01. jalur takdir

6 4 0
                                    

Dalam balutan tetesan hujan, tampak seorang gadis tertegun diam menatap kosong kearah langit. Dengan hembusan angin yang begitu menusuk, gadis itu tetap tak beranjak dari duduknya. Ia tampak tak mengerti, ia tampak tak siap, banyak pertanyaan terbesit dan memerlukan jawaban, namun siapa yang akan menjawabnya?.

"Apakah semua orang harus berjalan meninggalkan apa yang sudah sangat disayanginya?" . Gumamnya seorang diri

"Apakah harus meninggalkan semua? Termasuk kebahagiaan nya hanya untuk maju?". Timpalnya kembali.

"Zee..!". Suara itu tampak melengking memanggil namanya. Tampak seseorang berlari menghampirinya.

"Zeaa, kamu aku ca-cariin loh! Ng-ngapain disini sendirian hah?". Dengan nafas yang masih terengah engah.

Zea hanya tersenyum tipis menatap sahabatnya itu. "Nggak papa Az, cuma pengen cari angin seger aja". Timpalnya membuka suara.

"Cari angin seger? Ini abis ujan Zea.. mana ada angin seger, malah masuk angin iyaa". Gerutunya kepada Zea. Namun Zea tak menimpali ucapannya.

Tampak banyak orang berlalu lalang di taman itu, tak sedikit pula orang yang selalu menyapa Zea ketika melintasinya. Wajar saja, siapa yang tidak akan tertarik melihat gadis cantik nan anggun seperti Zea? Matanya begitu teduh, dengan senyum yang tak pernah lepas dari bibir indahnya. Dia tampak sempurna untuk menarik mata siapapun yang melihatnya.

"Zee, pulang yuuk?"

Zea meliriknya,"Kamu nyariin aku tadi kenapa?" . Sembari merapikan buku yang semula ia genggam untuk dimasukan kedalam tasnya.

"Ohhh iyaa! Sampe lupa. Zee sekolah kita ternyata punya kakel ganteng! Dia dibuat rebutan banyak cewe". Ucapnya antusias menceritakan berita gempar disekolah mereka beberapa minggu belakangan ini.

"Hah? Jadi cuma gara gara itu kamu sampe lari lari nyariin aku? Random banget Az". Timpalnya dengan malas.

"Ishh, bukan itu yang jadi topiknya.." gerutu Azha dengan jengkel

"Terus?" Ucap Zea bertanya kembali apa yang dihebohkan oleh sahabatnya itu.

" Sampe ada yang berantem, katanya si gaterima". Timpalnya menjelaskan

"Hah? Sampe segitunya" . Zea tampak tak percaya karena menurutnya bertengkar hanya karena urusan laki laki itu sangat bodoh.

"Siapa sih orangnya? Seganteng apa emang sampe berhasil ngebuat onar gitu?" Zea berbicara dengan nada bingung nya.

"He em..." Dengan menggelengkan kepalanya sebagai tanda bahwa dia juga tidak tahu.

"Udah Ah, ayok Zee pulang". Timpalnya.

"Iyaa udah, iyaa ayok". Ucap Zea sembari berdiri.

Azha pun mengikutinya berdiri dan mereka melangkahkan kaki untuk pulang karena memang waktu juga sudah tampak menjelang Maghrib. Sepanjang perjalanan pulang ke rumah itu tak ada perbincangan apapun antara Zea dan Azha, hanya terdengar suara indah Zea yang melantunkan sholawat dengan sangat pelan.

Tiba tiba dari arah berlawanan, tampak motor yang melaju kencang kearah mereka.

"Astaghfirullah.." kaget Zea tersentak karena motor berhenti tepat dihadapan nya.

"Ghefa! Kamu ih gausah main main gitu, aku kaget. Gimana kalo tadi ngeremnya terlambat? Mau bunuh kita kamu?". Gerutu Zea dengan marah.

"Mampus kena semprot Zea kan lu, rasain". Batin Azha yang sedari tadi hanya diam dan menatap ponselnya.

"Haha,, enggak lah masa iya mau bunuh sahabat sendiri nanti aku nangis dong, kesepian tanpa kalian".  Ucapnya meledek tanpa rasa bersalah.

"Mau nginep tempatmu". Sambil menunjuk kearah Zea dengan dagunya.

"Mau ghibah". Timpalnya lagi dengan cengengesan.

"Hmm, udah? Bisa lanjut pulang ga ni?"

"Ayok". Sahut keduanya bersamaan.

"Woy woy woyy! Missih missih! Jalan ini dilewati cewe cantik ini loh". Teriaknya tanpa henti, hingga orang orang yang lalu lalang pun terheran heran.

"Bisa bisanya aku punya sahabat kaya kamu Gee. Yang gapunya malu dan bisanya malu maluin". Ucap Zea dengan menggelengkan kepalanya.

Yaa memang begitulah sifat dari Ghefana, dia berbanding terbalik 180° dengan Zea yang kalem. Ghefana lebih bar bar, suaranya sangat tak bisa diatur untuk nada pelan, sudah macam toak.

"Ehh mba Zea, dari mana mba? Baru pulang?". Sapa seorang ibuk yang melihat Zea berjalan, sedangkan 2 sahabatnya itu mengendarai motor dengan sangat pelan di sampingnya.

"Ehh, mboten buk, niki Zea baru saja dari taman, duduk duduk cari angin segar". Ucapnya dengan nada sangat halus, dan tak lupa senyum khas Zea yang tergores di bibir indahnya.

"Monggo buk...". Timpalnya kembali padahal ucapan nya belum dijawab oleh ibuk ibuk tadi, mengingat adzan Maghrib akan segera berkumandang.

"Ohh, nggih nduk.." . Dengan tersenyum ibuk itu terus memperhatikan Zea yang melangkah menjauh.

"Ayu, kalem, tur sumeh e nduk."
(Cantik, kalem, juga ramah sekali nduk). Ibuk itu bermonolog.

Iyaa "Zea Azzahra" gadis yang berbalut dengan sikap teduh dan tawa yang tak pernah hilang dari bibirnya, membuat siapapun sangat mudah tertarik. Usianya yang baru menginjak 17 tahun namun kedewasaan dan ketenangan yang ditunjukannya membuat dia tampak berbeda dari gadis seusianya.

"Ehhh, wahh wah Zee, itukann itu..."  Teriak Ghefana

"Apa?" Jawab Zea

"Ituuu liatt geee...."

"Kakel ganteng yang lagi ngehebohin sekolah kitaa" Timpalnya

"Hah? I-itu?" Zea tampak tak asing dengan punggung laki laki itu. Dia tampak seperti sudah mengenalnya.

Deggg!

"Jadi? Kita lanjut part berikutnya? Kira kira siapa laki laki yang menghebohkan sekolah dan tak asing bagi Zea? "
Oh iyaa, kenapa Zea memanggil Ghefana dengan sebutan Al atau Gee itu karena nama lengkapnya, Ghefana Algerian hehe.

@Zea Azzahra@Azha Oktav Ramadhani @Ghefana Algerian
@Semburat senja@Tuanputrilangit_

Cerita Dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang