4

7 0 0
                                    

Pagi Hari yang cerah, Haikal datang kesekolah dan melangkahkan kakinya kekelas unggulan.

"Good morning, Cinta" sapanya dengan senyuman hangat pada cinta.

"Pagi." balas cinta.

"Kok muka lo pucet banget, kenapa?" tanyanya khawatir.

"Gue gapapa, tapi. Gue mau nanya sama lo." ucap Cinta serius

"Lo dapet pesan itu, gak?" lanjut Cinta.

"Pesan?" Haikal bingung, keningnya mengerut, tak mengerti.

"Pesan tentang luck-" ucapan cinta terpotong karena seseorang datang dengan amarahnya yang tak terkendali.

"Woi! Anjing. Siapa yang ngirim pesan ngamcem kegue semalem hah!" bentak Fanniqa.

"Dan juga. Gue tadi malem hampir ditabrak lari sama orang, emang anjing." lanjutnya dengan kesal dan amarah yang meledak ledak.

"Lo kenapa dateng malah marah begini?" tanya kirani yang baru saja datang.

"Elo! Elo kan yang ngirim pesan ancaman itu kan?"

"PESAN APAAN ANJING, GUE BARU DATENG MALAH DIMARAHIN." jawabnya  dengan marah.

"YA ELO, KAN ELO YANG CERITA TENTANG LUCKY CURSED ITU!" Makin panas suasana kelas, kala Fanniqa membalas dengan teriakan amarahnya.

"HEH! GUE EMANG CERITA TENTANG ITU, TAPI BUKAN BERARTI GUE DALANGNYA YE"

"Stop, Lo pada bisa gak sih, diselesaiin secara baik-baik aja." lerai Haikal agar dua ornag temannya berhenti.

"Gak bisa. Dia ini emang evil, Kal. Buktinya dia ngirim pesan ancaman kekita semua." jelas Fanniqa masih dalam amarahnya.

"Bentar. Lo juga dapet pesan itu?" tanya Cinta yang sedari tadi menyaksikan temannya bertengkar.

"Iya, gue dapet, lo pasti dapet juga kan? Nah, sekarang udah ada saksi emang lo dalang semua ini." ucap Fanniqa, bersiap-siap melayangkan pukulan kepada Kirani. Tapi ditahan oleh Ajis yang entah datang darimana.

"Anjing. Lo apa-apaan, hah!" protes Fanniqa.

"Lo terlalu kekanak-kanakan. Bukan cuman lo aja yang dapet pesan itu, semua orang dikelas ini juga ngerasain hal yang sama, termasuk Kirani." Kata Ajis dengan wajah datarnya.

"Lo tau darimana kalo kita semua dapet pesan itu?" tanya Haikal.











Ajis langsung menunjukkan papan tulis yang bertuliskan nama mereka semua, yang dituliskan dengan tinta merah.




































"Ila, temenin gue ke toilet dong, please." pinta Tari pada temannya.

"Gak mau, gue mager." jawabnya

"Ayo dong, gue mohon, La."

"Pergi sendiri aja napa, sih. Lagi pula toilet deket dari sini, njing." kata Ila kesal dari tadi temannya merengek padanya.

"Gue takut, La. Gara-gara pesan ancaman itu, La." ucapnya dengan nada takut dan gemetar.

"Gitu doang takut. Pergi aja sendiri napa, ntar gue kasih tas keluaran terbaru yang lo pengen itu deh."

"Serius, La?" tanyanya dengan mata berbinar.

Ila hanya menganggukan kepalanya dan berdehem kecil tanda mengiyakan pertanyaan temannya itu.

"Makasih, Ilaku sayang!" ucap Tari sembari berlari kekamar mandi.

Ila hanya tertawa dengan tingkah temannya tanpa tau, ada malapetaka yang mendatangi temannya itu.


































































"Anjir, lega bener gue." ucap Tari yang baru keluar dari toilet.

"Cuci tangan dulu, biar higienis."

Saat mencuci tangannya diwestafel, ia merasakan telapak tangannya gatal, sangat gatal.

"Duh, ini napa gatal banget, dah. Apa gue bakalan dapet rezeki ya?" tanyanya pada dirinya sendiri sembari mengarruk tangannya yang gatal. Bukannya gatalnya berhenti tapi malah menjadi-jadi.

"Gila, ini siapa yang nyoret tangan gue!" ucapnya kaget melihat tangannya yang bertuliskan 1C.

Setelah menyadari hal itu. Tubuhnya terasa panas saking panasnya ia rasa tubuhnya meleleh.

"TOLONG! TOLONG! TOLONG! SIAPAPUN TOLONGIN GUE!" teriaknya sekencang mungkin, tapi entah kenapa tidak ada siapapun yang datang menyelamatinya.

Ia mulai merasakan sesak nafas, seolah-olah ada yang mencekiknya saat itu juga.








Tak lama, seseorang datang dengan pakaian serba hitam, melihatnya yang sudah terkapar dilantai kamar mandi.

"to-tolongin gue.." pinta Tari terbata-bata.

Orang itu hanya diam mengeluarkan tongkat sihirnya dan mengucapkan mantra, lalu menodongkan tongkatnya kepada Tari.

Tubuh Tari seketika tegang, rohnya seperti dipaksa keluar, yang ia pikirkan saat ini hanyalah keluarganya.

Ia semakin berteriak-teriak meminta tolong, namun orang didepannya hanya melihatnya dengan tatapan kosong. Seolah-olah yang ia lihat sekarang adalah film azab.

"Gue nyesel." ucap Tari yang sudah tidak sanggup menahan semuanya.

































































"Ayu Tari. Cursed pertama sudah tiada."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LUCKY OR CURSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang