Ada pertemuan,pasti ada perpisahan.

4 0 0
                                    



Di pagi hari menuju siang yang sangat cerah, dan di hari minggu yang membuat jalan begitu macet.Ayah,ibu dan adek duduk di bangku no 4 dari depan.Adek sangat senang sekali melihat jalanan, terlihat mobil-mobil dengan berbagai bentuk, dan pemandangan yang begitu indah.

Ayah dan ibu yang melihatnya pun merasa senang melihat adek yang terlihat begitu fokus melihat nya.Adek tiba-tiba menunjuk pada suatu arah, dan terlihat ada kerumunan.Semua orang terdengar sedang sibuk membahas kejadian yang terjadi.

Namun ayah dan ibu tidak terlalu peduli dengan hal itu, tetapi hanya mendoakan semoga bukan hal-hal yang aneh sedang terjadi.

ciiittt ciitttt... braggg...

5 menit akan ucapan itu, sangat tidak bisa di ramal bahwa terjadi kecelakaan pada bus mereka.Rem nya tiba-tiba blong, dan pak supir hilang kendali hingga akhirnya memasuki jurang.Dari semua penumpang bus hanya ada satu orang yang selamat.

" Lantas mengapa ayah,ibu dan adek ngga selamat om? " celetus Rian kepada om Hendri tetangganya,karena memang perasaan nya masih belum ikhlas akan kepergiaan mereka." Semua sudah kehendak tuhan dan tidak ada satupun orang yang bisa menentangnya, yang sabar ya Rian " om Hendri masih berusaha menenangkan Rian.

Kini semuanya akan terasa sangat sepi bukan hanya cukup lama, tapi memang selamanya.Walaupun Rian masih memiliki saudara sekali pun, atau tetangga yang masih mempedulikannya.Rian hanya butuh sosok penyemangatnya yaitu ayah dan ibu.

*******

Pukul 16.00 WIB.

Proses pemandian sudah selesai,Rian dan Azia ikut memandikan mereka.Sungguh sangat tidak kuat ketika harus melihat wajah mereka untuk terakhir kalinya.Rian akan mencoba berusaha untuk mengikhlaskan nya, walaupun butuh waktu yang cukup lama.

Ayah,ibu dan adik kini telah tenang disana.Rian hanya bisa berdoa untuk kebaikan mereka dan semoga diterima disisinya.

Semua orang kini telah pulang ke rumahnya masing-masing.Di makam hanya tersisa dua anak yang masih tak percaya dengan semua kejadian ini.Rian teringat semua pesan mereka, sebelum mereka harus pergi ke rumah kakek dan nenek.

Rian pun berfikir bagaimana nasib mereka nanti, sedangkan Rian belum bisa mencari uang.Rian hanya bisa menahan semua ini sambil menangis.Ketika Rian melihat Azia, ia langsung memiliki prinsip untuk selalu menjaganya.

Azia pun lalu dipeluk oleh Rian dengan penuh kasih sayang.Rian berjanji kepada dirinya untuk selalu menahan emosi kepada Azia.Kini Rian lah yang harus mengalah dengan segala hal-hal yang selalu di perebutkan.

*****

Langit kini sudah terlihat berwarna orange, dan menandakan waktunya sudah sangat sore.Rian dan Azia memutuskan untuk pulang ke rumah.

Sampai di rumah, benar saja.Semuanya benar-benar hampa dan akan selalu begini.Rian menyuruh Azia untuk istirahat di kamar, sementara ia merapihkan seluruh peralatan tadi siang.

Tanpa ia sadari, dari tadi matanya mengeluarkan air mata.Rian pun tak tahu bagaimana cara menghentikannya.Semua begitu berjalan dengan cepat.

15 menit kemudian.

" Assalamualaikum Rian, om malam ini temenin kalian ya, boleh ngga? " Om Hendri tiba-tiba datang.Terlihat ia membawa tas di tangannya." Waalaikumsalam, oh iya om boleh " jawab Rian.

Om Hendri sedikit bertanya kepada Rian, apa sebabnya orangtua mereka harus pergi.Rian yang sudah membereskan peralatan nya itu, lalu duduk dan menceritakan semuanya.

Tak lama, om Hendri memberi tas itu kepada Rian sambil berkata " Rian ambil ini, semoga cukup ya untuk beberapa hari "." Wah terima kasih om " jawab Rian sambil melihat isi tas nya.Terlihat beberapa makanan pokok yang bisa mengisi perut Rian dan Azia dalam beberapa hari.

Rian bersyukur malam ini bisa ditemani oleh om Hendri.Mereka tertawa dan bercanda dengan sangat senang.Terlihat seperti sudah melupakan kejadian itu.

Malam ini harusnya kita mengadakan pengajian, namun tidak cukup uang untuk memberi beberapa makanan yang biasa di kasihkan kepada warga.Rian melakukan pengajian kecil-kecil an bersama Azia dan om Hendri.Dan berdoa untuk orangtua dan adiknya di alam sana, yang dipimpin oleh om Hendri.

man of one's wardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang