, hanya kecewa, ia juga sangat menyukai hujan. Tapi, ia tidak suka hujan membasahi seragam sekolahnya.
Ia masih menatap nanar ke arah tas beserta isinya di dalam yang ikutan basah. Mau menghindar sudah tidak bisa, semuanya terlambat.
Ketika ia sibuk melindungi isi tasnya, tiba-tiba rintikan hujan itu sudah tidak membasahinya, merasa bingung. Ia menatap sekelilingnya, tepat di hadapannya, poster tubuh yang tinggi, kurus, sedang melindunginya dari guyuran hujan. Dengan cepat ia mendongakkan kepalanya ke atas.
"Lo, siapa?" tanyanya bingung.
"Gue, manusia," jawabnya.
Jawaban yang lelaki itu lontarkan, membuat ia kesal. Ingin sekali memakinya, atau sekedar menjambak rambutnya.
Alsya Nafia—si cantik yang baik hati, selalu menyayangi siapa pun. Namun, kisah cintanya selalu berakhir menyakitkan.
"Gue, tau kalo lo manusia, bukan jadi-jadian kan? Yang gue tanyain, lo siapa? Ngapain lo payungin gue segala?" ujar Alsya panjang lebar.
"Biar lo gak sakit," balasnya.
"Dih, gue udah biasa ya hujan-hujanan, jadi gak perlu khawatir untuk jatuh sakit. jangan kan batuk, pilek doang, sakitnya penghianatan udah sering gue dapatin," lontarnya.
"Curhat Neng?"
Alsya menatap lelaki itu, mengunci tatapan mereka. "Ngapain lo liatin gue kayak gitu? Awas lo naksir sama gue," ujar lelaki itu dengan kepedean-nya yang mendarah daging.
"Idih, najis banget deh. Gak usah ngerasa paling cakep, kucing aja bisa gonta-ganti cewek tiap pengkolan aja, biasa aja tuh. Lah elo, modelan kayak lo gini, sok-sokan kepedean. Orang kayak lo itu udah banyak di tanah abang," semprot Alsya.
"Awas kemakan omongan sendiri Neng," ucap lelaki itu.
"Gak usah kege'eran ya," cetus Alsya.
Di bawah rintikan hujan, kedua remaja itu bertengkar, tidak peduli dengan sekitar mereka. Apakah mereka menjadi bahan tontonan orang lain atau tidak, keduanya tidak mengamati itu semua.
Saat Alsya hendak melangkah pergi, lelaki itu menghentikan langkah gadis itu. "Agam Arsenio," ujarnya, menyebutkan nama lengkapnya. Alsya yang ingin melangkah pun menguraikan niatnya itu.
"Maksudnya?" lagi-lagi Alsya dibuat bingung.
"Biar lo selalu ingat nama gue," balasnya.
"Untuk apa?" entah berapa banyak pertanyaan yang ada di dalam isi kepala Alsya.
"Untuk masa depan kita." Balas Agam dengan seulas senyum.
"Gue gak kenal sama lo, dan lo gak akan mungkin jadi masa depan gue. Masa depan gue aja belum gue rencanain," lontarnya. Mendengar jawaban dari Alsya, Agam tertawa.
"Kenapa lo ketawa? Emangnya ada yang lucu ya?"
Agam mengelengkan kepalanya. "Lo, orangnya lucu juga ya. Gue, pengen kenal lo lebih lama," ungkapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gamon
Novela JuvenilSemuanya tidak begitu menyenangkan, entahlah, aku yang terlalu berharap atau dia yang memberikan sebuah harapan padaku._Alsya Nafia Aku yang rapuh, aku yang patah. Semuanya hancur begitu saja, tanpa ada sebuah tangan yang mengengam. Dia yang ku angg...