Chapter 3: Teman Baru

346 43 4
                                    

_____

Story belongs to Lady_Ventus
Boboiboy belongs to MONSTA

_____

[ Chapter 3: Teman Baru ]

.
.
.

Halilintar bosan.

Saat ini dia sedang berada di sebuah benteng tempat seorang petinggi roh tanah tinggal. Tengah menunggu Taufan yang sedang menghadiri rapat rutin bersama tiga roh element utama lainnya.

Helaan napas lagi-lagi keluar dari mulut Halilintar. Sudah lebih dari dua jam dia menunggu Taufan di luar ruangan tempat rapat berlangsung. Dan tak ada tanda-tanda saudaranya itu akan segera keluar.

Halilintar menoleh kearah jendela besar yang menghadap ke sebuah taman. Tempat sebuah pohon raksasa tumbuh menjulang hingga melebihi tembok benteng. Halilintar menghampiri jendela besar itu, manik merah rubynya berbinar begitu melihat halamannya yang luas.

Bolehkah ia bermain kesana? Halilintar membatin.

Suara Taufan membalas tak lama kemudian, nada geli yang menggema di dalam kepalanya. "Tentu saja boleh ... tapi jangan membuat masalah, mengerti?"

Halilintar mengangguk. Yang kemudian ia suarakan dalam benaknya, kerena saudaranya tidak mungkin bisa melihat anggukannya. Setelah mendapatkan izin, Halilintar langsung saja memacu kakinya menuju taman tersebut. Dia menuruni beberapa anak tangga, lalu melewati lorong panjang yang langsung membawanya ke gerbang menuju taman.

Sang roh petir tidak bisa menahan diri dari berdecak kagum. Taman itu ternyata lebih luas setelah dilihat dari dekat. Bermacam-macam tanaman bunga tumbuh membentuk pola yang cantik. Mengelilingi dua buah air mancur marmer. Di jalan setapak yang mengarah ke pohon besar, patung-patung elf yang terbuat dari akar pohon berjejer rapi. Rambut dan pakaian mereka terbuat dari berbagai bunga warna-warni. Hingga membuatnya terlihat indah.

Roh muda itu berjalan melewati deretan patung elf menuju pohon raksasa. Manik rubynya terus melihat kesana-kemari pada cabang-cabang besarnya yang bergoyang tertiup angin lembut.

Sesuatu jatuh menimpa kepala Halilintar. Membuat sang roh petir tersentak dan reflex memegangi kepalanya. dia menunduk, mencari apa yang telah jatuh ke kepalanya.

Sebutir buah.

Halilintar memungut buah itu dari tanah. Mengamati bentuknya yang terlihat asing. Dia mendekatkan buah itu ke hidungnya, tapi tidak mencium bau apapun dari buah tersebut. Benar-benar penasaran, Halilintar lalu menggigit buah itu. Manis!

Dia terlihat ingin mengambil segigit lagi. Tapi sebuah suara menghentikannya.

"Kalau aku jadi kau, aku tidak akan memakannya."

Halilintar menoleh, mendapati sesosok anak dengan pakaian serba putih berdiri tidak jauh darinya. Dia pasti salah satu roh element, karena Halilintar bisa merasakan aura roh dari diri anak itu.

"Kenapa? Apa buah ini beracun?" tanya Halilintar pada anak itu.

Sang roh muda menggeleng, "tidak. Tapi itu buah keramat milik Yang Mulia Gempa. Kau bisa dimarahi jika memakannya tanpa izin."

"Oh ... maaf, aku tidak tahu. Habisnya buah ini jatuh dan menimpa kepalaku, karena penasaran ... jadinya aku memakannya." Halilintar mengulurkan buah itu pada roh yang lain.

"Tidak apa-apa ... yang penting sekarang kamu sudah tahu." Roh itu menghampiri Halilintar, menerima buah yang disodorkan padanya. "Nah, bagaimana jika sebagai gantinya kamu makan ini saja?"

We Are BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang