(2) Pidato Tahunan Kerajaan👑✅

5.6K 357 134
                                    

Sore itu, di sebuah kamar yang luas dan mewah di dalam istana, sinar matahari yang terik masih menembus tirai tebal yang menghiasi jendela besar, memancarkan cahaya hangat ke seluruh ruangan. Meskipun matahari mulai condong ke barat, panas sore masih terasa jelas. Di atas ranjang berkanopi, seorang remaja laki-laki berwajah tampan masih terlelap, memeluk guling kesayangannya dengan erat, enggan meninggalkan kenyamanan tidur sorenya. Deretan pajangan action figure di dalam lemari kaca berjejer rapi di sudut ruangan, bersinar di bawah cahaya terang yang menyaring melalui tirai.

Di atas meja ukir berbahan kayu jati, tergeletak sebuah name tag bertuliskan 'Jeevans Mahanthesha Aderald'. Kamar ini milik putra bungsu Raja Darvesh, Pangeran Jeevans, yang kini telah beranjak remaja, kira-kira setara dengan usia anak SMA. Wajahnya sangat tampan, membuat gelar pangeran terasa begitu pas untuknya. Saat ia tersenyum, matanya membentuk lengkungan bulan sabit yang menambah pesona senyumnya, seolah-olah ia adalah sosok pangeran dari cerita dongeng yang nyata. Sebuah pigura besar yang menampilkan potretnya tergantung di dinding kamarnya, semakin mempertegas kesan elegan di ruangan tersebut.

Namun, tidur lelapnya perlahan terganggu saat pintu kamarnya terbuka perlahan oleh seseorang yang masuk dengan hati-hati. Orang itu berjalan mendekat, kemudian duduk di tepi ranjang dan mengelus pipi pangeran Jeevans dengan lembut, berusaha membangunkannya dengan penuh kasih sayang.

"Siapa yang berani mengganggu tidurku?! Aku masih mengantuk! Jangan menggangguku!" gumam Pangeran Jeevans dengan mata yang tetap terpejam.

"Bangun dulu, dek. Ini sudah sore. Cepatlah mandi dan bersiap-siap, karena kita harus pergi menemani ayah ke gedung hari ini. Ayah akan berpidato di sana, dan adek seharusnya ikut. Banyak orang yang akan mencari adek jika adek tidak hadir. Mereka semua tahu ayah mempunyai lima anak, lalu bagaimana mungkin jika nanti yang terlihat hanya empat? Adek kan bukan anak tiri," ujar kakaknya yang keempat, Pangeran Martez, dengan suara lembut namun tegas.

Pidato yang dimaksud Pangeran Martez adalah pidato tahunan Raja Darvesh, yang selalu diadakan di balai utama kerajaan. Pidato ini bukan sekadar acara seremonial biasa, melainkan momen penting di mana Raja menyampaikan visi dan kebijakan baru untuk tahun mendatang, serta membahas pencapaian dan tantangan yang telah dihadapi kerajaan selama setahun terakhir. Kehadiran semua anggota keluarga kerajaan, terutama kelima putra-putranya, selalu dinanti-nantikan oleh para bangsawan, rakyat, dan pejabat istana. Kehadiran mereka menunjukkan persatuan dan keharmonisan keluarga kerajaan yang menjadi teladan bagi seluruh negeri. Itulah sebabnya kehadiran pangeran Jeevans sangat penting, selain menunjukkan kesatuan keluarga, ketidakhadirannya dapat menimbulkan spekulasi dan pembicaraan di kalangan istana.

"Jeevans tidak mau ikut, kak! Jeevans masih mengantuk dan Jeevans juga tidak peduli meski dianggap anak tiri sekali pun," jawab Pangeran Jeevans, memeluk gulingnya lebih erat.

"Adek, ayah nanti akan marah jika adek tidak ikut. Semua kakak ikut dan begitu juga bunda. Jadi adek juga harus menemani ayah di sana," bujuk Pangeran Martez dengan sabar.

"Tidak mau, kak. Jeevans malas. Jika kakak ingin ikut, pergi saja sendiri bersama ayah, bunda, dan yang lainnya. Tidak perlu mengajak Jeevans untuk ikut juga," sahut Pangeran Jeevans, tetap bersikeras.

"Bangunlah, dek. Jangan malas seperti ini. Adek itu seorang pangeran, tidak ada pangeran yang bermalas-malasan," nasihat Pangeran Martez.

"Ada, kak. Pangeran yang malas itu Jeevans," jawab Pangeran Jeevans kesal, dengan mata masih terpejam.

"Iya, betul. Adek memang satu-satunya pangeran yang malas," sahut Pangeran Martez mulai kehilangan kesabarannya.

"Hm," gumam Pangeran Jeevans sambil menutup matanya rapat-rapat.

The Crown Prince's Protector√ [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang