Daily Hogwarts

81 4 0
                                    

(Author’s Note: The characters in this story are not mine: they belong to JK Rowling, whom I happen to not be. )

•••••••••••••••••••••••••••••••••

"Lihat? Anak Harry Potter yang di Slytherin."

"Dia dekat dengan Malfoy."

"Jika bukan karena ibunya, Malfoy hanya sampah Hogwarts."

"Para Weasley juga. Kau tahu bukan jika Parkinson salah satu bagian Death Eater meski tidak mengambil mark?"

"Tidak, tidak, yang paling mengejutkan adalah A Potter in Slytherin."

Keesokan harinya, tepatnya hari pertama mereka belajar, Albus terus saja mendengar bisik-bisik mengenai statusnya yang di Slytherin, juga mengenai pertemanannya dengan Scorpius, hingga keluarga ibu dari sepupunya yang dibawa-bawa.

Dan itu sangat mengganggu. Apalagi saat dia masih repot menemukan kelasnya.

Seperti yang dijelaskan Scorpius—saat Rosie menggerutu tentang dia akan lebih dulu lelah mencari kelas sebelum mulai belajar sihir—di Hogwarts ada seratus empat puluh dua tangga. Ada yang lebar, landai, sempit, dan berbagai macam model. Belum lagi tangga bergerak setiap hari Jumat. Scorpius menambahkan bahwa di masa orang tua mereka beberapa tangga kehilangan anak tangga mereka, sehingga seseorang harus ingat untuk melompat. Tapi setelah perang dan renovasi dilakukan, dipastikan tidak ada lagi anak tangga yang cacat. Kemudian ada lagi pintu-pintu yang tidak mau membuka kalau tidak memintanya dengan sopan, atau menggelitiknya pada tempat yang benar, dan pintu-pintu yang sebenarnya bukan pintu, melainkan dinding tebal yang cuma pura-pura jadi pintu.

Scorpius punya penjelasan yang sangat panjang yang tidak bisa Albus dan (utamanya) Rosie ingat, yang pasti mencari kelas sebagai anak baru adalah bencana.

Untungnya setelah mata pelajaran setelah Transfigurasi yang melelahkan adalah Flying dengan Gryffindor. Tidak perlu mencari kelas karena mereka akan dikumpulkan di Training Grounds.

Seluruhnya telah berkumpul disana. Rosie menjadi yang terakhir dari Gryffindor, sedang beberapa Slytherin terlihat menyusul dengan sedikit tergesa.

"Well, what are you all waiting for?" Kata seorang penyihir wanita dengan rambut pendek sewarna uban. Dia adalah Profesor Volare. Pengajar sekaligus wasit pertandingan quidditch di hogwarts. (Fakta lain yang diungkap Scorpius Malfoy)

"Every one stay by a broomstick, C'mon, hurry up!"

Semua anak berdiri di samping sapu terbang, membuat anak-anak Slytherin dalam satu barisan berhadapan dengan siswa Gryffindor dalam satu barisan lain. "Stick out your hands out of your broom and say 'Up!'"

Seluruhnya mengucap 'Up'. Sekilas tampak Rosa menatap sengit Scorpius di depannya. Tiap kali Gryffindor dan Slytherin ada di kelas yang sama, Rosa selalu mencoba menjawab seluruh pertanyaan yang di ajukan Profesor dan Scorpius selalu mendapat bagian menyempurnakan jawaban yang menurut Albus telah sangat sempurna dijawab sepupunya.

Percobaan pertama hanya Scorpius, Rosa, Rosie dan dua anak Slytherin lain yang berhasil membuat sapunya naik ke tangan mereka.

"Up!" Percobaan kedua, lebih banyak lagi yang berhasil.

"Up!" Percobaan ketiga hampir setengah kelas berhasil.

"Up!" Percobaan ke empat seluruhnya berhasil, kecuali Albus.

"Up!" Hanya Albus yang berteriak untuk percobaan kelima. Sapunya tidak bergerak, bahkan tidak naik seinchipun. Dia menatap sapunya frustasi. "Up!"

UNENDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang